Satu jam kemudian
Fayra, Zarra, Nilo, dan Zidan duduk berbaris di lantai dengan kepala menunduk.
"Udah, Ru, lapor polisi aja. Nih, para bocah pasti pada mau maling." Jeyar mengompori Biru yang tengah menatap heran pada keempat adik kelasnya itu.
"Enggak, Kak! Kami bukan maling. Beneran." protes Fayra.
"Terus kalian sebenarnya mau ngapain di sini?" tanya Biru lagi melipat kedua tangannya di dada. Posisinya tengah duduk di sofa dengan Jeyar disamping sambil makan nyam-nyam.
"Sebenarnya... Blablablabla...." Biru menyimak setiap kalimat yang diutarakan secara bergantian itu. Ternyata Biru turut tertarik dengan apa yang dilakukan oleh para adik kelasnya itu. Apalagi Biru tidak takut hantu. Pada akhirnya, mereka pun lantas menyusun rencana untuk menelusuri rumah besar kosong yang ada di jalan yang sebut saja angker itu.
"Kak Jeyar ngapain di rumah Kak Biru?" tanya Fayra ketika mereka lagi di dapur berdua. Biru dan yang lainnya masih sibuk membahas tentang ghost hunter yang lumayan sering dilakukan oleh ketiga anak itu, Fayra hanya sesekali saja ikut karena kurang berani.
"Main aja. Kenapa? Kan, dia teman gue." sahut Jeyar dengan santai sambil membuka penutup es krim cup di tangannya. Ia cukup sering datang ke rumah Biru sejak diajak Biru waktu itu ke rumah pohon. Sehingga Jeyar merasa isi kulkas Biru serasa miliknya.
"Kakak dekat banget sama Kak Biru, ya?" tanya Fayra entah dapat keberanian darimana ia bisa bertanya seperti itu.
Jeyar meletakkan sendok es krimnya. Ia menatap lekat tepat di manik mata Fayra. Perlahan wajahnya seperti mendekat membuat oksigen di sekitar mereka rasanya menipis. Fayra menelan ludahnya dengan sukar tidak menduga Jeyar bisa membuatnya mati kutu dengan hanya menatap dengan intens.
"Jey!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything is nothing [Completed]
Roman pour AdolescentsAku.. ingin akhir yang bahagia. copyright© ringjump/votavato 2019 All Right Reserved