Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba Mark menginjak pedal rem dengan mendadak. Membuat yang lain kesal.
"Mark!!! Kenapa berhenti?" tanya Shane geram sambil mengelus kepalanya yang terbentur barusan. "Kalian semua gak apa-apa, kan?"
"Ya" jawab yang lain serempak. Terkecuali Mark yang masih diam menatap seseorang yang bertubuh kekar di depan mobilnya.
"Guys! Kita tidak akan selamat jika tetap di mobil. Yang berdiri di depan adalah anak buah petinggi Hasegawa. Jika kita tetap berada di dalam mobil, dia akan menghancurkan mobil ini beserta kita yang ada di dalamnya" ujar Mark masih menatapi lelaki yang ada di depan mobilnya.
"Jadi, kita harus gimana? Aku mau pipis" ucap Shane seolah dia terlihat sibuk sendiri.
"Padahal kita hampir sampai di bandara" Nicky ikutan.
"Hei lihat pistol yang dipegangnya. Itu colt punya Bryan. Berarti.." Jodi tak sanggup melanjutkan omongannya itu, tapi dia melanjutkan omongannya itu. "Di belakangnya ada Bryan"
"Aku paham. Dia pasti mengincarku. Aku sangat merasa bersalah, jika aku serahkan diriku pada Hasegawa, mungkin pertarungan yang disebut perang ini bisa berakhir" ujar Emilia, kemudian dia melepas jaketnya. "Mungkin aku bisa mengendalikan tangan kananku" sambungnya. Kemudian dia melepas sabuk pengamannya lalu membuka pintu.
"Emilia! Jangan!" cegah Mark menarik tangan Emilia.
"Aku akan menyelamatkan Bryan" Emilia langsung menolak tangan Mark lalu keluar.
"Aku juga akan membantu Emilia dan Bryan" sahut Nicky ikut keluar.
"Dia sahabatku" yang lainnya ikut keluar. Disusul dengan Mark yang terpaksa itu. Mereka siap dengan mengacungkan senjata masing-masing ke arah lelaki bertubuh kekar itu.
"Kau Emilia, kan?" tanya lelaki kekar itu, Kouta, sambil menunjuk Emilia.
"Ya, itu aku" jawab Emilia lancang.
"Ikut aku!"
"Aku akan ikut kalian kalo dia dilepaskan" tegas Emilia sambil menunjuk Bryan.
"Aku cari toilet bentar" Shane menghilang dari yang lainnya karena sibuk mau pipis.
"Ambil saja aku, jangan ambil Emilia!" ucap Mark yang menjatuhkan senapannya lalu berjalan menuju Kouta. Dia mengambil keputusannya tanpa berpikir panjang. Karena sekarang, rencana mereka berantakan.
"Untuk apa aku membawamu? Kau lemah dan gak guna!" cetus Kouta. "Ya tapi memang sesuai rencana sih. Oke, aku bawa kau dan lelaki besar itu" Kouta langsung berbalik lalu mengankat Bryan. "Ikuti aku!"
"Tunggu! Aku akan ikut kalau Bryan dilepaskan" protes Mark.
"Kalau aku membawa Emilia, pasti orang ini akan kulepaskan, tapi kalau aku membawamu, dia tetap tak akan dilepaskan. Hoi! Kemarilah! Hadang mereka!" Kouta pun pergi disusul dengan Mark yang terpaksa itu.
Mendengar aba-aba yang diberikan Kouta, seseorang muncul sambil mengacungka snipernya. Yang pastinya dia berada di pihak musuh.
"Jika kalian menyusulnya, akan kutembak kalian!" ancam orang itu. Dia mundur dengan cepat tuk menyusul Kouta sampai keberadaannya hilang walau dia masih mengawasi sekitar.
"Hahh... rencananya hancur" keluh Kian lalu mengambil posisi duduknya, dia mengambil batu yang ada di dekatnya lalu dilemparkannya ke depan.
"Kita akan berpencar" ujar Nicky. "Woi Shane di mana?"
"Kalo gak salah dengar tadi dia lagi nyari toilet" jawab Jodi.
"Ini semua salahku" tangis Emilia yang menutup mukanya dengan telapak tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...