Part 22

11K 751 21
                                    

•••🍁🥀🍁•••

_"Ketika masalah bertumpuk, maka mintalah pada-Nya agar tidak terlalu terpuruk. Ketika air mata ingin rasanya kau keluarkan, maka tumpahkan lah diatas sajadahmu, saat sujud panjangmu. Sungguh, Allah itu Maha Tahu."_

•••🍁🥀🍁•••

"Jelaskan semuanya pada Abi, Nizar" Interupsi dari Hisyam, memecah kesunyian diantara mereka.

Nizar mendongak kan kepalanya. Ia tahu kemana arah pembicaraan Hisyam, Abi nya. Apalagi dihadapan nya saat ini ada Rayna dan Nathan.

Air mata Nizar mengalir, sudah lama dia ingin menjelaskan pada Abi nya. Tapi Nizar tak kuasa, Nizar sangat tahu bahwa Nathan adalah sahabatnya. Jadi Nizar memilih tutup mulut dan membiarkan Rayna melupakan luka hatinya, dan memulai hidup baru bersama Umar.

"Maafkan Nizar Abi, maafkan Nizar. Nizar nggak bermaksud menyembunyikan ini semua. Nizar terjebak di posisi yang jelas-jelas terhimpit. Nathan sahabat Nizar, Rayna adik Nizar, Nizar bener-bener bingung Bi. Jadi Nizar memilih tutup mulut, dan membiarkan Rayna tenang dengan Umar. Memulai hidup baru, membuka lembaran baru dengan anaknya"

Rayna yang mendengarnya lagi-lagi meneteskan air mata "Abang jahat!"

"Abang biarin Rayna menanggung semuanya. Abang biarin semua orang ngomong yang enggak-enggak tentang Rayna. Abang tega! Abang nggak ngerti perasaan Rayna gimana. Abang cuma tau Rayna yang selalu bahagia bersama Umar, padahal saat itu Rayna kecewa. Kenapa Rayna nggak pernah tau siapa yang berani menodai Rayna!"

"Maafin Abang Ray. Abang cuma nggak mau kamu terus kecewa. Abang nggak mau kamu sedih, pas kamu tau bahwa pria itu adalah sahabat Abang"

"Justru perbuatan Abang membuat Rayna semakin kecewa pada diri Rayna sendiri. Rayna kecewa kenapa Rayna sampai nggak bisa jaga diri Ray sendiri, apalagi itu dari pria yang jelas-jelas dekat dengan Abang!"

Hisyam menghembuskan nafas lelah. Perbuatan Nizar belum bisa ia benarkan. Bagaimana pun juga Rayna adalah anak gadis satu-satunya. Rayna pun adik dari Nizar.

"Nak Nathan coba jelaskan kronologi nya"

Suara Hisyam menginterupsi Nathan. Jantung Nathan berdegup kencang. Apa yang akan ia jelaskan pada Hisyam? Akhirnya Nathan diam. Ia tak kuasa membuka mulut nya barang sedetik. Melihat air mata Rayna yang menyimpan jutaan kesedihan itu membuat Nathan kelu.

"Nak Nathan. Jika saya tidak mendengar percakapan kalian berdua di dapur tadi, saya tidak akan mengumpulkan kalian semua disini. Lagipula saya percaya, Nak Nathan maupun Rayna bisa menjaga dirinya masing-masing. Apalagi sebelumnya kalian berdua tak saling kenal. Jadi saya ingin mendengar kronologi nya dari Nak Nathan"

Nathan menghembuskan nafas panjang. Ia mulai menceritakan semuanya. Mulai dari orang tua pacarnya yang datang tiba-tiba fan merusak semuanya sampai terakhir ia sadar di kamar apartemen nya. Semua ia ceritakan pada Hisyam yang seperti nya menahan amarah dalam dirinya.

Nathan rela jika setelah ini ia akan dilupakan bahkan tak dibolehkan bertemu kembali Rayna dan Umar. Karena memang ini kesalahan nya. Siapa Nathan di hidup Rayna? Nathan tidak mempunyai hak apapun di hidup Rayna. Sayang? Untuk mengungkapkan nya, Nathan takut. Cinta? Adakah rasa cinta yang disekat oleh dinding keyakinan? Apapun keputusan Hisyam, jelas nanti akan Nathan terima dengan lapang dada.

"Karena mabuk ya? Saya paham. Nak Nathan, saya tidak ingin mengotori tangan saya dengan memukul wajah Nak Nathan. Walaupun pikiran saya berteriak pukul saja. Jadi saya hanya ingin bertanya, rencana Nak Nathan setelah ini apa?"

Nathan terkejut. Padahal ia telah bersiap jika pipi nya akan terasa panas karena ditampar bahkan diberi pukulan oleh Hisyam. Tapi ini malah sebalik nya, Hisyam malah bertanya rencana selanjutnya seraya menunjukan senyum teduh nya.

"Om nggak marah sama saya?"

"Marah! Jelas saya marah, saya kesal, kecewa. Anak gadis saya dinodai oleh pria asing. Tapi, daripada saya mengikuti keinginan setan untuk memukul, lebih baik saya tersenyum. Ohh iya, kamu tau kenapa saya bisa sesabar ini menghadapi masalah besar?"

"Kenapa Om?"

"Semua karena Rayna. Anak gadis saya itu selalu menunjukan senyumnya. Mau dia sedih, mau dia kecewa, atau marah sekalipun. Saya ingin seperti dia. Dan saya terapkan itu ke kamu, walaupun saat ini hati saya sedang bergemuruh hebat.

"Jadi bagaimana Nak Nathan, apa rencana mu setelah ini?"

Nathan menguatkan hatinya. Ia menatap wajah teduh Hisyam sekali lagi.

Aku yakin ini pilihan terbaik - batin Nathan

"Saya ingin masuk islam Om"

Hisyam kembali tersenyum. Kali ini senyuman nya terasa lebih dingin, entah mengapa.

"Atas dasar apa Nak Nathan ingin masuk islam. Karena Rayna atau hanya karena Umar?"

"Saya ingin masuk islam karena Allah. Saya sudah musyawarahkan dengan keluarga saya dan mereka setuju. Saya berani bersumpah atas nama Allah, bahwa saya ingin masuk islam karena Allah. Bukan karena makhluk nya"

Hisyam menganggukan kepalanya "lalu rencana mu setelah itu apalagi?"

"Saya akan pikirkan matang-matang Om. Apapun hasilnya nanti saya serahkan pada yang maha Kuasa"

Hisyam tersenyum lembut. Ia menatap Rayna yang masih terdiam ditempatnya. Rayna tak mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. Hisyam mengelus perlahan kepala Rayna yang terbungkus hijab.

"Ada lagi yang ingin Rayna bicarakan?"

Rayna menggeleng pelan. Ia sudah lelah mengahadapi semuanya. Drama di hidupnya terlalu pahit untuk diungkapkan oleh kata-kata. Yang hanya bisa Rayna lakukan adalah menangis.

"Nizar, ada lagi yang ingin kamu bicarakan?"

Nizar pun menggelengkan kepalanya "Tidak Abi"

"Yasudah, karena sudah malam kita cukupkan sampai sini. Silahkan istirahatkan tubuh kalian"

Rayna berjalan dituntun oleh Nizar disampingnya. Nathan masih bergeming ditempatnya.

"Nak Nathan, jika kamu benar-benar yakin dengan keputusan mu. Saya tunggu kamu Lusa jam sembilan pagi di rumah saya. Kita berangkat ke Masjid Agung Al Azhar bersama, untuk mengucap dua kalimat syahadat"

Nathan mendongakkan kepalanya. Ia tak mengerti lagi dengan Hisyam. Kenapa bisa begitu baik pada pria yang jelas telah menodai putri bungsu nya. Harusnya Hisyam marah. Harusnya Hisyam memukulnya dengan membabi buta. Bukan malah melontarkan senyuman teduh seperti itu.

"Iya Om. Kalau begitu saya pamit pulang. Selamat malam"

"Ya, malam"

°°°

Assalamu'alaikum temen-temen

Double up nihhhh😚😚

Yaaa, part nya memang sangat sederhana. Sesederhana perasaanku padanya😘, eakkkkk,,,😂😂😂

Yaudah, semoga suka ya😊😊
See u😘

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang