Siapa sangka manusia seperti Emilia masih hidup? Apalagi dengan tangan kanannya yang tak ada lagi, nothing! Hanya tubuh kecilnya dengan badan yang penuh dengan berbagai luka.
Siang itu, matahari tak terlihat karena ditutupi awan tebal. Warna abu-abu dengan warna putih yang terlihat seperti kapas itu membuat suasana terasa dingin. Orang-orang masih saja berlalu lalang, beberapa di antaranya langsung berlari mencari tempat teduh karena gerimis mulai turun.
Tampak dari jauh seorang wanita keluar dari bis putih. Dia berdiri di halte sambil melihat ke sekitar. Kemudian, hujan langsung turun dengan derasnya. Dia tak dapat pergi dari halte karena hujan sudah jatuh dengan derasnya.
"Emilia!"
"Emilia!"
"Emilia!"
Mendengar nama itu, wanita yang sedang berdiri langsung berbalik dengan muka kagetnya. Ya itu, tak salah lagi Emilia, yang namanya terpanggil mendadak. Bola matanya terlihat jelas, dia melihat 3 orang yang tak asing di matanya walau sudah sangat mengenal muka mereka dan tak melihat mereka selama bertahun-tahun yang lalu.
Kakinya tak diam, langkahnya sungguh cepat hingga ia meninggalkan halte bis. Langkahnya tepat berhenti ketika di bawah pohon yang rindang, tapi hujan masih bisa menembusnya.
"Shane?! Mark?! Bryan?!!!! ka—kalian masih hidup??" pertanyaan konyol itu keluar dari mulut Emilia. Yang pastinya kini tubuhnya Emilia terlihat seperti pilu dan bergetar.
"Menurutmu?" Bryan bertanya sambil menaikkan kedua alisnya dan tersenyum manis pada Emilia.
"Hmmmm" Emilia hanya berdehem karena masih bingung mau menjawab apa.
"Oh ayolahhh!! Aku seperti nyamuk" cibir Shane yang menghela nafasnya.
"Sabar! Kau juga sama seperti kita" Mark mencoba menghibur Shane dengan merangkul Shane dan Bryan. "Ngomong-ngomong, tangan kananmu di mana?"
"Sudah lepas hehe! Hasegawa yang melakukannya" jawab Emilia cengengesan.
"BAHKAN KAU MASIH INGAT DENGAN NAMA CEBOL KECIL ITU!! Kecil-kecil tapi kekuatannya ngalahin aku, heran dah" Mark ikut cengengesan.
"TUNGGU!! AKU PASTI SEDANG BERHALUSINASI!!!" bentar Emilia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.
"Mungkinn" sahut Mark.
"Nggak kok, dia gak berhalusinasi. Nothing is impossible, walau aku udah gak ada lagi di dunia ini, aku tetap anggap dia pacar. Dan ini, tanggal spesial kita, di mana kita meninggal berjamaah. 1 Juni haha! Gausah ketawa! But I still love you, Emilia" Bryan langsung berjalan menuju Emilia. Saat dia sudah berada di depan Emilia, dia memegang kedua tangan Emilia dan mengangkatnya ke depan dada.
"BRYAN!! JANGAN SENTUH DIA!!" Mark dan Shane langsung mendekati Bryan. Tapi, itu memang sudah terlambat.
"Itu yang aku inginkan, aku ingin memelukmu lagi, jika kau bisa merasakannya" ucap Bryan langsung memeluk tubuh Emilia. "Aku harap kau—bisa—me—rasa—kannyaa" tangisnya.
"Jika kau tidak bisa menembus tubuhku, berarti aku bisa merasakannya" balas Emilia dengan senyuman, senyuman yang terlihat bersedih. Dia sangat bisa merasakan dekapan Bryan.
"Aku merindukan Gill, bagaimana dengan keadaannya di Canada ya?" Shane sibuk ngomong sendiri.
"I don't care" Mark yang bosan melihat muka Shane itu langsung berjalan ke arah Emilia dan Bryan. Dia ikut memeluk.
"Mark?! Kau ingin ikutan Bryan?" Shane sontak kaget.
"Oh ayolah Shane!!! Ini pertemuan terakhir kitaaa, kita tak akan bisa bertemu lagi nanti, maybe forever. Jika kau ingin bertemu dengan Gill, sendirian aja sana"
Shane memutar bola matanya geram. Dia ikut memeluk.
Tak lama kemudian, mereka saling melepaskan pelukan masing-masing, lalu saling berhadapan dan bertatapan.
Tubuh mereka bertiga tiba-tiba bersinar, makin terang dan perlahan-lahan tubuh mereka menghilang.
"Kalian mau ke mana?"
"Back to home" balas ketiganya serempak.
"Jika ingin pulang secepatnya, harusnya pelukan sekali lagi" pekik Emilia, lalu dia melangkah berlari dan loncat tuk memeluk tubuh mereka lagi. Tapi itu sia-sia.
Mereka bertiga hilang bersamaan dengan bangunnya Emilia.
"Dia bilang nothing is impossible, tapi hanya kebohongan belaka. Sungguh mengecewakan"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...