Part 42

9.1K 672 15
                                    

"Sya'uqbilu yaa kholiqii min jadiid. Kama anta minnii ilaahi turiidd.
Wa arjuu idzaa anta taqbalunii
Jinaa nal khuluudi wa minkal maziid"

Sholawat Sya'uqbilu ya Khaliqi mengalun lembut dari bibir Rayna. Sambil mengelap lembut jari jemari Nathan dengan washlap basah. Sudah hampir satu minggu Nathan belum sadarkan diri. Dokter bilang Nathan sedang berada dalam masa pemulihan. Akibat benturan keras itu, Nathan butuh waktu untuk benar-benar sadar dan pulih.

Rayna yang selalu ada di sisi Nathan. Menatap monitor vital, melantunkan sholawat, membacakan Al Quran, dan membersihkan tubuh Nathan.

Setelah selesai mengelap jari jemari Nathan, Rayna membacakan surah Ar Rahman untuk Nathan. Rayna ingin saat Nathan membuka matanya, yang pertama dilihat Nathan adalah Rayna.

Rayna menutup mushaf nya dan menaruhnya di nakas. Sekali lagi Rayna menatap wajah Nathan. Matanya masih terpejam rapat. Rayna meraih tangan Nathan lalu menciumnya lembut. Air mata Rayna kembali mengalir, kilatan kejadian itu terus berputar di otak nya.

Rayna masih sering bertanya-tanya. Mengapa harus Nathan? Mengapa harus separah ini? Mengapa harus terus terpejam?

"Kapan kamu mau bangun? Kamu nggak kangen sama aku?"

"Coba bilang. Bilang sama aku berapa kali aku harus cium tangan kamu supaya kamu bangun? Hiks...hikss kamu semakin bikin aku merasa berdosa"

"Aku mau minta maaf. Aku tau aku salah. Aku berusaha menutup hati untuk kamu. Kalau kamu dengar aku, buka mata kamu sekarang!"

Tak ada jawaban dari lawan bicara nya. Nathan masih tenang menutup matanya.

"Mas... Hikss..hikss. Aku akan belajar untuk mencintaimu. Maka dari itu, buka matamu dan ajarkan aku bagaimana agar aku bisa mencintaimu"

Rayna menjatuhkan kepalanya di atas lengan Nathan. Ia menangis sejadi-jadinya. Tapi tiba-tiba tangis nya terhenti saat Rayna merasa ada sentuhan ringan di kepala nya.

"Hu...maira"

Rayna tersentak mendengar suara itu. Suara berat yang mampu menggetarkan hatinya. Rayna menoleh ke arah Nathan. Mata yang biasanya terpejam itu kini telah terbuka.

Rayna bisa menatap sorot mata lembut itu. Dia tersenyum dibalik masker oksigen yang dipakainya.

Rayna bangkit dan memencet bel darurat di atas brangkar Nathan. Tak lama seorang dokter dan Perawat menghampiri Rayna.

"Suami saya Dok"

Dokter mengangguk lalu mengecek keadaan Nathan.

"Keadaan nya hampir membaik Bu. Pak Nathan mohon di minimalisir gerakan nya ya, karena ada beberapa tulang rusuk Pak Nathan yang retak. Bu Rayna mohon di bantu aktifitas nya. Agar Pak Nathan tidak perlu banyak bergerak"

Rayna mengangguk lalu mengucapkan terima kasih "Kabel yang ada di tubuh suami saya, kapan dilepas Dok?"

"Nanti akan saya periksa sekali lagi, baru saya akan lepas kabel elektroda nya"

Dokter dan Perawat yang baru saja memeriksa Nathan berlalu meninggalkan Rayna berdua dengan Nathan. Rayna baru saja menghubungi Ummi dan Abi nya serta Nizar lalu Pak Alex dan Eldrich.

Rayna menatap Nathan yang juga sedang menatapnya. Seketika air mata Rayna tumpah. Dengan cepat Rayna menghambur ke pelukan Nathan. Rayna sadar dengan apa yang dilakukan nya pada saat mendengar Nathan meringis menahan nyeri.

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang