Part 3

14.4K 717 0
                                    

Nizar berjalan santai menuju ruang pribadi milik sahabat sekaligus CEO perusahaan Niel Group ini.  Perusahaan terbesar di ibukota yang bergerak dibidang properti.

"Assalamu'alaikum Mai, Nathan ada diruangan nya kan? "

Wanita berhijab yang menjabat sebagai sekrektaris itu mendongak menatap siapa lawan bicaranya. Lalu dengan cepat ia menundukan kembali pandangan nya.

"Wa-wa'alaikumussalam pak Nizar. Pak Nathan ada didalam, silahkan masuk"

Nizar mengangguk mengerti dan melangkahkan kakinya memasuki ruangan luas tempat sahabatnya bekerja. Disana sudah terdapat seorang pria dengan setumpuk map yang berukuran besar.

"Sarapan bro?"

"Bantuin gue Zar"

"Apaan? "

"Bantuin gue buat mindahin berkas untuk meeting pagi ini"

"Males gue ngantuk"

"Mau gue potong gaji lo?!"

"Yah, maennya potong-potongan gaji nihh. Nggak seru kamu mas"

Nathan melancarkan tatapan membunuhnya. Nizar hanya cengengesan menatap mata tajam Nathan yang siap untuk menelannya kapan pun.

Nizar mengambil beberapa tumpuk map dimeja Nathan. Bagaimana pun dia adalah asisten Elang, jadi sebagian pekerjaan Nathan adalah pekerjaan nya juga.

Nizar mulai mengambil satu map berukuran sedang yang terletak agak jauh dari kumpulan map yang lainnya, ia mulai mempelajari isi dari map tersebut. Matanya terbelalak saat membaca isi dari map tersebut.

"Papa lo ngasih seluruh aset nya ke lo? "

Nathan mendongak, lalu mengangguk "Yes"

"Kan ada Eldrich, emang dia nggak masalah"

"Gue nggak perduli, lagipula itu bukan aset papa semuanya. Sebagian aset mama ada disana, makanya gue berani ambil"

Nizar mengangguk mengerti. Ia sangat mengetahui bagaimana karakter sahabatnya. Nathan tidak akan memutuskan sesuatu jika ia tidak terfikir akan jadi seperti apa kedepannya. Tapi hanya ada satu hal yang mampu melemahkan keputusan seorang Nathan. Cinta.

Nizar pun kadang bingung dengan sahabatnya ini. Sifatnya sangat keras, tak mau dibantah, pemaksa, teguh pendirian. Namun ketika Andin, gadis yang dicintainya datang, semua sifat keras nya hilang diterpa angin.

"Morning baby" Suara seorang gadis dari balik pintu memecah keheningan

Tak lama seorang gadis berwajah Tionghoa masuk dengan dress ketat tanpa lengan berwarna merah menyala tidak lupa heels yang tingginya mungkin mengalahkan gedung tertinggi di jakarta. Rambut pirangnya tergerai sepinggang, ia menunjukan senyum terbaiknya dihadapan Nathan.

"Hai honey"

Nathan segera menutup seluruh berkasnya dan melempar nya pada Nizar yang terletak tak jauh dari tempatnya. Nizar sudah menduganya, pasti dia akan duduk diruangan Nathan seharian penuh mengerjakan berkas-berkas yang membuat kepalanya pusing.

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang