Part 33 : Lethargic

37 14 4
                                    

"Lebih baik kau bunuh saja"

"Eh?"

"KAU GILA YA?!!" teriak semuanya kaget sembari melotot ke Alice yang seenaknya tadi ngomong begituan.

"Ya tapi bagaimana dengan kotanya? Bandingkan hanya seorang yang lemah seperti Emilia dengan satu kota ini beserta isinya? Bayangkan!!" lagi-lagi Alice menyeloteh membuat yang lainnya tambah emosi.

"Tiga bulan lagi..." ucap Nicky sedang memikirkan sesuatu.

"Mark! Kau suka sama Emilia, kan?" tanya Alice. "Dan Bryan bilang tadi kalau dia udah pacaran dengan Emilia. Sekarang dia tak ada gunanya lagi bagi kau karena hatinya udah pas untuk Bryan. Lebih baik kau bunuh s-"

"Diam Alice!" pekik Mark kesal. "Kalian mau membantuku nggak? Aku sangat butuh kalian, please!" pintanya.

"Mau bantu apaan?"

Mark pun menjelaskan sebuah rencana, yang pastinya rencana ekstrim. Ya mereka mau membantu Mark, sembari berbincang-bincang dan berdiskusi, Alice memang tampak tak niat melakukan atau membantu rencana Mark. Beberapa lama kemudian...

"Gilak! Aku siap mati dah" sahut Kian dengan gaya sok-sok'annya.

"Lah, kau beneran, Ki?" tanya Jodi dengan muka penuh khawatirnya. Tapi Kian mengangguk dengan mudah.

"Thanks.. Kiann" Mark yang perlahan-lahan merasa lega itu memeluk Kian.

Shane menghela nafasnya sambil memutar bola matanya, "Aku juga deh"

"Nanti pinjem AK-47 yak, Mark" sahut Nicky cengengesan sambil merangkul Mark.

"Lah aku yang cewek?" Alice angkat bicara.

"Aku juga cewek. Aku sih ikut, dari pertama ketemu dulu Emilia itu memang imut dan baik, ya aku belum tahu caranya balas kebaikannya, ditambah lagi pas kami lagi berduaan dia selalu menraktirku.." ujar Jodi.

"Pacarnya Jodi, si Kian, uangnya selalu nipis apa hah?" celetuk Nicky ngejek.

"Kau ya Nix! Sahabat macam apa kau? Asal kau tau aku sering nraktir kau, bego!" ketus Kian.

"Tapi gak enak juga dengar gosip yang selama ini menyangkut nama Emilia. Aku mau aja sih, tapi takut mati" ucap Jodi masih dengan muka ragu-ragunya.

"Hai! Hai! We come back" ucap Bryan yang berjalan dan bergandengan bersama Emilia.

2 minggu kemudian...

Pagi itu, Emilia datang bersama Bryan dengan muka lesunya. Di depan mereka terlihat Mark yang sedang berdiri terlihat sedang mengetik sesuatu di hpnya..

"Mark!" sapa Emilia dan Bryan bersamaan.

"Oh.. pagi.." balasnya dengan senyuman lalu memasukkan hpnya itu ke dalam saku celananya.

"Mark.." seseorang hampir menabrak Mark, dia langsung berhenti berjalan sambil mainin hpnya tadi, yang pastinya Alice.

"Alice?" ucap Mark.

"Eh itu.." Alice terlihat malu-malu di depan Mark.

"Kau ke sini kan mau ngajak ketemuan lewat chat... barusan" ujar Mark dengan tatapan tajamnya.

"Lagi mau berduaan ya?" celetuk Bryan langsung menyenggol siku kanan Mark.

"Ntah.. Eh! Emilia kok lesu banget pagi ini? Belum sarapan kah?" Mark langsung berpaling ke Emilia.

"Udahh.." jawabnya masih lesu.

"Jadi, kenapa lesu?"

"MANA KUTAHU!!" teriaknya kesal.

"Wuh.. wuh... maaf" sahut Mark cengengesan.

"Yaudah.. aku akan menenangi peri imut ini, sampai ketemu nanti" Bryan langsung menarik tangan Emilia. Tersisa Mark dan Alice yang masih berdiri di sana.

"Mark! Aku ikut rencananya"

"Kau serius, Alice?" tanyanya dengan sangat antusias. "Kau itu perempuan.."

"Jodi juga perempuan. Ya tapi kenapa kau harus menyelamatkan Emilia? Dia kan lemah gitu, kau masih ingat nggak celotehanku waktu itu? Dan apa benar kalau kau suka sama Emilia?"

"Menurutmu jawabannya yang mana, iya? Atau tidak?" Mark mengambil hpnya di dalam saku celananya itu lalu kembali mengutak-atik hpnya.

"Jika aku jawab iya?"

"Terserah"

"Jawabanku iya, benar nggak kalau kau suka Emilia?" tanyanya lagi sok asik.

"Iya, aku mau ketemu sama yang lain" Mark yang terlihat biasa-biasa saja itupun pergi berjalan meninggalkan Alice. Dan gak sadar kalau Alice sudah menggigit bibirnya dan mengepal kedua tangannya.

...

Dari tadi pagi Emilia memasang muka murungnya, sama sekali tak bersemangat. Kalau kesal mungkin ucapan yang keluar dari mulutnya itu 'oh' atau 'entahlah' dan itu membuat Bryan pusing gak karuan.

Pulangnya, seperti biasa Emilia dan Bryan pulang bareng.

Di mobil...

"Emilia... bisa kau jelasin kenapa hari ini kau tampak lesu?" pinta Bryan yang kali ini kek mau nyerah.

"Haahh... sudah berapa kali kau nanyain begitu, Bry? Pusing tau!" gerutu Emilia. "Lagian ini gak penting bagi kau, dan gak ada nyangkut-nyangkutnya dengan yang namanya BRYANN!!"

"Yaudah kalo gak ada nyangkut-nyangkutnya ceritain ke aku, rahasia? Oke aku bisa jamin bakal jaga dan gak kasih tahu siapa-siapa"

"Ini rahasia terbesar, dan beruntung bagi kau yang kukasih tau. Awas aja kau kasih tahu! Gak bakal kuampuni kau!"

"Ah iya.. iya..coba ceritain!"

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang