Part 40 : Ready!

32 13 0
                                    

Di berita internet, TV, ataupun sebagainya langsung muncul beberapa tentang berita penyerangan kejutan dari Yakuza. Semua orang takut keluar dari rumah mereka, bahkan ada yang nekad ikut berperang. Para tentara banyak yang meninggal karena pasukan Hasegawa terlalu banyak dan hebat. Tentu saja! Yakuza adalah mafia terbesar dan terhebat nomor dua dari seluruh mafia yang ada.

Emilia dan Mark berlari dengan cepat. Yang mereka targetkan adalah bandara terdekat, di sana Bryan sudah menunggu.

"Emilia! Kita akan sampai di dekat rumah sakit. Kau tahu, kan? Kita akan bertemu Nicky dan Shane di sana. Setelah itu aku dan Nicky akan mengantarmu ke taman kota. Di sana kita akan bertemu dengan Kian dan Jodi. Setelah itu, kita lanjutkan sampai ke bandara. Bryan dan Alice menunggu kita di sana. Penerbangannya tak akan lama, kita harus cepat. Jaga dirimu baik-baik ketika lepas landas bersama Bryan, aku akan merindukanmu" ujar Mark sambil mengendarai mobil hitamnya.

"Aku sungguh gak percaya ini benar-benar akan terjadi. Setelah kau jelaskan semuanya dan rahasianya, aku mulai tenang. Aku sangat suka jika kalian berkata jujur. Jika aku sudah sampai di Afrika, susul kami! Kita bersama-sama melanjutkan kuliah di sana. Aku pasti akan merindukan kalian" balas Emilia dengan muka lesunya.

"Aku bersumpah akan merindukanmu, Emilia"

"Mark!"

"Ya?"

"Ada yang mau kukatakan"

"Katakan saja"

"Sebenarnya, selama ini aku belum memberitahumu kalau tanganku selalu beruah mejadi seram. Ini karena mimpi masa lalu ketika masih SMP dulu, ingat Diana? Roy? Dan yang lainnya? Termasuk kau Mark. Kalian selalu membullyku, dan.. aku sabar ketika mimpi itu datang. Tapi, mimpi itu berulang-ulang dan membuat emosiku timbul, itulah alasannya. Ditambah lagi, aku bertemu dengan seorang perempuan yang masih kecil, dia menghasutku dan membuatku sangat...sangatt... emosi. Aku sangat gak suka itu, dan aku gak bisa melupakannya" terang Emilia masih dengan muka lesunya.

Mark menghela nafasnya pelan. Lalu dia menyampingkan mobilnya. Tangannya yang sudah terlepas dari setir itu memeluk Emilia.

"Kau memang membenciku, andai waktu bisa diulang lagi. Aku pasti.... aku menyayangimu, Emilia"

"Tapi tidak apa-apa Mark. Setelah kau menceritakan semuanya, tanganku kembali normal, kan? Itu artinya emosinya sudah hilang" sahut Emilia tuk membuang rasa penyesalan Mark. "Kau selalu membuatku senang, bahkan aku mulai tertarik denganmu. Kita sama-sama punya tangan besi, hanya saja aku hanya sebelah kanan sedangkan kau memakai sepasang"

"Ya, aku t-"

"CEPAT OI! NANTI TELAT!" teriak Nicky yang masuk ke dalam mobil Mark, disusul Shane yang sudah siap.

"Ya, aku tahu lah!" Mark langsung tancap gas.

"Hei Mark! Di mana AK-47? Aku sudah gak sabar berperang" ucap Nicky tak sabaran.

"Ah ya, snipernya pasti bawa, kan?" Shane memastikan.

"Ada, lihat di kursi belakang"

"WAHHH!!" teriak Shane dan Nicky melongo, mereka langsung mengambil senjata api itu.

"Mark! Ini... ini sangat menakjubkan!!!!!!!!! Aku tak menyangka akan memegang sniper yang diberi nama McMillan TAC 50, namanya hampir sama dengan nama margaku, Filan. Dan hampir sama dengan nama marga Bryan, Mc" ujar Shane yang sangat antusias.

"Beda, goblok!" cetus Nicky geram dan yang lain malah tertawa.

"Dan senjata ini menjadi senjata favorit para tentara elit dunia. Uehh.. ini bisa membunuh orang dalam posisi sejajar, mungkin ini bisa menghancurkan tangan kiri Hasegawa, soalnya bisa menembus armor atau pelat baja. Kemampuan bidiknya yang akurat dan mampu melepaskan peluru dengan sangat cepat walau pelurunya besar... aahhh.. aku sangat mengenal sniper ini. THANKS MARKYYYY!!!" Shane tambah antusias sambil melihat dan memegang sniper yang dipegangnya itu.

"Hey Mark! Tadi ketika kami berada di rumah sakit itu, aku membawa banyak perban, obat-obatan, kotak p3k, dan sebagainya untuk menyembuhkan jika ada yang terluka. Aku hebat, kan?" ucap Nicky sambil menaikkan kedua alisnya.

"Oh, sangat hebat, mungkin" respon Mark.

Tak lama kemudian, Mark berhenti karena melihat Jodi yang memakai baju ketat dan seksinya, rambutnya dibiarkan diurai. Tak hanya Jodi, Kian dari tadi diam menatapi tubuh seksi Jodi.

Plak!

Jodi menampar Kian dengan keras, lalu menariknya masuk ke dalam mobil Mark.

"Yo! Jodi! Ki..an?! Kok muka Kian gitu?" tanya Nicky heran.

"Dari tadi dia meratapi tubuhku terus" jawab Jodi sebal.

"P..Pantes..san.. tubuhmu emang seksi" balas Nicky cengiran dan membekap mulutnya sendiri, hidungnya keluar darah, mimisan.

"Ki! Kau pakai ini, dan aku pakaii.... apa ini?" tanya Jodi heran.

"Itu jenis Famas, enak dipakai, cara menggunakannya tanya sama pacarmu" jawab Mark lalu dia langsung tancap gas lagi. Dia mengendarai dengan sangat cepat.

Tapi...

"Kau pacarnya Emilia, kan?" tanya orang yang bertubuh kekar dan telanjang dada, badannya itu penuh dengan tato-tato. Mukanya yang seram itu membuat Bryan meneguk ludahnya. Ditambah lagi dia membawa pedang katana. Dia berjalan mendekati Bryan. "Beri tahu aku di mana Emilia? Atau kau akan mati" ancamnya sambil mengacungkan ujung katana yang sangat lancip itu.

"Kau siapa? Aku gak mengenalmu. Menjauh! Atau kau yang akan mati" ancam balik Bryan, dia memundurkan langkahnya perlahan-lahan diikuti dengan acungan lubang pistolnya. Jari telunjuknya sudah siap menarik pelatuk jika lelaki di depannya itu menyerang.

"Oh ya? Kau terjebak sekarang. Kota ini sudah hancur, aku telah hampir membaca semua laporan tentangmu. Jatuhkan pistolmu atau kau tertembak peluru"

"Hah?! Maksud..mu..??" Bryan langsung berputar tuk mengawasi keadaannya.

"Kau lemah!" lelaki bertubuh kekar itu langsung menyuntik dengan suntikan bius di punggung Bryan, dengan begitu, Bryan terbaring dan tertidur pulas.

"Apa yang kau lakukan padanya, bung?" tanya Alice sembari menarik pelatuk sniper AWSMnya, peluru yang meluncur dengan sangat cepat itu mengarah ke punggung lelaki besar yang barusan menoleh itu. Dengan mudahnya lelaki itu mengelak.

"Kau mau membunuhku?" tanya lelaki seram.

Alice tersenyum lalu memutar bola matanya. "Tentu saja.... tidak" jawab Alice lalu berjalan menuju ke Bryan. "Sesuai kesepakatan yang kau buat, aku ikut rekan kalian. Jadi jangan bunuh aku, atau aku akan menghantuimu" sambungnya ketika berdiri di depan Bryan yang terbaring lemah.

"Oh ya?"

"Lihat perutnya!" suruh Alice.

"Jadi, kau tadi menembak perutnya. Tapi itu tak mengenai bagian organ vitalnya, dia gak mati, bodoh!" cetus lelaki itu.

"Aku punya sebuah rencana, Kouta. Mendekat!"

Alice membisikkan sesuatu pada lelaki yang bernama Kouta itu. Tak lama kemudian, mereka saling tos dan pergi menjauh dari bandara. Tak lupa lelaki itu membawa Bryan.



Huwaa... udah 40 part. Dan endingnya jadi action :D :V. Kuharap kalian suka^^

#Vomment

Love, author.

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang