Part 31 : Lost

37 14 0
                                    

Mereka semua bersorak riah, pesta yang dirayakan meriah karena kepuasan mereka dan si pemimpin. Tapi itu belum puas untuk cewek kecil licik itu, Hasegawa. Recananya itu salalu menarik emosional. Bagaimana tak senang jika rencananya yang berhasil merebut kedua tangan calon penerus gangster itu.

"Akhirnya pesta bir lagiii!!"

"Yoho! Aku menunggu hal yang seperti ini!"

"Ya walaupun aku ini masih kecil dan perempuan, aku juga ingin mencoba bir untuk pertama kalinya.." sahut Hasegawa lalu meneguk gelas yang berisi bir itu.

"Gimana dengan rasanya?"

"Eh... pahit..manis... gitu.."

Brakk..

Pintu itu dibanting dengan kuat, lalu masuklah beberapa orang yang datang dengan muka takutnya, ada yang babak belur juga, bahkan ada yang luka berdarah. Salah satu di antaranya memiliki kedua kerangka tangan besi dengan tubuh yang pastinya babak belur dan luka-luka yang mengeluarkan banyak darah.

"TOLONG! DIA SANGAT MENGERIKAN!" teriak seseorang yang berada di dekat pintu itu dengan raut muka takutnya.

Sringg..

Pedang itu langsung menebas leher orang yang barusan berteriak itu, darah yang bercucuran tiada hentinya itu terlihat sungguh menjijikan. Karena tebasan itu, kepala dan tubuh saling terpisah. Bau besi baru itu tercium di hidung mereka. Muka amarahnya terlihat sangat seram.

Melihat kejadian itu semua anak buah Hasegawa ketakutan dan siap dengan senjata masing-masing. Semua yang ada di dekat pintu tadi malah menjauh dari sosok pria yang barusan menebas kepala tadi.

"Wah.. wahh.. sepertinya Mark berkembang dengan cepat" ucap Hasegawa bangga dan senang, walau masih dalam keadaan mabuk sambil memegang gelas. "BERUNTUNG!" teriaknya sambil melempar gelas itu dengan kuat ke arah muka pria yang masih berdiri di puntu itu, yang pastinya Mark dengan kedua kerangkan tangan besinya.

Tringgg..

Gelas itu terbelah dua karena dipotong Mark. Semuanya tampak memerhatikan, bahkan Hasegawa yang sudah sangat bangga itu tersenyum sumringah.

"Dia.. membunuh banyak pasukan kita di tempat latihan ketika kami membantainya"

"Ohh.. semuanya jangan ganggu aku dengan Mark!"

"Takkan kubiarkan kau hidup!" teriak Mark datang dengan larinya yang cepat lalu loncat ke arah Hasegawa, pedangnya yang sudah dipegang erat itu diayunkannya dari atas menuju ke kepala Hasegawa.

"Mana mungkin aku mati, kan?" ucapannya yang sombong itu membuat Mark tambah emosi. Dia menahan dan menggenggam tajamnya pedang yang ada di atas kepalanya itu dengan jari-jari besi tangan kirinya. "Paadahal yang tadi terlihat asik" sambungnya suram lalu memukul perut Mark dengan kuat. Spontan Mark terpundur dan membiarkan pedang tadi digenggam Hasegawa, Mark langsung mengambil pistol yang ada di atas meja lalu mengarahkannya ke Hasegawa, jari telunjuknya sudah siap menarik pelatuk, walau sebenarnya masih sulit menggerakan kedua tangannya itu.

Semua yang ada di dalam ruangan itu ikut mengarahkan senjata ke arah Mark.

"Sudah kubilang jangan ganggu aku!" keluh Hasegawa kesal. "Mark! Kau dendam?"

Tapi Mark tak menjawab satu katapun, dia berusaha menenangkan dirinya.

"Atau kau marah dan mengamuk gegara kehilangan kedua tanganmu?"

"Atau kau menyesal akan menolong Emilia kemarin?"

"Atau kau marah pada dirimu sendiri karena terlalu lemah?"

"Yang ada di pikiranmu itu hanyalah Emilia, KAN? Aku tahu dan deminya kau kehilangan tanganmu yang sangat berharga. Jika aku jadi kau, udah kubiarkan saja Emilia"

"Mau tak mau... kota ini akan hancur"

Dari tadi ocehan Hasegawa membuat amarah Mark mulai meledak.

"JANGAN BERCANDA!" teriak Mark geram dan sangat geram.

"Aku gak bercanda kok"

Mark pun melemparkan pistol itu ke arah Hasegawa lalu pergi dengan rasa seperti penyesalan.

"Hee?!" cetus Hasegawa sambil menangkap pistol barusan.

...

"Aku merasa kesepian lho kalo gak ada Lia" sahut Bryan sambil cengengesan, entah apa yang membuatnya cengengesan.

"Hmm... aku juga, malahan lebih kesepian"

"Ya tapi kan kau masih disapa Mark, aku sering lihat"

"Yah itu... Mark emang orang yang baik..ya, kan?" tanya Emilia.

"Nanti saja bicaranya"

"Oke"

1 bulan kemudian...

Emilia yang sedang berdiri di samping mobil sembari menunggu Bryan itu melihat ke sekitar, sekaligus merasakan sejuknya pagi di musim semi. Tiba-tiba terlintas Mark di pikirannya itu, soalnya mereka berdua jarang ketemu sekarang. Ya mungkin nanti di kampus mereka bakal ketemu.

"Emilia! Maaf menunggu lama" Bryan yang baru datang itu membawa senyum dan mukanya yang bersemangat.

"Bukan masalah kok"

01.02 P.M

Emilia yang berlari menuju ke kantin itu seperti tak sabaran. Bukan karena tak sabaran, tapi karena mengejar Bryan yang sedang berlari meninggalkannya itu.

"Hati-hati!" teriak Bryan yang berhenti berlari barusan.

Emilia langsung berhenti mendadak, di depannya ada seorang cowok yang mukanya biasa-biasa saja itu. Kepalanya hampir saja menyentuh ke dada cowok itu.

"Maaf.. aku sebaiknya berhati-hati..eh?!" Emilia yang tak sengaja melihat kedua tangan cowok membuatnya kaget. Ketika dia mendongakkan kepalanya ke atas, dia kaget melihat muka cowok itu, karena sudah tak asing lagi di matanya.

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang