Part 8

10.6K 615 4
                                    

"Ray aku pulang duluan ya, kak Naya udah jemput"

"Ohh iya Syifa, Ray mau nunggu Bang Nizar dulu soalnya tadi janji mau jemput"

"Yaudah hati-hati Ray, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Rayna menatap kepergian Syifa dengan tatapan lesu. Sudah berjam-jam Rayna menunggu Nizar. Menghubunginya puluhan kali tapi tidak juga diangkat. Padahal tadi Nizar lah yang berjanji akan menjemput dengan alasan takut mobil yang dipakai Rayna tiba-tiba mogok.

Rayna jadi curiga jika abangnya itu malah ketiduran dikamarnya dan melupakan janjinya untuk menjemput Rayna. Rayna menatap sekelilingnya, gelap, sepi, tidak ada satupun orang yang lewat. Ia menatap jam berwarna putih dipergelangan tangan nya. Sudah pukul 22.15

"Tau bakal kayak gini mendingan tadi Ray bawa mobil sendiri"

Rayna menghentakan kakinya kesal. Abangnya belum juga datang sudah tiga taksi online yang ia hubungi, sampai Alfand Rayna hubungi tapi tidak ada yang menjawab panggilan nya.

Ia menatap kearah jalan raya, mungin di depan sana ia bisa menemukan taksi yang masih mau membawa penumpang

"Pokoknya kalo nanti ada taksi yang mau nganterin Ray pulang, Ray janji bakal kasih ongkos lebih" ucapnya pelan.

Brukkk...

Entah mungkin hanya perasaan Rayna saja atau mungkin memang ada yang terjatuh dibelakang nya. Rayna menatap sekelilingnya. Tadi tak sengaja ia mendengar suara seperti seseorang yang terjatuh. Tatapan nya berhenti kepada seseorang yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Rayna segera berlari untuk membantu pria yang tergeletak tak berdaya dipinggir jalan.

Ia seperti pernah melihat pria ini tapi dimana? Ahh Rayna tidak perduli pokoknya ia harus menolong pria ini.
Bau alkohol langsung menyeruak memasuki indra penciumannya. Rayna menutup rapat hidungnya. Ia benci bau ini.

"Semoga Allah mengampuni Ray karena Ray bersentuhan dengan pria ini"

"Berat banget. Mas? Mas?"

Lenguhan kecil terdengar dari bibir pria itu. Ternyata ia tidak sepenuhnya pingsan. Mungkin efek alkohol yang membuat pria itu jadi limbung.

"To-tolong antar saya pulang"

"Mas sama siapa? "

"Ini kunci mobil saya. Mobilnya ada di parkiran"

Rayna langsung mengambil kunci mobil itu dan membopong pria disampingnya untuk masuk ke mobil. Saat Rayna ingin bertanya dimana rumah pria itu terdengar suara pria itu pelan

"Apartement Diamond"

Tak perlu waktu banyak Rayna sampai di depan Apartement Diamond. Siapa yg tidak tahu apartement itu. Apartement yang ditempati oleh konglomerat dan pengusaha yang kaya raya.

Rayna memapah pria itu sampai masuk ke apartementnya. Menyelimuti pria itu dan segera pulang. Tapi saat Rayna berbalik hendak pulang, pria itu meraih lengan nya dan menciumnya lembut.

"Maaf mas, tangan saya"

"Andin temani aku sebentar. Jangan tinggalkan aku"

"Saya Rayna mas, bukan Andin"

Genggaman pria itu semakin erat dan pria itu menarik kasar lengan Rayna. Hingga sang empunya jatuh terjerembab ke atas tubuh pria itu.

"Astagfirullahaladzim. Mas sudah keterlaluan, saya harus pulang"

"Malam ini aku takkan melepaskan mu Andin"

Rayna berontak, ia takut. Apa yang harus ia lakukan? Cengkraman pria itu semakin kuat. Pria itu mulai menarik khimar Rayna. 

"Kamu sangat cantik malam ini"

Tangisan Rayna semakin kuat. Harapan nya saat ini adalah, ada seseorang yang datang bak pangeran berkuda putih menolongnya. Pria itu melepas dalaman khimarnya. Dan mencium kasar bibir Rayna, ahh bukan mencium tapi menggigit, hingga darah keluar dari bibirnya.

Pria itu mulai membuka satu persatu baju Rayna. Rayna berusaha melepaskan cengkraman tangan pria itu. Tapi

Plakkkk

Perih pipi Rayna perih dan panas. Tamparan pria itu membuat kepalanya berdenyut nyeri. Bibirnya kelu, serasa ingin berteriak namun rasa perih yang menjalar di pipi dan bibirnya membuat Rayna membeku. Pandangannya memburam.

"Abi, tadi disekolah Tommy toel-toel Lay. Lay malah, Abi. Lay gak suka ada laki-laki toel-toel Lay"

"Kenapa Ray marah? Kan dia cuma toel"

"Lay gak suka. Lay kan pelempuan, nah Tommy laki-laki. Ummi bilang laki-laki sama pelempuan gak boleh bersentuhan. Bukan muhlim"

"Mahram"

"Nahh iya abi mahlam, Hihi"

"Let's play baby"

"Ja-ngan... " dan semuanya gelap.

°°°

Cahaya mentari pagi mencari celah untuk masuk ke dalam ruangan VVIP itu. Sebuah mata lentik mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk dari jendela yang gorden nya sedikit terbuka.

Rayna mengerjap kan matanya. Matanya perih, dan terasa agak bengkak. Matanya menyusuri setiap sudut-sudut ruangan yang asing baginya. Ia menyentuh kepalanya, hanya rambut hitamnya yang terurai acak-acakkan. Dimana khimarnya. Matanya beralih kepada tubuhnya yang hanya berbalut selimut putih.
Seketika air matanya berlinang, apa yang pria itu lakukan semalam?

Rayna berusaha mencari dimana pakaian nya, ia harus pulang sekarang. Kalau tidak semua yang di rumah akan mencarinya. Rayna menatap lima tumpuk uang di bantal sebelahnya beserta sticky note dengan tulisan tangan rapi.

Maaf, aku ceroboh. Alkohol terlalu mempengaruhiku hingga aku berani menodaimu. Maafkan aku. Ini ada uang untukmu, aku berfikir uang ini akan cukup untukmu. Jika kamu hamil, pergunakan uang ini untuk biaya mu melahirkan anak itu. Tapi jika kau tak hamil, anggap saja itu sebagai uang tutup mulut.

#Niel

Rayna membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Ada darah dikasur putih itu. Tangisan Rayna semakin kencang. Cobaan apa lagi yang hendak Allah berikan pada Rayna. Besok adalah hari pernikahan nya dengan Alfand, apa yang harus ia katakan pada keluarga Alfand.

Ya Rabb, apakah ini caramu untuk menguji sebesar apa imanku? Atau ini adalah hukuman untukku karena aku berani menyentuh pria yang bukan mahram ku. Jika engkau memiliki rencana indah setelah ini. InsyaAllah aku ridha. Walau memang semua nya harus aku yang tanggung.

Rayna mengambil pakaian nya yang tergeletak acak-acakkan. Air matanya masih terus membanjiri pipi putih itu. Ia segera membersihkan dirinya dan segera pergi dari ruangan biadab ini.

"Assalamu'alaikum kak Alfand?"

"Wa'alaikumussalam Rayna? Kenapa?"

"Kita harus bicara"

"Tafadhol, silahkan Rayna"

"Aku...."

°°°


Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang