"Ini rahasia terbesar, dan beruntung bagi kau yang kukasih tau. Awas aja kau kasih tahu! Gak bakal kuampuni kau!"
"Ah iya.. iya..coba ceritain!"
"Semalam aku dapat mimpi buruk, mimpi masa lalu yang menurutku sangat menyeramkan. Mimpinya bermulai dari hilangnya tangan kananku yang kemudian diganti dengan kerangka besi tangan kanan. Ceritanya sih sekitar empat atau tiga tahun lalu. Mimpinya memang kayak asli, tapi ada sesuatu yang menyeramkan. Di sana aku tetap seperti sekarang yang bisa melihat masa lalu, maksudnya aku yang besar melihat aku yang masih kecil dulu bersama temen dulu"
"Berarti ini menyangkut kau dan Mark?" tanya Bryan.
"Iya, dulu itu aku sering dibully dan dihina. Awalnya itu gak apa-apa bagiku tapi ketika di dalam mimpi itu seseorang yang sedang menghasutku, dan ketika itulah aku tiba-tiba marah, apalagi dengan Mark. Orang itu bilang 'Bunuh saja dia! Maksudku Mark, kau gak mau balas dendam apa? Udah dibully, dihina, apalagi difinah. Kalo aku jadi kau, dari awal udah kubunuh dia. Jujur sebenarnya kami telah membuka tangan kananmu itu, di dalam besi itu terdapat mesin canggih, ada juga pisau di dalamnya. Beruntung saja kau karena kami yang membuka itu. Mereka selalu mengejekmu apalagi tangan kananmu itu, balas dendamlah menggunakan tangan kanan itu' ya entah kek gitulah yang dia omongin. Walau aku ingat kata-katanya itu tapi aku kurang ngerti maksudnya" ujar Emilia yang dari tadi lihatin ke depan.
"Eh bentar! Siapa yang bilang di mimpimu itu buat nyuruh kau bunuh Mark?" tanya Bryan lagi.
"Entah, aku gak bisa lihat mukanya. Yang kulihat seperti bayang-bayang hitam, yang pasti manusia badannya pendek kek masih anak-anak" jawabnya lesu lagi. "Itulah kenapa aku lesu dan agak diam, aku gak mau balas dendam..."
"Hmm..dia bilang udah buka tangan kananmu.. ada pisau juga.. oh aku paham sekarang, mungkin" sahut Bryan antusias.
"Paham??" Emilia melihat Bryan dengan kerutan dahinya.
"Kurasa waktu kau kerasukan waktu itu, kerangka besi tangan kananmu berubah, lebih seram gitu. Mungkin makhluk ghaib yang ngelakuinnya" terangnya lalu meminggirkan mobilnya.
"Makhluk ghaib?"
"Yah itu... jangan dipikirin! Bryan kan selalu ada buat Emilia. Entah kenapa aku gak terlalu suka lihat muka lesu Emilia.. walau tetap imut, kalo marah ngambek gitu masih imut sih.. apalagi kalo lagi ketawa.. suara Emilia tuh nyaringgg banget.. tapi tetap imut kok, itulah aku sangat beruntung dapetin Emilia" ucap Bryan menyemangati seraya keluar dari mobil.
Emilia ikut keluar lalu melihati Bryan yang sedang menutup pintu.
"Masuk yuk! Kita buat makan malam bareng.. mau buat apa? Spageti? Nasi goreng?" tanya Bryan sambil merangkul Emilia dan berjalan masuk ke apartemen.
"Aku pernah kerasukan yaa.. emang waktu itu aneh tapi sekarang damai.. sepertinya yang dikatakan Bryan benar, jangan dipikirkan dan tetap saja seperti biasanya. Tinggal bersikap seperti biasanya, kalau nggak yang lain khawatir.. ck!" gumamnya sambil senyum-senyum sendiri.
Setiba di kamar, mereka ganti baju terus pergi ke dapur.
"Aku mau buat spageti!" sahut Bryan sambil menyiapkan alat-alat untuk memasak.
"Aku mau buat nasi goreng dengan telur!" Emilia tak mau kalah, dia menyiapkan alat-alat masaknya juga.
"Yah kann.. jadi kontes masak nih" cengenges Bryan.
"Ya gapapa.. hehe"
...
"Enak yang mana, Suzanne?" tanya Emilia antusias.
"Pasti yang kakak, kan?" tanya Bryan juga.
"Yahh itu...."
"Punyaku, kan?" tanya Bryan antusias.
"Punyaku lah" Emilia tak mau kalah.
"Dua-duanya.." jawaban itu membuat Bryan dan Emilia kehilangan jiwa antusiasnya sebentar. Mereka berdua kembali sibuk memakan masakan mereka tadi.
"Jangan lesu lagi! Ntar kugelitikin sampe pingsan!" celetuk Bryan sambil mengelus kepala Emilia.
Emilia mengangguk cemberut, karena cemberut dia digelitiki Bryan sampe tawanya itu keluar.
"Bry!! Gelii..." Emilia kesusahan bernafas.
"Rasain tuh!" cetusnya dengan tawaan lalu berhenti menggelitiki Emilia.
"Hfftt!"
Bryan senyum-senyum lihat tingkah Emilia itu. Tangan kanannya pun meraih sendok yang sudah ada spagetinya, lalu menyodorkannya ke mulut Emilia. "Bilang aaaa..!" pintanya masih senyum-senyum.
"Gamau!" tolak Emilia sambil menjauhkan sendok itu dari mulutnya.
"Bilang aaa!" pintanya lagi. "Aku tetap maksa nih!"
"Aaaaa.." Emilia pun memakan spageti yang ada di sendok itu.
"Kyaaa.. imut" gumam Bryan keenakan.
"Ehm! Ehm!" Suzanne yang dari tadi melihati mereka berdua itu jadi gak nafsu makan. "Andai aku bisa seperti kalian.. oh Tuhan..." ucapnya menyindir.
"Lah emang pacar kau ke mana?" tanya Bryan heran.
"Adalah.."
"Yaudah"
"Ih gaje!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...