Part 15

12.8K 751 9
                                    

Aku menangis karena-Nya
Dan aku lari dari-Nya kepada-Nya
Demi hak-Nya, harapan itu
Takkan ku tinggalkan selamanya
Hingga tercapai olehku
Cita-cita yang kupinta dari-Nya

_Shaikha Tuhfah_

°°°

Rayna melambaikan tangan nya kepada teman kursus nya. Ia menghembuskan nafas lelah, Rayna rindu sahabat nya. Setelah mereka berpisah pada saat Rayna hendak ke pesantren, mereka tak pernah bertemu lagi. Rayna pun tidak pernah mendapat kabar lagi dari Syifa.

Hahhhh, mungkin Syifa telah sukses dengan pendidikan nya sekarang. Rayna membayangkan ekspresi terkejut Syifa saat tahu Rayna sudah memiliki anak. Saat itu Rayna hanya menjelaskan batalnya pernikahan nya karena keluarga Alfand yang membatalkan nya, Rayna tidak menjelaskan kondisi nya saat itu.

"Permisi"

Rayna mendongak, pria itu. Paman nya Yoora.

"Bisa kita bicara sebentar? Ada yang ingin saya bicarakan"

"Perihal apa?

"Kita bicarakan sambil minum kopi saja bagaimana?"


Rayna menggeleng perlahan "Maaf tapi saya tidak bisa, saya harus pulang sekarang"

Saat Rayna hendak berbalik untuk pulang, tiba-tiba lengan nya dicekal. Refleks Rayna menghentakan tangan nya dengan kuat. Apa yang pria itu pikirkan?

"Jangan sentuh saya!"

Rayna melangkah cepat berusaha menghindari pria di hadapan nya. Ia tak ingin lama-lama berdekatan dengan pria itu. Rayna takut.

"Rayna!!"

Merasa namanya dipanggil, langkah Rayna terhenti. Bagaimana pria itu tau namanya. Bahkan Yoora saja tidak tahu nama, Yoora hanya memanggil nya Tante Umma tanpa tau siapa nama aslinya.

"Hanya sebentar" ucap pria itu lagi

"Didepan sana ada cafe kopi yang lumayan enak, mari kita bicara disana"

"Dua puluh menit, tidak lebih"

Pria itu menganggukan kepalanya.

°°°

"Langsung kepada intinya saja"

"Saya ingin bertanya, siapa papa nya Umar?"

Rayna menatap mata pria itu. Tebakan nya tidak salah, pria ini yang menghancurkan mimpinya dulu. Pria ini yang merebut apa yang Rayna jaga mati-matian. Dan sekarang dia berani menampakan wajahnya kembali setelah Rayna hampir melupakan nya. Lalu bertanya siapa ayah dari Umar.

"Seharusnya anda tidak bertanya privasi orang lain"

Pria itu menghembuskan nafas gusar, seharusnya ia tidak bertanya seperti itu. Pria itu bangkit dari duduk nya dan berjalan ke samping Rayna. Seketika tubuhnya ambruk ke lantai, pria itu bersimpuh di hadapan Rayna. Terlihat wajah penyesalan disana.

"Maafkan aku. Maafkan si brengsek ini, yang telah merenggut paksa sesuatu yang berharga milik mu. Maafkan aku yang telah menghancurkan semua mimpi-mimpi terindah mu. Maafkan aku karena kelakuan bejat ku, kau yang harus menanggung semuanya"

Rembulan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang