Epilog

12.6K 703 37
                                    

Sinar mentari pagi masuk melalui celah jendela kamar Rayna. Lengan halus dan kekar sejak malam memeluk Rayna erat. Rayna membalikan tubuhnya menatap wajah pria yang berstatus sebagai suaminya. Menatap lekat-lekat wajah lembut suaminya.

Rayna tersenyum mengingat bagaimana pahit nya kehidupan nya dahulu. Bagaimana ia berusaha menutup telinga nya dari ocehan tetangga perihal kehamilan nya. Bahkan jiwa nya sempat terguncang, karena ocehan tetangga yang tak tahu malu.

Tapi Allah datang memberi Rayna kekuatan hingga ia mampu berdiri sendiri. Membesarkan Umar sendiri hingga mencari nafkah sendiri. Lalu Allah pertemukan kembali Rayna dengan pria kristiani yang memporak-porandakan kehidupannya. Dengan kuasa nya Allah mendekatkan kembali Rayna dengan Nathan. Lalu mengikat mereka dalam sebuah mahligai pernikahan. Tentunya dengan kondisi Nathan yang sudah sah menjadi mualaf.

Hingga sampai saat ini Rayna bertahan dengan manja nya seorang Nathaniel. Rayna bersyukur dengan sifat lembut dan dewasanya Nathan.

Lalu sekarang Allah tidak sama sekali meredupkan sinar kasih sayangnya pada Rayna. Rayna kembali dititipkan sebuah nyawa di dalam rahim nya. Tak kurang-kurang, dua nyawa sekaligus di dalam rahimnya.

Saat Rayna kabarkan kehamilan nya, Nathan senang bukan main. Ia menghubungi keluarga nya dan memberitahukan kehamilan Rayna. Nathan menjaga Rayna dengan sangat hati-hati. Membelikan Rayna susu khusus ibu hamil. Dan selama Rayna mengalami morning sickness, Nathan yang mengurusnya sendirian.

"Pagi" Sapa Rayna saat Nathan mulai membuka matanya.

"Pagi Humaira" Nathan tersenyum dengan wajah bantalnya.

"Kenapa habis subuh malah ikutan tidur lagi?"

"Lihat kamu tidur sendirian. Yaudah aku temenin lah"

Rayna menyibak selimutnya lalu bangun ke kamar mandi.

"Aku siapin sarapan dulu ya" Ucap Rayna saat dirinya keluar dari kamar mandi.

"Aku bantu"

Dulu Rayna tak sadar bahwa dia telah mencintai Nathan. Bahkan untuk memperlihatkan perhatian nya saja Rayna sedikit gengsi. Tapi sekarang, Rayna tak tanggung-tanggung memperlihatkan kasih sayang nya. Rayna jadi sering tersenyum dihadapan Nathan.

Seperti sekarang saat Rayna memasak, Nathan selalu di sisinya. Mengajak bercanda, ataupun melontarkan gombalan receh ala anak muda.

"Ray kamu tau nggak, dulu aku sama Eldrich nggak pernah akur. Padahal kita kembar tapi sampai sekarang pun susah banget buat akur sama dia"

"Oh ya?"

"Iya, dulu kita pernah berantem sampai lempar-lemparan lumpur. Pas lemparan terakhir lumpurnya kena muka Eldrich. Dia nangis, nggak terima muka nya jadi hitam karena lumpur. Akhirnya Eldrich ngadu ke Mama dan kuping ku di jewer sama Mama"

Rayna terkekeh geli. Rayna saja baru tahu Eldrich dan Nathan kembar pada saat Eldrich datang ke rumah Rayna bersama Yoora untuk mengucapkan selamat atas kehamilan Rayna. Tadinya Rayna sempat tidak percaya, karena wajah mereka yang tidak terlalu mirip dan tubuh Eldrich yang sedikit lebih besar dari tubuh Nathan.

Saat Rayna bertanya pada Nathan perihal tubuh Eldrich yang lebih besar, Nathan hanya menjawab "Iyalah Ray, dia lebih besar. Makanan nya aja selama di Belanda daging sama sayuran terus. Apalagi dia rajin nge-Gym. Kalo aku kan sibuk ngantor terus"

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang