Suara jam yang berbunyi 'ding dong' itu ikut memecah, bulan telah berganti, detik pertama bulan juni sudah mulai bergerak, sekarang sudah tanggal 1 Juni. Awalnya musim panas tiba. Namun, tiba-tiba hujan mengguyur, membuat semuanya basah. Emilia yang masih menangis sambil memeluk Mark itu suaranya terdengar dengan jelas, pertanda emosinya kembali meluap.
Sementara itu, Hasegawa yang tak diam dan masih sibuk dengan sasarannya tuk menembak Emilia itu jatuh ke depan karena licin. Karena jatuh itu juga dia kesulitan tuk mengambil senapannya, akhirnya diurungkannyalah tuk membunuh Emilia, walau hanya sebentar. Karena lubang di perutnya terasa sakit dan memarah akan hujan yang mengguyur.
Suasana malam yang ditambahi dengan jeritan Emilia membuat yang lain diam dan memerhatikan. Begitu juga dengan Shane, Kian, dan Nicky. Sedangkan Bryan pingsan dari tadi karena kepalanya yang terbentur akibat ulahnya Kouta dan Hasegawa. Alice hanya menangis dan tubuhnya lemas melihat Mark yang sudah tak bernyawa lagi.
"Bagaimana ini, Shane?" Nicky memecah keheningan Shane yang masih melihati Mark dan Emilia sambil mengelus bahu Alice. "Kau dengar aku tidak, Shane?" pekik Nicky geram.
"Ah iya! Apa? Maaf.. aku rasa mau melayang melihat Mark"
"Kita akan membalas kematian Mark. Kita susun rencana, kau mau ikut gak, Alice?"
"I..ya" balas Alice yang masih menangis sambil mengelap air matanya yang jatuh itu.
"Okey, sini! Aku punya rencana. Mungkin ini akan membantu Emilia"
Mereka bertiga pun memperbincangkan sebuah rencana, bisa dibilang ini adalah rencana terakhir karena hanya inilah sisa yang ada dipikikan dan didiskusikan oleh mereke. Jika gagal, semuanya akan berakhir. Tapi ini menyangkut tentang Emilia juga, jika rencana itu gagal, Emilia masih bisa mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin.
Tak lama kemudian, semuanya pergi berpencar.
Suara teriakan histeris itu tak berhent-henti. Emilia yang masih memeluk Mark dengan penuh kasih sayang itu masih mengalirkan air matanya. Bau anyir darah juga tercium di lubang hidungnya. Tetesan air hujan tak berhenti.
Lama-kelamaan teriakan itu mengecil dan hilang seperti ditelan bumi, begitu juga dengan tetesan air hujan. Emilia sudah seperti kehilangan suaranya. Dia sempat tertidur di atas dada Mark, dan itu pun dia sedang memeluk tubuh Mark. Tapi yang lain, tiba-tiba diserbu oleh anak buah Hasegawa yang baru sampai dari Jepang.
05.01 pm
"Kouta! Ambilkan aku katana!" pinta Hasegawa yang sudah bisa bergerak kembali dengan keadaan yang lebih baik. Dia mulai berdiri lalu melihati Emilia yang masih terlelap dalam tidurnya sambil memeluk Mark. Tak hanya Hasegawa yang keadaannya sudah membaik, malahan Kouta sudah lebih baik seperti biasanya.
Tak lama kemudian, sebuah pedang katana terlempar dari belakang Hasegawa, lalu tepat menancap di tanah. Hasegawa langsung mengambil katana itu dengan tangan kirinya, lagian katana itu adalah katana favoritnya. Tapi dia belum menyerang sedikitpun, dia masih melihati Emilia. Karena sekarang dia mulai mengincar tangan kanannya Emilia.
"Kenapa belum diserang?" tanya Kouta yang sedang berjalan menuju ke Hasegawa sambil menyeret Bryan.
...
"Tunggu! Jika dia menyerang Emilia, kau tembak tangan kirinya, harus sejejar dengan tangan kanan Emilia" suara Nicky berasal dari hpnya Shane yang tedampar di samping Shane, yang pasti tak jauh dari matanya.
"Aku tahu. Kau jangan sok memerintah, Nico! Aku hampir tertidur menunggu 5 jam" balas Shane lalu kembali fokus pada scope sniper favoritnya.
"Alice! Kau jangan sampai lengah!"
"Iya woe Nick" keluh Alice.
...
30 menit kemudian, Hasegawa masih diam, entah apa yang dilakukannya berdiri diam dan seperti melamun, ataupun tak beregerak.
Tiba-tiba, jari-jari Emilia bergerak, tapi tak dengan tubuhnya.
Hasegawa yang melihat itu langsung melotot lalu langsung berlari menuju ke Emilia. Katananya yang telah diangkat itu beberapa detik lagi akan menebas kepala Emilia, tapi dia menggunakan tangan kanannya tuk menebas kepala Emilia.
"SEKARANG!!!" teriakan Nicky entah dari mana itu membuat yang lain kaget dan mencari sumber suara itu.
3 detik sebelum kepala Emilia terpotong, tiba-tiba...
DOR!!!
Suara tembakan itu membuat Emilia terbangun dengan mata melototnya. Lalu tak sengaja melihat sebuah peluru mengarah ke tangan kanannya yang terhalang oleh tangan kiri Hasegawa.
Tringg....
Kali ini bunyi nyaring itu timbul, seolah besi peluru yang diluncukan oleh senapan Shane itu bergesekan lalu tembus dari lengan kiri Hasegawa, dan hal itu juga membuat apa yang dilakukan Hasegawa terhenti. Katananya jatuh dari tangan kanannya yang terangkat itu. Dia melirik tangan kirinya yang bolong rusak itu. Lalu melihat ke arah Emilia.
Tak menyangka! Emilia sudah menggenggam sesuatu yang disodorkan ke arah Hasegawa. Lalu dibukanyalah genggaman tangannya itu, ketika dibuka, sebuah peluru jatuh, yang pastinya itu adalah pelurunya Shane.
Bentar lagi tamat HUWAAA!! GREGED COK
Bomat wkwk!
#Vomment
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomansaMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...