Part 38

9K 720 22
                                    

Belajarlah TAAT karena wanita sholihah itu lebih baik dari dunia dan seluruh isinya.
.
.
🌺💐🌺💐🌺💐🌺💐🌺💐

🥀

Rayna duduk di balkon kamarnya. Memandang senja seperti ini membuat Rayna rindu dengan kebersamaan nya dengan Ummi nya. Seketika terlintas bayangan Ummi nya di kepala Rayna. Ucapan Ummi nya sore itu saat Rayna dan Ummi nya sedang berbincang di balkon kamar Rayna yang lama.

"Rayna, ingat kata-kata Ummi ya. Kelak kamu akan menikah dengan seorang pria. Jadikan dia seperti Raja di singgasana nya. Hormati dia seperti kamu menghormati Abi mu. Sayangi dia seperti kamu menyayangi Abi. Rayna, kamu tau kan setiap ibadah yang kita lakukan dengan ikhlas, itu akan bernilai pahala. Begitu juga dalam pernikahan. Meskipun suatu hari nanti kamu tak mencintai suami mu, tetaplah patuh padanya karena itu juga ibadah dan jika kamu ikhlas melakukan nya hanya karena Allah, itu akan bernilai pahala bagimu"

"Pernikahan adalah ibadah seumur hidup" itu yang Rayna dengar dari Abi nya. Sebelum acara pernikahannya dengan Nathan, semua orang terdekatnya memberi banyak wejangan. Dan Rayna hanya menanggapinya dengan senyuman dan di hati kecil Rayna ia selalu berucap 'insyaallah'

Rayna menatap Nathan yang masih tertidur di atas tempat tidur nya setelah sholat ashar tadi. Sejak siang tadi, Nathan meracau tidak jelas. Badannya panas tinggi. Mungkin efek alergi kemarin masih tersisa. Dengan sabar, Rayna mengompres dahi Nathan dan menggantinya setiap lima menit sekali.

Rayna jadi semakin merasa berdosa. Jika saja pagi itu Rayna bertanya terlebih dulu, apa Nathan punya alergi lain, pasti Nathan takkan terbaring lemas.

"Hum? Humaira? Kamu dimana? Jangan tinggalin aku" Nathan meracau lagi dan hanya itu yang di ucapkan nya. Padahal pada saat Nathan meracau seperti itu Rayna ada di sisinya sedang mengganti kompres.

Rayna bangkit dari duduknya dan bergegas menghampiri Nathan. Rayna meraba dahi Nathan, suhu nya sudah menurun. Tidak panas seperti tadi.

"Alhamdulillah, suhu nya turun"

Rayna menatap Nathan yang baru saja bangun dari tidurnya. Keringat hampir membasahi seluruh tubuh Nathan.

"Baju nya aku bantu ganti ya?"

Nathan menatap Rayna yang berdiri di samping tempat tidurnya. Tiba-tiba Nathan memeluk pinggang Rayna,m dan menangis. Jelas saat itu Rayna bingung, apa yang terjadi? Apa karena sakit kepalanya tak tertahankan makanya Nathan menangis?

"Nathan?"

"Aku takut Ray. Aku takut"

Rayna mengernyitkan dahinya "Apa yang kamu takutin?"

"Aku mimpi kamu dicelakakan sama orang lain. Dan aku lihat kamu terbujur kaku di tengah jalan dengan darah yang terus keluar dari pelipis kamu. Aku takut itu benar-benar terjadi. Aku takut kamu pergi"

Rayna melepaskan pelukkan Nathan. Lalu duduk di kursi di samping tempat tidur.

"Aku nggak akan kenapa-napa. Jadi kamu nggak perlu takut" Ucap Rayna berusaha menenangkan Nathan. "Ohh iya, aku mau izin sama kamu. Aku mau jemput Umar di rumah Ummi"

"Aku antar!" Nathan membuka selimutnya dan berniat untuk bangkit

"Nggak usah. Kamu masih lemes, aku bisa bawa mobil sendiri kok. Kamu istirahat aja"

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang