Part 6

12.2K 636 4
                                    

Nathan berdecak kesal di ruangan nya. Mata nya kembali menatap layar pada ponsel pintar nya yang beberapa kali bergetar menandakan ada panggilan masuk. Tertera nama 'Nizar' dilayar yang menunjukan panggilan masuk itu.

Nathan meraih ponsel nya menekan icon hijau di layar ponsel.

"WOY NATHAN LO INGET JABATAN LO NGGAK SIH, INI YANG CEO NYA LO APA GUE?? PERUSAHAAN INTAN GROUP UDAH DI RUANGAN, LO GIMANA SIH?? BALIK KE RUANG RAPAT SEKARANG GUE NGGAK TERIMA PENOLAKAN!!"

"Hmm, lo handle dulu aja gue lagi nggak mood. Nanti gue bilang ke Maira, lo yang wakilin gue"

"Ogah banget gue. Bodo amat, mau klien lo penting, mau nggak penting. Gue nggak perduli. Balik lah gue"

"Berani lo balik tanpa seizin gue, gue pot-"

"BODO AMAT!!"

tuttt...tutt...tuttt

"Arghhhh shit!!"

Nathan mengacak gemas rambutnya. Ia kesal berada diantara dua pilihan. Memilih salah satu yang berhubungan dengan Andin sungguh membuat nya pusing. Besok Andin akan menagih janjinya, dan besok Nathan harus membuktikan bahwa ia sangat mencintai Andin.

Nathan mengetahui hubungan antara perusahaan Niel Group dan perusahaan milik orang tua Andin tidak bagus. Bukan hanya itu, persoalan berbeda agama pun jadi hambatan. Dua hal itu benar-benar membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Ya Tuhan Yesus, beritahu aku apa yang harus aku lakukan saat ini. Aku benar-benar bingung dengan kondisi saat ini. Beri aku petunjuk Ya Tuhan.

°°°

Pintu ruangan itu terbuka menampakan pria dengan dasi yang dilonggarkan dan tuxedo nya yang di sampirkan ke bahu. Meeting nya memang berjalan lancar, tapi sejak tadi hatinya berdetak tak tentu. Seperti ada sesuatu yang mengetuk dadanya dengan sangat keras.

Ingatan nya kembali memutar memori sepuluh menit yang lalu saat meeting baru selesai dilaksanakan.

"Mai?" Nizar menatap Maira yang masih diam ditempatnya membuka satu persatu berkas yang baru saja di pakai untuk meeting dengan klien.

"Maira?!"

"E-eh iya Mas kenapa?" Maira membelalakan matanya, karena baru tersadar dengan sebutan yang dilontarkan kepada Nizar.

Nizar terkekeh pelan "Santai aja kali. Emm itu berkas yang tadi udah di tanda tangan kan sama pemimpin perusahaan Intan Group?"

"Udah pak"

"Yaudah mana, biar saya kasih ke Nathan"

"Ini pak" Maira menyodorkan map berwarna kuning berisi berkas berkas penting tadi, lalu membawa buku-bukunya keluar ruangan setelah pamit kepada Nizar

Mata Nizar beralih kepada selembar amplop berwarna biru langit yang terjatuh di dekat pintu ruang meeting
"Punya Maira kali ya? Buka dikit aja gapapa kan?"

Nizar menatap deretan kalimat yang tertulis di atas kertas berwarna pink bergambar flamingo. Jantung Nizar mulai berdebar, tak seperti biasanya. Seperti ada getaran yang mampu membuat hatinya porak-poranda.

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang