Ketika sekolah, Mark melihat Emilia lagi di jembatan sambil memberikan rotinya pada burung-burung dan kucing yang ada di sana. Kali ini Emilia hanya memakai baju formal, biasa. Karena dia masih diskor.
"Bukannya seharusnya dia di rumah" gumam Mark yang melihat Emilia, tapi dia masih ragu tuk memberikan surat dari Lea. "tunggu dia udah kembali sekolah aja"
"Sekali lagi kau mengejeknya. AKU SUMPAHIN KAU AKAN MENCINTAINYA!"
"Huhh..kau lupa ya? Jika kau mengejeknya, AKU SUMPAHIN KAU AKAN MENCINTAINYA, MENCINTAI EMILIA!"
"Mark yang menyukai Emilia, tapi Emilia nggak. Tertolak gitu"
"Maaf ya, aku minta tolong berikan surat itu padanya dengan cara yang lembut. Makasih, dan selamat tinggal"
"Ucapan-ucapan Lea masih kuingat..Kenapa harus ada Emilia? Si perusak! Padahal aku menyukai Lea" gumamnya.
...
Beberapa hari kemudian, Emilia kembali ke sekolah dengan muka cerahnya walau digelapi dengan hinaan siswa/siswi. Dia sudah tak sabaran menunggu Lea, bahkan dia sudah memegang kado untuk hari ulang tahun Lea kemarin, walau terlambat sehari. Dia berjalan menuju ke kelasnya
"Heyyy!! Heyy!!" panggil seseorang sambil berlari menuju Emilia dari belakang, lalu dia menepuk pelan pundak Emilia.
"Eh iya?"
"Wahh.. akhirnya aku menemukanmu.. kerennnn!!" ucap cowok itu antusias.
"Ya.. emang ada apa?"
"Ehmm.. ehmm.. introduction dulu.. aku Kian Egan, kau siapa? Aku mencarimu selama ini. Kau hebat sekali dengan tangan besi itu, andai tanganku buntung aku akan punya tangan sepertimu, jika aku punya aku pasti akan menyelamatkan dunia, hehe.. kan malah jadi curhat. Namamu siapa?"
"Emilia Morris, tapi aku saranin jangan sampai tanganmu buntung dan punya kerangka tangan besi sepertiku"
"Loh? Emang kenapa?"
"Kau akan mendapat banyak hinaan" jawab Emilia, dia memang sangat senang jika ada seseorang yang mau mengajaknya berbicara dengan baik.
"Emmm...boleh aku lihat tangan kananmu, buka balutannya" pinta cowok itu antusias lagi.
"Maaf ya.. gak bisa, kapan-kapan aja. Aku mau ke kelas"
"Iya"
Setiba di kelas yang tampak ramai itu, Emilia menaruh tasnya.
"Wah wah.. tangan setan come back!" cibir Diana.
"Woi Emilia! Lea sudah pergi haha!" tawa Moly diikuti yang lain. Emilia masih memegang kado kecilnya untuk diberikan pada Lea.
"mana Lea? Biasanya dia datang sangat awal" tanya Emilia heran sembari melihat ke sekitar mencari Lea yang telah hilang, kadonya masih dipegang.
"Lea sudah pindah sekolah" jawab Mark. Mendengar itu, Emilia langsung menjatuhkan kado itu, tapi dia langsung mengambil kado itu lalu memasukkannya ke dalam tasnya.
"Emilia!" panggil Mark yang ada di belakang Emilia itu.
"Ya?" Emilia langsung berbalik dan melihat Mark yang ada di depannya itu.
"Ini, dari Lea" ujarnya sambil memberikan surat kepada Emilia. Emilia mengambil surat itu.
...
"Hey Diana! Mark ngasih surat ke Emilia tuh" sahut Moly.
"Eh iya, oh no! Mark!! Padahal aku menyukai kau tapi.. kau menyukai cewek najis sepertinya" sahut Diana kesal, maklum masa-masa remaja lagi bercinta. "Cih!"
...
"Untuk apa? Kau sudah membacanya?" tanya Emilia sambil membuka surat itu, dia melihat isi surat itu.
"Belum"
"WOIII SEMUA!! LIHAT MARK YANG MENYATAKAN CINTANYA PADA EMILIA DENGAN SURAT!!" teriak Diana membuat Mark, Emilia, dan yang lainnya kaget.
"Kkk..kalian salah paham, ini dari Lea" timpal Emilia.
"OMG!! Mark yang guanteng itu suka sama cewek cacat dengan kerangka besi setan"
"Gak mungkin"
"Ishhh.. menjijikkan banget Mark, najis!"
Begitulah komentar murid yang melihat Mark dan Emilia.
"AKU BUKAN MENYUKAINYA, ITU HANYA SURAT DARI LEA YANG SUDAH PINDAH SEKOLAH! AKU AJA GAK MAU BERTEMAN DENGANNYA, HANYA SAJA AKU TERPAKSA MEMBERI SURAT INI KARENA LEA" bentak Mark sekaligus kabur dari kelas itu.
"Maarkk.." lirih Emilia sedih, karena Mark tidak menganggapnya teman.
"Lea sudah pindah sekolahh..hahh.... gimana ya dengan sahabat tangan setannya itu?" singgung Jessie.
"Ya..Emilianya sendirian dan kesepian, haha!" jawab Nichole dengan tawanya yang pecah itu. Emilia yang mendengar hanya sedih, siapa yang akan menemaninya selain Lea.
Ketika pulang sekolah, Emilia pulang dengan naik bis. Dia menunggu bis datang. Tak sengaja surat dari Lea itu terlintas di pikirannya, dia segera mengambil surat itu dari dalam tasnya lalu dibukanya.
Terdapat sebuah kertas dengan tulisan tangan dan dua buah gelang yang ada bintang di tengahnya. Tapi Emilia membaca surat itu dahulu.
Dear Emilia^^
Maaf ya karena aku meninggalkanmu sendirian. Aku terpaksa pindah sekolah. Karena papaku bekerja di sana, tapi tidak apa-apa, aku akan mendoakanmu agar mendapat seseorang yang dapat menggantikan posisiku, untuk menemanimu.
Ya tapi aku sangat yakin, kau pasti akan mendapatkan seseorang yang sepertiku untuk mengubah hidupmu. Me-ngu-bah hi-dup-mu ^^
Makasih ya untuk selama ini, dan jangan mudah patah semangat ataupun menyerah hanya karena dihina atau dibully oleh orang. Jangan pedulikan kata-kata kasar mereka, cukup kau jadikan motifasi agar membuatmu terus semangat.
Oh ya, aku memberimu gelang, ada dua gelang. Gelang satunya berikan pada orang yang menggantikan posisiku, jika kau benar-benar menerimanya sebagai teman ataupun sahabat, ataupun itu pacarmu. Dan jangan lupa ucapkan terima kasih dariku untuknya. Aku juga memakai gelang yang seperti kuberikan padamu, agar kita bisa couple-an walau jarak kita jauh hehe.
Sudah dulu ya, walau kita gak melakukan perpisahan sedih, tapi aku tetap sayang Lia. Dan jangan pernah katakan "good bye"
Love you..
From : Lea Michelle
"Padahal aku mau memberikan kadoku untuk ulang tahun ke empat belasmu, sekaligus mengucapkan 'selamat ulang tahun Lea',"
Emilia pun mengambil dua gelang yang sama. Terukir senyuman dan air mata yang jatuh di mukanya. Dia memeluk surat dan gelang itu dengan senang dan sedih. Dia tak sadar Mark melihatnya, Mark juga duduk di halte bis itu. Dia melirik sedikit apa yang dipeluk Emilia.
"Itu dari Lea?" tanya Mark memulai pembicaraan.
"Iya, eh.. sejak kapan kau ada di sini?" Emilia langsung mengelap air matanya.
"Lalu gelang itu?"
"Ini juga pemberian darinya, jika ada orang yang menggantikan posisi Lea, aku harus memberikan gelang ini padanya. Hanya seseorang yang seperti Lea" jawabnya lalu memakai satu gelang. "Kita bukan teman, kan?" tiba-tiba saja Emilia menanyakan itu pada Mark, Mark tak merespon dan hanya mengarahkan bola matanya saja ke arah Emilia, lalu berdiri.
"Jika kita bukan teman. Maukah, kau menjadi temanku?" tawar Emilia sembari berdiri.
"Aku tak mau berteman dengan tangan setan" ucapnya lalu berjalan menuju mobil ibunya.
"Maaf.." ucap Emilia seraya berdiri karena sudah ada bis di depannya.
Yosh..Yoshh..
Insyaallah aku post cerita besok, soalnya... secret :D, itulah kenapa aku post 3 part today.
Yamaap #Vote #Comment
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...