1. Kabar

3K 292 174
                                    

Jan lupa voment yaa

.
.

--------------- Happy Reading -------------


Aljovan Maximillem, lelaki keturunan korea dan Indonesia itu sedang berjalan di koridor IPA menuju kelas nya. Seperti biasa, ketika ia lewat, maka semua orang akan menjauh, dan membicarakan nya.

Mereka membicarakan tentang dirinya yang sudah tidak waras lagi, tentang dirinya sebagai pecandu obat penenang, dan tentang dirinya yang selalu menyogok guru-guru saat kenaikan kelas. Dan itu berlangsung sejak SMP kelas 8 sampai sekarang. SMA kelas 11.

Namanya sangat terkenal di sini, bagaimana tidak? Lelaki itu terkenal karena sikap nya yang seperti pecandu obat-obatan. Dia pendian, dia aneh, dan dia sering tertawa sendiri. Ditambah penampilan nya yang lusuh, acak-acakan, tak terurus dan mempunyai banyak sayatan di lengannya membuat rumor tentang dirinya sebagai pecandu itu tampak benar.

Namanya semakin dikenal kala ia menembak Freesia 3 bulan lalu. Freesia, si gadis cantik di kelas Jovan-11 Ipa 3. Jovan menaruh hatinya pada Freesia karena ia pikir gadis itu tidak seperti perempuan lainnya. Dia pikir Freesia adalah perempuan yang baik hati, ramah, sederhana dan apa adanya. Namun sayang, sangka an Jovan tentang perempuan itu sangat salah.

Rupanya, Freesia adalah gadis yang sombong, suka bersenang-senang dan yang paling tidak Jovan sukai adalah perkataan kasar nya saat ia menolak cinta Jovan waktu itu.

"Eh, ada orang gila nih," ucap Leon di depan pintu kelas bersama teman-temannya.

"Ngapain sih lo sekolah di sini? Harusnya, Lo itu sekolah di RSJ tau ga?!" timpal Lily.

"Iya, bener tuh. Di sini itu tempat orang waras belajar. Kalo Lo? Lo itu harusnya di RSJ atau di penjara, karena apa? Karena lo itu seorang pecandu," sahut Fresia dengan menekan kata 'pecandu' agar jelas dipendengaran Jovan.

Mereka terkekeh meremehkan. Ingin sekali rasanya ia membalas semua perbuatan mereka, namun ia tak bisa sebab semua orang di sekolah membenci nya. Jovan memilih diam, lalu lanjutkan langkah dari pada berlama-lamaan di sini. Namun cekalan tangan membuat nya kembali dan menatap siapa yang mencekalnya.

"Ehh, tunggu dulu. Kerjain tugas kita dong," pinta Ken mencekal tangan Jovan.

"Hah? kerjain tugas kita? Ga salah nih? Dia aja ga waras gimana mau ngerjain tugas kita? yang ada nih ya, tugas kita itu bakalan dapet nol," sahut Freesia.

"Oh iya, ya. Gua lupa kalo Dia ga waras," ucap Ken lalu tertawa melepaskan cekalan tangannya.

Lagi, Jovan memilih diam, ia lanjutkan langkah nya lalu duduk di kursi paling pojok di belakang. Ia duduk sendiri karena tak ada yang mau duduk bersama dengan nya, padahal siswa disini berjumlah 32 orang. Namun Ken tak mau duduk dengannya. Ken memilih duduk sendiri ketimbang duduk dengan orang yang kurang waras.

Jovan tak punya teman di sekolah, lagian siapa juga yang mau berteman dengan orang yang kurang waras sepertinya. Berpenampilan lusuh dengan tubuh yang mempunyai banyak sayatan? Ketampanan nya seakan tertutup oleh penampilan.

Saat Jovan duduk, orang-orang di sekitar nya bahkan menjauh. Jadi, Jovan sendiri di pojok kelas. Sedangkan yang lain? mereka bercanda ria sambil menunggu bel berbunyi.

Jovan terkekeh, miris sekali dirinya. Di hidupnya bahkan hanya ada warna hitam dan putih, entah kapan warna lainnya bergabung.

Jovan jadi teringat dengan masa lalunya. Sesekali ia terkekeh kala ingatan tentang ibu kandungnya yang begitu menyayangi nya. Tapi sekarang? Ia jadi ingin menangis kala mengingat perlakuan dari ayah dan ibu tirinya. Tapi ia lelaki, tak mungkin ia menangis.

Thank You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang