Part 28 : No, I'm Not Lying :)

42 14 0
                                    

Tiba-tiba, Emilia datang dengan muka malu merahnya.

"Bryan! Pacaranlah denganku!"

"Heh?!" yang lain terkejut, bahkan Kian sudah antusias dan meninggalkan waktu tidurnya. Sementara itu, Bryan kaku, diam, dan tak percaya dengan orang yang disukainya itu menembaknya duluan.

"L..li.a?"

Semuanya terdiam, berpikir apakah yang dikatakan Emilia itu hanya candaan atau memang dia serius mengatakannya.

"Maa..aff" Emilia yang malu itu berbalik lalu berjalan meninggalkan mereka. Padahal waktu sudah sore, seharusnya mereka semua pulang. Tapi, Emilia yang masih malu dengan kejadian tadi jadi kepikiran terus.

"Huhh.." helanya, Bryan langsung berdiri dan mengepal kedua tangannya.

"Kenapa, Bry?" tanya Kian.

"Gak.... aku hanya.. gak percaya saja dengan perkataannya"

"Kurasa dia mengikuti yang seperti di komik yang kau pinjamkan padanya, Bry" sahut Nicky.

"Bryan! Tadi itu.. kenapa kau diam saja?" mendengar itu, Kian, Shane, dan Nicky terkejut dengan apa yang dikatakan Mark. Karena Mark sudah memberi tahu kepada Kian, Shane, dan Nicky kalau dia menyukai Emilia. Kecuali Bryan yang belum dikasih taunya.

"Kalo gak percaya, coba cubit lenganmu dengan kuat" sahut Mark, mukanya terlihat seperti sedang bete. "Haahh.. kau memang beruntung, Bry" lirihnya lalu pergi begitu saja.

"Tunggu Mark!" seru Shane dan Kian yang menyusul. "Sampai ketemu besok, Bryan.. Nicky"

Tersisa Nicky dan Bryan yang sama sekali tak mengeluarkan suara itu. Terasa hening dan sunyi.

"Mau kau terima? Atau nggak?" tanya Nicky tiba-tiba.

"Entahlah... aku masih bingung. Sudah sore, aku mau pulang. Sekalian nyari Lia"

"Okay, bye.. bye.."

...

Bryan berkeliling untuk mencari Emilia yang entah ke mana perginya. Sama sekali belum ketemu.

"Permisi.. ada yang tahu Emilia di mana?"

"Maaf.. gak tau"

"Oh, makasih.."

...

"Emilia!"

"Emilia!!"

...

"Bukankah itu mengurangi harga dirimu?"

"Alice, maaf karena menyukai Bryan, kau pasti marah, kan?"

"Siapa juga yang marah" cetusnya jengkel. "Bagaimana jika kita membuat perjanjian saja?"

"Perjanjian? Perjanjian apa?" tanya Emilia penasaran dengan apa yang ada di pikiran Alice.

"Hmm.. perjanjian kalau aku gak bakal ambil Bryan dan kau gak boleh ambil Mark, gimana?"

"Jujur aku mau bilang itu perjanjian konyol. Aku pernah bilang kalau aku berjanji gak akan ambil Mark, terserah mau kau apakan dia itu. Kami itu hanya sebatas teman" terang Emilia.

"Hufftt.. ya tapi janji"

"Janji kok, tenang aja. Ngomong-ngomong.. kita ini teman, kan?" seketika Alice kaget mendengar ucapan Emilia itu. Alice hanya mengalihkan mukanya.

"Te..man..? Sebenarnya aku mau bilang 'tidak'. Dan mungkin saja kau belum memaafkanku soal Bryan waktu itu" ujar Alice mengungkit masa lalunya bersama Emilia.

"Maaf, sebenarnya aku lupa ingatan tentang kejadian itu, sama sekali gak ingat dan tidak ada satupun yang memberi tahu"

"Jadi begitu, pantesan kau bersikap aneh dan Bryan seolah-olah mencurimu waktu itu. Kalau aku jadi kau, aku pasti sudah senang. Asalkan Bryan diganti Mark, ckck!" sahut Alice sembari cengengesan membuat Emilia ikutan. Tapi tiba-tiba dia berhenti dan menghela nafasnya "Kau benar-benar menyukainya, ya?"

"Iya.. bahkan lebih dari suka. Tapi, kurasa dia akan menjauhiku... tadi ketika aku menembaknya dia hanya diam tanpa respon sedikitpun, aku sangat menyesal!!" Emilia yang malu dan merasa tertolak itu menutup mukanya dengan kedua telapak tangan karena sekarang ini pipinya udah merah.

"Bryan emang gitu, pemalu emang sifatnya yang bikin orang geram, pelupa juga. Dari pada kepikiran terus, pulang sana! Dia pasti mencarimu. Ka-"

"Alice! Kenapa kau berbicara dengan monster itu?"

"Haahhh.. kalian memang mengganggu" Alice langsung berjalan meninggalkan Emilia, menyusul temannya itu.

"Jangan bicara dengan orang sepertinya, Alice!"

"Dia itu menyeramkan lho.."

"Bener tuh! Jangan-jangan kau berteman dengannya, ya?!"

"Siapa yang bilang kalau aku itu temannya. Aku saja membencinya, hanya saja aku memastikannya agar gak mencuri seseorang" sahut Alice sambil cengiran.

"Kalau kau seperti itu, Mark bakal kuambil.. lho!" lirih Emilia geram, gak sengaja menguping pembicaraan mereka. Alasan Emilia menutup wajahnya tadi sampai sekarang bukan hanya karena pipinya yang merah, tapi karena tangisannya yang mengalir tiada henti. "Gak jadi. Aku hanya suka Bryan"

"Emi..lia!" seseorang memanggil nama Emilia, membuat Emilia berbalik dan melihat Bryan yang sedang berdiri di belakangnya sambil memegang pundaknya.

"Ayo pulang!" ajaknya dengan nada pelan. Sempat kaget juga karena melihat Emilia menangis.

"Aku bisa pulang sendiri!" cetusnya sambil berlari meninggalkan Bryan.

...

Malamnya, Emilia tak tidur dan masuk ke kamar Bryan sejak pulang dari kampus tadi. Ingin numpang di kamar Suzanne tapi dari tadi siang terkunci dan gak dibuka-buka. Jadi, Emilia hanya tidur di atas sofa.

...

Kau tadi hanya bercanda, kan?

Setidaknya masuklah ke kamarku dan kita makan malam

-Bryan

...

Pesan itu hanya dibaca oleh Emilia, dia gak mau membalasnya karena masih kesal dengan Bryan yang ditembak tanpa respon.

09.20 P.M

"Emilia sudah tidur?" gumamnya sambil pergi ke ruang tamu. Ketika sampai di sana, dia melihat Emilia yang sudah tertidur nyenyak.

"Jangan jauhi aku! Aku juga suka.." tanpa ngomong lama-lama, Bryan langsung memasangkan selimut di tubuh Emilia lalu pergi kembali ke kamarnya.



Walah.. jadi gini deh.. yaudah makasih yang udah baca sampai sejauh ini :) I like that:D

#Vomment

TBC.. 

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang