Pagi itu terlihat cerah, Mark yang sudah siap berangkat sekolah itu pun masuk ke mobilnya lalu pergi ke sekolah diantar oleh mamanya. Sepanjang jalan dia melihat pemandangan luar. Pohon-pohon sedikit demi sedikit menggugurkan daunnya, udara terasa semakin dingin setiap harinya, menandakan musim dingin sebentar lagi akan datang dan musim panas akan hilang.
Ketika melewati jembatan, Mark melihat Emilia yang sedang berdiri sambil memberikan sepotong roti kepada burung-burung. Tak hanya burung, kucing saja yang ada di dekatnya itu diberinya sedikit potong rotinya. Sebenarnya Emilia sedang dalam perjalanan ke sekolahnya sambil memakan sarapannya, roti, karena dia melihat burung, dia pun membagikan sebagian rotinya. Mark pun membuka kaca jendelanya lalu melihat jelas muka Emilia.
"Wuhhhh" hela Mark ketika lewat.
Mereka saling bertatapan di sana, dengan sempat Emilia melemparkan senyuman imutnya kepada Mark, walau kejadian itu hanya sekali lewat.
"Ishh" itulah respon Mark ketika melihat senyuman itu.
Ketika sampai di sekolah, Mark langsung berlari dengan cepat menuju ke kelasnya itu. Dia juga tak terlalu disiplin, hari ini dia piket dan larinya itu cepet banget, takut Moly ngamuk juga, soalnya Mark udah mengalami hal seperti terlambat piket.
"Hei! Tunggu! Uangmu jatuh!" teriak cowok yang meneriakki Mark.
Mark pun menoleh "Aku?" tanya Mark sembari menunjuk dirinya.
"Ya, hemm... kau dari kelas sebelah.. seingatku.. salam kenal, Shane Steven Filan" ujar cowok itu lalu mengembalikan uang Mark.
"Oh.. makasih Shane. Mark.. Mark Feehily. Maaf ya, aku buru-buru mau piket, dahh" Mark langsung lari meninggalkan Shane.
"Santuy dikit napa?" lirih Shane heran. "Ya biarlah.. setiap orang kalo lagi buru-buru emang gitu" lanjutnya lalu kembali ke kelasnya.
...
Ketika jam istirahat...
"Mau ke kantin nggak? Kalo mau kita pergi bareng" sahut Lea.
"Emm.. nggak dehh.. aku bawa bekal, hehe" jawab Emilia.
"Yaudah, aku ke kantin dulu" Lea pun melangkahkan kakinya keluar kelas, menuju ke kantin.
Sementara itu, Emilia mengambil bekalnya dari tasnya. Beberapa saat kemudian, Diana dan teman akrabnya itu berjalan menuju ke Emilia.
Lagi-lagi Diana berniat membuat keributan. Dia menepak meja Emilia dengan kasar sampe-sampe Emilia kaget dan hampir saja roti yang ada di tangannya itu jatuh.
"Woi! Woi! Mau bikin ulah lagi apa?" tanya Mark sambil menoleh kesal ke arah Diana.
"Hemm.. bukan ulah sih.. cuma pembalasan" jawabnya enteng.
"Kau orang kaya atau miskin sih? Bawa bekal tuh kek pizza, kan bisa dibagi-bagi ke kami" celoteh Diana.
"Aku cuma membawa yang seadanya" jawab Emilia. Diana langsung merampas roti itu dengan kasar karena mendengar jawaban Emilia barusan.
Sekali lagi Diana menepak meja Emilia dengan kasar. "Orang buntung dengan kerangka setan sepertimu gak pantas BERSEKOLAH DI SINI!" ancam Diana.
Emilia langsung terdiam dan menunduk.
"Tangan ini memang pembawa sial bagi kalian.. bagiku juga.. aku selalu berpikir agar tangan kanan ini membawa keberuntungan bagi kalian" batinnya dengan gerutu.
"HEY GIRLLL!! Sini lihat muka gua!" ancam Diana lagi sambil menarik dagu Emilia ke atas, membuat Emilia mendongak. Kedua mata Diana sudah melotot tajam. "Kau menodai sekolah ini! Kelas ini JUGA!" teriaknya tepat di depan muka Emilia lalu melepaskan dagu Emilia dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...