Part 21

10.6K 682 15
                                    

"Uncle!!"

Teriakan Yoora berhasil menghentikan aktifitas semua orang disana. Yoora berlari ke arah Nathan yang masih berdiri mematung dengan nafas tak beraturan.

"Uncle, Yoora pakai baju ini cantik kan?"

Nathan menatap Yoora dari atas ke bawah. Yoora terlihat cocok memakai baju gamis dengan hijab panjang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

"Cantik kok"

Yoora tersenyum malu lalu memeluk Nathan erat. "Ayo Uncle ikutan sama kita" 

"Om nya Yoora ya? Silahkan masuk" Ucap Hisyam dengan senyum hangat. Nathan berjalan ke dekat Hisyam karena hanya disana yang kosong.

Semua mata menyambut Nathan dengan hangat. Memperlakukan Nathan seperti saudara. Nathan pun sadar ada dua pasang mata yang menatapnya dengan tatapan membunuh. Nizar dan Rayna. Mata itu menatap Nathan tajam seolah-olah siap untuk mencabik nya.

"Kerja dimana Nak..." Suara Hisyam memecah kecanggungan Nathan

"Nathan Om"

"Ohh, kerja dimana Nak Nathan?"

"Di Perusahaan Niel Group, Om"

Hisyam menganggukan kepalanya "Ohh Perusahaan besar di pusat kota itu?"

"Iya,Om. Saya kesini cuma mau jemput Yoora. Karena saya janji sama Yoora mau jemput sore tadi, tapi malah kemalaman"

"Gapapa kok, sekalian aja Nak Nathan ikut makan malam disini. Yoora juga betah disini kan?"

Yoora menganggukan kepala nya dengan mulut yang penuh makanan "Kalo boleh, Yoora mau nginep disini aja. Boleh ya Abi? Ummi?"

"Boleh dong sayang, nanti biar Ummi ceritakan dongeng sebelum tidur mau?"

Yoora menganggukan kepalanya senang. Kapan lagi ia merasakan hangat nya keluarga. Nathan tersenyum melihat tingkah Yoora. Jika Yoora dirumah, mungkin ia tak bisa sesenang sekarang. Yoora selalu bilang bahwa ia selalu ingin jadi bagian keluarga Rayna. Rayna seperti ibu bagi Yoora, dan Umar seperti Kakak bagi Yoora.

"Jangan nginep ya, kita pulang aja. Nanti malah ngerepotin"

"Ihh nggak ngerepotin kok, Mas Nathan. Malah Yoora ngegemesin, jadi kita malah seneng kalo Yoora mau bermalam disini, iya kan Ray?" Jawab Nafisya, Tante Rayna yang sedang menyuapi bayi kecil nya.

Rayna yang sedang menyuapkan makanan ke mulut nya terhenti. Rayna memaksakan senyumnya dibalik niqab bandana yg ia pakai. "I-iya kalo Yoora mau nginep disini. Yoora bisa tidur dikamar Umma"

"Yeayyyy" Yoora berteriak kegirangan. Ia berlari memeluk Rayna dari belakang "Yoora sayang Umma"

"Umma juga sayang Yoora" balas Rayna. Ponsel Rayna berdering menandakan panggilan masuk.

Syifa's Calling

"Bentar ya Umma angkat telpon dulu. Ummi Abi, Rayna angkat telpon dulu ya"

Hisyam dan Sarah mengangguk bersamaan. Rayna melangkahkan kaki nya menuju ruang keluarga. Ia mengangkat telepon dari sahabatnya itu.

"Halo, assalamu'alaikum Fa?

"Wa'alaikumussalam, aduh Ray maafin aku ya. Aku nggak bisa datang ke rumah mu. Kak Naya lagi keluar, terus Bilqis lagi tidur. Aku nggak tega ninggalin Bilqis sendiri"

"Ohh iya gapapa kok. Lain waktu kan bisa ketemu lagi"

"Maaf ya Ray, InsyaAllah nanti kita meet lagi di cafe deket MA ya"

"Kok ngajak meet disana?"

"Hhehe gapapa, aku kangen aja sama suasana nya"

"Ohh oke deh kalo gitu, nanti kabarin lagi aja ya"

"Iya Ray, aku tutup ya. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Rayna memasukan kembali ponselnya ke saku Abaya nya. Lalu bergabung kembali dengan keluarga nya. Beberapa sudah selesai dengan aktivitas makan malam. Ummi-nya pun sudah membereskan sebagian piring dan mangkuk.

