Part 37 : Emotion

31 12 2
                                    

"Selamat hari Valentine sayanggg..." ucap Bryan sambil memeluk erat tubuh Emilia.

"Selamat hari Valentine juga, my love" balasnya dengan ucapan dan pelukan.

Bryan dan Emilia pun saling melepaskan pelukan masing-masing.

"Aku punya hadiah spesial untuk Lia, harus terima" pinta Bryan sambil memegang tangan kanan Emilia. "Loh? Kok tanganmu a..neh?" sambungnya dengan pertanyaan yang membuat Emilia kaget.

"Ah itu.. tadi mungkin gegara... emosi" jawabnya sambil cengengesan dan menolak tangan Bryan.

"Emosi?"

"Ya mungkin..."

"Aku merasa khawatir akhir-akhir ini kau selalu diam dan melamun, masih sedikit kelihatan lesu juga. Kau kenapa? Bisa ceritain?" pinta Bryan dengan muka paniknya itu.

"Soal itu, aku saja kurang mengerti maksudnya. Ya intinya ketika aku emosian, tanganku ini berubah, tapi ketika emosi itu hilang tanganku ini kembali seperti semula" jelas Emilia.

"Jadi begitu.. ya tapi kalo bisa ceritain ke aku"

"Kapan-kapan ya"

"Iya deh.. ayo ke kamar, aku gak sabar nunjukkin hadiahku hehe.." sahut Bryan lalu menarik Emilia.

...

Malamnya, Bryan yang masih sibuk main game di hpnya itu tak terlalu fokus ke dalam game, dia melihati tangan kanan Emilia yang tak seperti sebelumnya. Emilia mengetik sebuah tugas di laptopnya dengan cepat, lebih cepat dari biasanya. Apakah mungkin karena tangannya yang berubah itu?

Beberapa menit kemudian...

Emilia berdiri dan duduk di atas kasur. Dia melihati Bryan yang duduk di sampingnya sambil bermain dengan sok fokus itu. Beberapa lama kemudian, Emilia pun tertawa melihat Bryan yang mati dalam permainannya itu.

"He? Jangan ketawa ah!" gerutu Bryan geram.

"Kau sih.. jangan terlalu ceroboh! Kan kena kepung wkwk! Yaudah aku mau tidur duluan" sahut Emilia lalu berbaring di atas kasur.

"Night, baby!"

"Night too"

Ketika Emilia yang sudah tertidur pulas, tangan kanannya itu perlahan-lahan kembali normal seperti biasa. Bryan masih memantau tangan kanan Emilia itu, dan berfikir kembali kenapa tangan kanan Emilia normal kembali.

"Apa mungkin karena emosi Emilia sudah hilang?" gumamnya.

01.00 A.M

Bryan masih belum tidur, yang dilakukannya hanyalan main, ngemil, sambil ngawasin tangan kanan Emilia. Tapi karena sudah larut malam begini, diapun menghentikan aktifitasnya itu.

Bryan duduk di atas kasur sambil bersandar di dinding, kedua tangannya memegang pergelangan kerangka besi tangan kanan Emilia. Lama-lama kelopak matanya itu terasa berat, diapun tertidur dalam posisi duduknya.

05.10 A.M

"Huh?!" desahnya kaget. "Mark?"

Ketika Emilia melihat ke samping kirinya, dia melihat Bryan yang sedang tidur sambil duduk dengan kedua tangannya yang memegang tangan kanan Emilia.

"Bry! Bangun!"

"Bryann!! Hellooo!!"

"Eum? Eh! Udah pagi?" tanyanya sambil membuka kelopak matanya itu lalu melihat Emilia yang tersenyum manis dan mengangguk padanya. Bryan berdehem lalu melihat kedua tangannya yang masih memegang pergelangan tangan kanan Emilia, reaksinya biasa-biasa saja ketika melihat tangan kanan Emilia berubah jadi seram lagi. "Mulai pagi ini, tangan kananmu harus ditutup dengan sarung tangan yang panjang. Kalo tidak, banyak orang yang akan menghinamu" terangnya.

"Eh iya.. tapi bisakah kau lepaskan tanganku ini?"

"Maaff.." Bryan pun melepas pergelangan tangan kanan Emilia.

...

Siangnya, Emilia sedang berjalan membeli makanan sendirian. Sementara yang lainnya menunggu Emilia sambil berbincang-bincang.

"Hah? Kalo masih emosi pasti tangannya berubah?" tanya Jodi kaget.

"Iya. Semalam, awal-awal tidur tangannya kembali normal, tapi saat aku bangun tangannya berubah seram lagi. Katanya sih kalo lagi emosian pasti tangannya berubah, kalo nggak ya normal biasa" jelas Bryan.

"Beberapa hari yang lalu ketika aku lihat tangan Emilia yang berubah itu mirip dengan tangan kiri Hasegawa ketika dia menggenggam pedangku waktu aku ngamuk. Apakah waktu itu Hasegawa lagi emosian? Padahal dia terlihat biasa-biasa saja. Haruskah kutanya dengan Hasegawa? Dan apakah tangan besiku juga bisa kayak Emilia? Alah impossible!" batin Mark.

Malamnya, Mark mampir ke markas Hasegawa.

"Kenapa mampir malam-malam gini?"

"Aku mau tanya"

"Apaaan?"

"Apakah ketika kau emosian tangan kananmu bakal berubah lebih seram?" tanya Mark dengan muka penasaran.

"Heemm.. nggak juga sih.. tapi memang bergantung dengan emosi marah gitu, tapi aku bisa mengendalikannya sekarang, tapi dengan syarat kalo mau bisa mengendalikannya harus bisa mengendalikan emosi dahulu. Udah segitu aja, ada yang mau ditanyakan lagi?"

"Ada, apakah tanganku mirip dengan tangan kalian berdua?"

"Kalo itu sih.. beda sih, ya itu kan buatan kami, di dalamnya ada pisau, kau bisa mengangkat benda seberat empat ton, itu maksimalnya. Ya bisa digerakkin dengan cepat. Tapi gak bisa memanjang, hanya itu. Oh ya cara buka pisaunya-"

Belumlah selesai ngomong, Mark langsung membuka tangannya itu lalu terdapat pisau.

"Kau lengah, cebol!" cetusnya sambil mengarahkan pisaunya ke arah Hasegawa.

"Siapa yang kau bilang cebol?" tanya Hasegawa geram, lalu dia jongok dan menyeleding kedua kaki Mark sehingga Mark jatuh ke depan, sebelum Mark jatuh, Hasegawa memukul kuat perut Mark dengan kerangka besi tangan kirinya hingga Mark terpundur ke belakang. "Pulang sana!" usir Hasegawa kesal, lalu dia masuk ke dalam.

"Anak penerus memang kuat, ditambah lagi sangat lincah" gumam Mark ikutan kesal.

#Vomment

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang