Part 45

10.9K 642 17
                                    

❝   Menikahlah dengan dia yang mau menerima manjamu, bersedia menerima marahmu. Dia yang mencintai kelebihan dan kekuranganmu, tanpa pernah membandingkan dirimu dengan orang lain.   ❞

Habib Ali bin Zainal Abidin Al Kaff

  🥀


Dentingan sendok dan piring beradu menjadi satu di atas meja makan. Keluarga kecil yang bahagia. Mungkin akan seperti itu judul yang tepat diberikan untuk keluarga kecil Rayna. Setelah peristiwa Andin dan Steven Rayna dan Nathan semakin dekat.

"Habis ini bantuin Umma bersih-bersih ya"

Umar dan Nathan menoleh lalu mengangguk bersamaan.

"Abis itu ke minimarket beli ice cream ya Umma" Ucap Umar dengan mulut yang penuh oleh nasi goreng

"Iya sayang"

Umar dan Nathan menghabiskan makanan nya dengan cepat. Mereka bergegas mengambil sapu dan alat pel.

"Yuk Umma kita mulai" Ucap Umar dengan serbet dan ember yang dibawa nya

"Dari ruang mana dulu nihh??" Nathan datang membawa semprotan kaca serta alat untuk membersihkan kaca.

Rayna menghampiri Umar lalu memberikan alat yang sama dengan yang dibawa Nathan.

"Umar bersihin kaca sama Papa. Umma mau bersih-bersih didalam"

"Siap Umma" Umar menempelkan empat jari di dahinya seperti anak buah hormat kepada komandan nya.

Rayna mulai merapikan ruang tamu. Membersihkan setiap sudutnya. Membersihkan barang-barang yang ada disana dengan kemoceng. Hingga mengepel seluruh ruangan termasuk ruang keluarga.

Sedangkan Umar dan Nathan sedang membersihkan kaca bagian luar. Tiba-tiba

BRUKKK...

Rayna yang mendengar kegaduhan di depan teras nya menghampiri kedua pria yang sedang bertugas di sana. Mata Rayna terbelalak saat melihat pemandangan di depan nya. Memang salah jika ayah dan anak ini disatukan dalam satu tempat.

Lihat saja semprotan yang berisi cairan untuk membersihkan kaca berceceran disana sini. Lantai terasnya jadi basah dan licin. Sedangkan Nathan dan Umar sedang asik memainkan selang air di taman. Dan yang lebih parahnya lagi. Mawar putih milik Rayna terinjak dan dahan nya patah.

"BERHENTI ATAU KITA NGGAK JADI BELI ICE CREAM!"

Umar dan Nathan menatap Rayna dengan wajah dingin nya. Nathan bergidik ngeri jika Rayna sudah mengeluarkan Sage Mode nya.

Nathan menunjukan cengiran khas nya. Lalu kedua pria yang sedang salah tingkah itu duduk bersila dihadapan Rayna

"Ampun Umma, tadi niatnya mau bersihin cairan pembersih kaca yang tumpah. Tapi Umar malah kesemprot air di selang ini" Ucap Umar dengan wajah tertunduk.

"Terus dilanjutin main air?" Tanya Rayna masih dengan ekspresi dingin nya.

Nathan dan Umar mengangguk lesu. Rayna menghembuskan nafas lelah "Yasudah, kalian masuk terus ganti baju. Nanti kalian masuk angin"

Umar dan Nathan saling berpandangan lalu berlari masuk kedalam rumah. "Makasih Umma" teriak Nathan dan Umar bersamaan.

Tiba-tiba Rayna teringat sesuatu. Ia bergegas mengikuti Nathan dan Umar sampai pintu depan. Sudah Rayna duga. Kaki yang kotor karena tanah basah di taman dibawa masuk ke dalam rumah yang baru saja Rayna bersihkan. Alhasil banyak jejak kaki kotor dari pintu depan ke toilet dekat dapur.

"MAS NATHAN!! UMAR!! UMMA BENERAN NGGAK AKAN JADI BELIIN ICE CREAM!!"

Pada akhirnya Rayna yang beres-beres seluruh ruangan di rumahnya sendirian. Dan akhirnya Rayna juga yang harus dua kali bekerja untuk membersihkan rumah nya. Setelah selesai bersih-bersih, Rayna naik ke lantai dua lalu masuk ke kamarnya.

"Mas? Umar?" Tak ada sahutan

Rayna melangkahkan kakinya ke kamar Umar. Hatinya seketika tenang saat melihat Nathan dan Umar sedang tertidur di atas kasur. Sudah lama ia tak melihat pemandangan langka ini. Akhirnya Rayna masuk ke kamar Umar lalu ikut merebahkan dirinya di samping Umar.

🥀

Setelah sholat ashar, Rayna menghampiri Umar dan Nathan di halaman belakang sambil membawa jus jeruk dan cemilan.

"Udahan dulu main nya. Umma bawain jus jeruk"

Nathan dan Umar menyimpan bola yang baru saja dimainkan nya ke keranjang bola lalu menghampiri Rayna di sofa dekat pintu masuk.

"Hum?"

Rayna menoleh "kenapa?"

"Kamu nggak ada pikiran mau Honeymoon dimana gitu"

Rayna mengernyitkan keningnya "Honeymoon? Pernikahan kita sudah hampir sebulan dan Mas baru ngomongin Honeymoon?"

"Ya, gapapa lah baru sebulan kan, belum setahun. Emang kenapa? Lagian Umar juga pengen punya adik ya?"

Umar menoleh lalu mengangguk senang. Ia naik ke atas pangkuan Nathan dan menatap Rayna "iya Umma. Biar Umar nggak sendirian dirumah. Kan lucu kalo ada bayi kecil-kecil" ucap Umar sambil memakan cemilannya.

Tiba-tiba Rayna teringat sesuatu. Rayna masuk kembali me kamarnya dan membuka laci meja rias lalu mengeluarkan amplop coklat dari dalamnya. Setelah itu Rayna kembali ke halaman belakang dan memberikan amplop coklat itu pada Nathan.

"Dari siapa?"

"Bang Nizar yang kasih, dua hari yang lalu"

"Kok nggak kasih tau?"

"Kan ini kasih tau"

Nathan menggelengkan kepalanya lalu membuka amplop coklat itu.

"Tiket pesawat?"

Rayna mengangguk

"Buat dua orang?"

Rayna kembali mengangguk

"Ke jepang?"

Untuk yang ketiga kalinya ia mengangguk. Refleks Nathan memeluk Rayna, ia senang. Yang pertama karena niat nya untuk liburan ke luar negeri bersama Rayna bisa tercapai. Yang kedua karena Nathan tak perlu mengeluarkan uang untuk beli tiket pesawat.

"Jadi kapan?"

Rayna menggedikan bahunya "Terserah"

"Lusa gimana? Kebetulan aku free"

Rayna terlihat mempertimbangkan tawaran Nathan. "Boleh"

"Yashhh" Nathan menciumi pipi Rayna bertubi-tubi.

Rayna yang risih berusaha menjauhi wajahnya dari Nathan. "Ihhh, gausah gitu" Ucap Rayna sambil mengelap pipinya.

🥀

Maaf ya, aku belum kepikiran mau tambah ekstra part.

Tapi nanti insyaallah aku usaha kan, supaya ada ekstra part nya😊😊


Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang