Part 18

12.6K 773 19
                                    

Cek video⬆️⬆️⬆️ (Anggap aja itu Nathan ya)

Terekam jelas jeritan pilu bercampur nyeri
Sesuatu merenggut sang rembulan malam
Hingga tercipta sebuah memori yang mustahil terlupa
Rasa sesal memenuhi rongga pikiran

Tak pernah ku rasakan rasa ini sebelumnya
Tak pernah ku sangka sebelumnya
Rembulan yang dulu sempat terguncang
Kini bangkit walau terseok-seok
Kini bangkit tuk berusaha memancarkan kembali sinar temaram nya

Aku tak berharap rasa itu bersemayam padaku
Jujur, itu membuatku tak nyaman
Aku tau kita berbeda
Jelas ada benteng besar menghalangi niat mengungkap rasa
Benteng besar yang takkan mudah kugapai dengan mudah

Rembulanku dengan Al Quran nya
Dan aku dengan Alkitab ku
Rembulanku dengan butiran tasbih digenggaman nya
Dan aku dengan Rosario yang senantiasa menggantung di dadaku.
Rembulanku yang ketika berdoa menengadahkan kedua tangan
Dan aku yang meminta dengan menyatukan kedua telapak tangan

Persoalan harta, jabatan, popularitas dapat mudah ku gapai
Tapi sumpah demi tuhan aku tak kuasa menggapai benteng yang menyekat diantara kita
Membuat jarak diantara kita semakin jelas

"Kita berbeda, menjauhlah dariku!"
Ucapan rembulan membuatku runtuh
Tak ada lagi yang dapat ku perjuangkan
Semuanya luluh lantak dalam satu kali hentakan

Rembulanku...
Jika tuhan memberiku kesempatan
Mengucap dua kalimat syahadat yang saat itu akan kulakukan...

°°°

Pria dengan tuxedo hitam itu melangkah perlahan ke tempat duduk para jemaat di barisan paling depan. Tangan nya dikepalkan di depan dada tepat didekat Rosario yang menggantung di lehernya, kepalanya sedikit ia tundukan tanda rasa hormat kepada sang Tuhan.

Tuhan Yesus, kami anakMu datang ke hadiratMu dengan ucapan syukur dan sekaligus memohon agar Engkau memberikan belas kasihMu dalam hidup kami. Kami paham Tuhan, bahwa kami Engkau ciptakan berpasangan sesuai dengan firmanMu. Tuhan Yesus, gadis itu telah mengambil separuh dari hatiku. Dia seorang gadis yang sangat berbeda denganku. Dia islam, dia tak sama denganku. Jadi aku disini untuk meminta RidhoMu, memulai lembaran baru. Menata aksara dengan pena dalam kertas yang baru, bukan lagi sebagai umatMu. Tapi sebagai umat berTuhankan selain diriMu.

Nathan mengangkat kepalanya, hatinya terasa lebih tenang sekarang. Ia menatap sebuah simbol salib dengan patung Tuhan nya disana. Seorang pria paruh baya keluar dari sebuah ruangan. Pria yang sangat dikenali oleh Nathan, pria yang selama ini menuntun nya untuk dekat dengan Tuhan Yesus.

Pria itu menghampiri Nathan dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.
"Anak Tuhan ini ternyata sudah besar sekarang"

"Eyang! Apa kabar"

"Puji Tuhan, aku baik. Alexa kau sudah besar sekarang. Kau tau mana yang benar dan mana yang buruk. Aku pun paham, Agama bukanlah sebuah warisan yang turun temurun harus diturunkan oleh orang tua. Pergilah sejauh kaki mu melangkah. Jika meninggalkan Yesus membuatmu bahagia, maka pergilah. Yang terpenting, jangan sampai kau hidup tanpa Tuhan. Ingat itu Alexa!"

Nathan mengembangkan senyumnya "Iya Eyang, Alexa mengerti. Doakan Alexa, Eyang"

Pria yang disebut Nathan sebagai Eyang itu tersenyum lalu mengangguk. Nathan melangkah keluar dari Gereja dengan perasaan tenang. Ada satu orang lagi yang harus Nathan mintai persetujuan, baru Nathan akan melangkah ke arah yang lebih jauh lagi.

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang