Sejak hari dimana Nathan dan Orang tuanya datang ke rumah Rayna, rumahnya jadi semakin sibuk. Banyak orang berseragam yang bolak balik di sekitar ruang tamu, ruang keluarga, dan kamarnya. Akhirnya Rayna harus merelakan dirinya pindah tidur di kamar tamu karena kamar yang biasa dipakainya penuh dengan dekorasi ruangan.
Ummi nya pun mulai sibuk. Dan beberapa kali harus menginap di rumah Rayna. Mengatur baju, cincin, dan keperluan lainnya. Tetap yang mengatur semua orang-orang yang mengurusi baju yang dipesan Ummi nya adalah orang yang ditugaskan oleh Orang tua Nathan.
"Mbak Rayna?" Seorang gadis dengan pakaian kantor, datang menghampirinya. Tangan kanannya menggenggam satu set baju untuk pria dengan ukuran kecil.
"Kenapa?"
"Baju untuk Umar sudah selesai. Silahkan dicoba Mbak"
Rayna mengangguk lalu membawa satu set baju itu ke kamar Umar. Di kamarnya Umar sedang memainkan puzzle yang baru saja dibelikan oleh Nizar.
"Umar?"
"Ehh, Umma"
"Mau coba nggak baju baru dari Kakek Alex untuk acara lusa nanti?"
Umar memperhatikan baju yang di gantung di pintu lemarinya. Tuxedo berwarna hitam, kemeja putih, dasi hitam yang menawan, tak lupa celana bahan berwarna hitam.
"Mau mau Umma"
Rayna memakaikan satu persatu set baju tersebut. Hingga senyumnya mengembang saat melihat penampilan Umar yang luar biasa. Setelan Tuxedo itu sangat cocok di tubuh Umar.
Tiba-tiba Umar menangkup pipi Rayna lalu memeluk Rayna erat. "Umma, Umar seneng... Banget pas tau Papa Nathan mau nikah sama Umma, terus tinggal dirumah ini bareng sama kita berdua" Ucap Umar lembut, matanya menyorot binar bahagia "Umar juga yakin, Umma juga pasti bahagia, iya kan?"
Rayna tersenyum lalu mengangguk "Iya Umma bahagia, kalo Umar juga bahagia"
Umar melepas pelukannya lalu mencium lembut kening Rayna.
"Yasudah Umma keluar dulu ya"
"Iya Umma"
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Rayna menghembuskan nafas nya gusar. Saat ini yang ada di pikirannya hanya satu. Kebahagiaan Umar. Jika Umar bahagia atas pernikahan nya dengan Nathan, insyaallah Rayna ikhlas.
°°°
Nathan membuka laptop nya. Sejak siang tadi ia sangat sibuk. Memilih baju, mahar pernikahan dan segala persiapan. Meskipun Papanya menyewa WO, Nathan tak mendapat kan pelayanan WO. Karena WO itu di khususkan untuk menyiapkan persiapan di rumah Rayna.
Memang terlihat mustahil mempersiapkan pernikahan berserta pesta walimah nya dalam satu minggu. Tapi buktinya sekarang H-3 menuju acara, persiapan acara sudah hampir selesai.
Mulai dari mahar, seperangkat alat sholat, dan berbagai barang lainnya, Nathan sendiri yang menyiapkan.
Yoora sejak pulang tadi sudah terlelap di alam mimpinya. Jadi Nathan bisa sedikit bersantai. Suara ketukan pintu menghentikan aktifitasnya. Nathan menutup laptop nya dan berjalan gontai ke pintu depan.
"Eldrich?"
"Ehh Nathan? Gue tadi ke Apartemen Lo, dan nggak ada siapa-siapa, ternyata Lo disini"
Ya, sejak Nathan pulang dari rumah Rayna, Nathan tinggal dirumah Papanya.
"Iya, Papa yang nyuruh Gue"
Eldrich melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, lalu mendaratkan bokong nya di sofa.
"Ohh iya, Gue denger Lo mau nikah. Congrats ya"
"Hmm, Gue harap Lo mau dateng ke acaranya. Yoora juga berharap Lo dateng"
Eldrich tersenyum "Makanya hari ini Gue pulang, Gue mau lihat adek Gue satu-satunya nikah. Apa? Ijab qobul ya kalo dalam islam?"
"Iya, thanks ya sebelumnya"
"It's oke"
Eldrich meliarkan pandangan nya. Seperti sedang mencari sesuatu. "Yoora mana?" Tanyanya
"Ohh dia lagi tidur"
"Boleh Gue ke kamarnya?"
"Silahkan"
Nathan mengantar Eldrich ke lantai dua, dimana kamar Yoora berada. Nathan membuka pintu kamarnya hati-hati dan terlihat sebuah kamar dengan nuansa warna pink di setiap sudutnya. Di atas kasur nya Yoora masih tertidur dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.
"Lo mau masuk, masuk aja. Gue tinggal dulu"
"Oke, makasih ya"
"Hmm"
Nathan meninggalkan Eldrich berdua dengan Yoora. Saat Yoora bangun nanti pasti ia akan kaget mendapati Papanya di sampingnya.
Lalu suara ketukan pintu kembali terdengar.
Siapa? - pikir Nathan
"Pak Nathan maaf mengganggu waktunya. Saya kesini membawa gaun yang di pesan oleh pak Nathan."
Seorang wanita berseragam. Pasti salah satu pegawai boutique yang ditugaskan Nathan untuk membawa satu set gaun untuk Yoora dan satu set Tuxedo untuk Umar.
"Ohh iya, terima kasih"
"Kalau gitu saya permisi pak"
"Iya silahkan"
Nathan berjalan kembali lagi ke kamar Yoora untuk menyimpan gaun nya ke dalam lemari Yoora. Saat pintu kamar Yoora di buka, pemandangan langka itu terlihat. Eldrich tertidur di sebelah Yoora seraya memeluk Yoora erat.
Nathan tersenyum, ia berharap suatu saat nanti Eldrich akan mengikuti langkahnya juga. Meninggalkan agama nenek moyang, dan ikut pada agama yang di anut oleh Yoora maupun dirinya.
°°°
Assalamu'alaikum
Lagi-lagi part nya pendek ya. Otak ku lagi nggak mau diajak kerja sama. Jadi ya Blank aja gitu.
Maaf yaa😔 semoga part selanjutnya lebih panjang.
.
Ohh iya mau request nggak, part selanjutnya mau langsung ke Akad atau mau H-1 acara?
![](https://img.wattpad.com/cover/198150469-288-k259308.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Malam
Teen FictionDon't copy my story!! Story by : Erni Shalwa Gadis cantik dengan kepandaian nya menutup aurat dan dikenal sopan oleh masyarakat. Kini harus menjalani kenyataan pahit. Dia dinyatakan hamil dan sukses menjadi buah bibir orang-orang karena tak tahu dim...