"Sini Ummi, biar Ray yang cuci piring nya"

"Ummi ambil yang lain nya lagi ya?"

"Iya Ummi"

Rayna memasukan semua mangkuk dan piring ke tempat cuci piring. Dengan telaten, Rayna membersihkan semua piring, mangkuk, dan gelas.

"Keluarga mu sungguh menyenangkan, Rayna. Bercanda, bertukar cerita, dan makan malam bersama. Suasana nya membuatku rindu saat bersama Papa, Mama, dan Eldrich"

Ucapan seseorang dibelakang nya membuat Rayna menghentikan aktivitas mencuci piring. Rayna jadi bertanya-tanya, memang keluarga Nathan kemana?

"Memang nya Ibu anda kemana?"

"Mama ku, sudah pergi tiga tahun lalu" Jawab Nathan sambil mencuci tangan nya di wastafel.

Rayna terkejut "Ohh maaf saya tidak bermaksud-"

"It's okay"

"Ohh iya, Rayna?"

Rayna diam. Ia ingin mendengar apa yang akan dikatakan Nathan dengan nada serius nya tadi.

"Jika aku mengaku kepada Abi-mu bahwa aku yang menghamili mu saat itu, apa yang akan kamu lakukan"

"Jangan!!!"

Nathan menaikan sebelah bibirnya, membentuk senyuman tipis.

"Kenapa? Umar jelas-jelas sangat membutuhkan figur seorang ayah. Apa kamu tega membiarkan Umar tumbuh tanpa seorang ayah? Ingat Rayna, aku masih ayah biologis Umar. Cepat atau lambat, seluruh keluarga mu pun akan tau, siapa ayah dari Umar"

Tubuh Rayna bergetar hebat. Ia tak tahu bagaimana perasaan Abi nya saat tau bahwa Nathan adalah pria yang menghamili nya saat itu. Entah apa sebabnya, Rayna takut. Rayna takut jika seluruh keluarganya mengetahui identitas Nathan, beserta masa lalunya.

Tak terasa setitik air mata jatuh diantara niqab yang Rayna kenakan. Hatinya berdegup kencang. Rayna tak bisa mendefinisi kan perasaan nya saat ini, yang jelas perasaan ini membuat Rayna tidak nyaman.

"Satu lagi, perlu kamu tahu. Salah satu keluarga mu sudah ada yang mengetahui kejadian malam itu. Dan dia orang pertama yang melayangkan pukulan nya ke wajahku. Kamu tahu siapa?"

"Si-siapa?"

"Dia Nizar, Abangmu"

Kini tubuh Rayna lemas. Jadi selama ini Abangnya telah mengetahui kejadian itu, tapi dia tidak memberi tahu Rayna maupun Ummi, dan Abinya. Abangnya tak pernah menceritakan apapun pada Rayna. Dan membuat Rayna menyimpan beribu tanya dan rasa kesal nya sendiri.

Rayna berjanji pada dirinya sendiri. Setelah semua pekerjaan nya beres, Rayna akan menemui Abangnya untuk meminta penjelasan.

Nathan telah pergi dari tempatnya. Tubuh Rayna pun luruh ke lantai. Apalagi yang akan terjadi setelah ini? Akan ada drama apalagi setelah semuanya berlalu?

"Ya Allah, Rayna?"

"Ehh Ummi" ucap Rayna sambil menghapus sisa air matanya

"Kamu ngapain duduk di lantai?"

"Emm itu Ummi, Rayna lagi nyari sendok tadi jatuh. Tapi nggak ketemu"

"Oalahh, Ummi kira lagi ngapain. Yaudah cepetan tuh dipanggil Abi, di ruang tamu"

Rayna mengerutkan keningnya "Abi manggil Rayna? Mau ngapain?"

"Ada yang mau dibicarakan katanya. Soalnya wajahnya abi serius banget"

Rayna menganggukan kepala nya paham "Terus ini cucian nya gimana?"

"Biar Ummi yang beresin"

"Oke Ummi, makasih ya. Rayna kedepan dulu."

°°°

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang