Sejak kejadian tiga hari lalu yang memalukan itu, Emilia selalu takut berhadapan dengan Bryan. Bahkan mau mendekati Mark, Shane, Kian, ataupun Nicky saja sudah malu.
Malam itu, Emilia tak kembali ke apartemen. Dia hanya duduk di salah satu kursi taman kota, di bawah lampu. Melihati orang-orang yang sibuk di bar ataupun cafe. Orang-orang berlalu lalang lewat di depannya. Hawa dingin menyentuh di kulit lembutnya, Emilia yang tak tahu mau melakukan apa itu hanya diam melamun, beberapa detik kemudian dia mengambil keripik kentang lalu dimakannnya, berulang-ulang dia melakukannya.
20.55 P.M
"Emilia! Kenapa masih ada di sini?" tanya Mark yang tadinya melangkahkan kakinya kini menghentikan langkah kakinya.
"Eh! Itu.. Cuma lagi mau main di luar aja hehe.. Kau sendiri sedang apa malam-malam gini?"
"Oh aku lagi mau ke bar"
"HAH? BAR?!"
"Tapi bo'ong" celetuknya sambil cengengesan, tapi ekspresi muka Emilia bukanlah kesal melainkan ikut cengengesan. "Aku cuma mau main keluar, mau minum bir bareng nggak?"
"Markk!! #%#@#$)*!!"
"Hehe.. Gimana dengan Bryan? diterima nggak?" tanya Mark tiba-tiba, bukannya sibuk dengan urusannya sendiri tapi malah ngajak ngobrol sama Emilia.
"Itu sih.. kami gak ngobrol lagi..akhir-akhir ini" jawabnya lesu.
"Loh? Ngomong-ngomong kenapa kau menyukainya?"
"Dia itu, cowok yang sangat langka bagiku. Niatnya mau cool kayak kau, Shane, Nicky, dan Kian, tapi gak bisa. Dia juga imut gemesin, lucu, baik, dan menyenangkan. Makanya aku tenang di dekatnya, tapi.."
"Iya, aku tahu.. andai aku punya kehidupan secerah kehidupannya" sahut Mark sambil mendongakkan kepalanya ke atas, melihat bintang malam. "Yasudah, aku pergi dulu" pandangannya pun mengarah ke jalan, Mark berjalan meninggalkan Emilia.
Pas sekali kalau di sana itu sudah sepi. Tak menyadari kalau salah satu cewek kecil itu tiba-tiba loncat dari pohon, pendaratannya sangat sempurna, itupun memang hasil dari latihannya. Dengan raut muka seramnya, dia berjalan menuju ke Emilia.
"Akhirnya ketemu, gak sia-sia aku mengikutinya" ucapnya berdiri di depan Emilia.
"Maaf.. anda siapa?"
"Gak perlu tahu aku ini siapa. Berikan kerangka besi tangan kanan itu atau mati!" ancamannya dengan pistol di depan muka Emilia, ya pasti membuat Emilia takut.
Mark yang tak jauh darinya itu langsung berbalik, dengan cepat dia berlari ke Emilia.
"Jangan!" cegah Mark sembari menggenggam tangan cewek kecil itu.
"Jika kau menggenggam tanganku, aku gak segan-segan menarik pelatuk p-"
"JANGAN!"
"Haaaahhh?! Kau ini sangat merepotkan! Sudah kubilang untuk menyelesaikan misi dengan lebih cepat, sampai kapan aku harus menunggu?" celoteh cewek itu.
"Maaf, apapun itu jangan bunuh dia, kau boleh meminta apapun dariku" ujar Mark dengan muka penuh percaya dirinya, meski Emilia tak mengerti tapi dia masih terharu dengan perkataan Mark.
"Yasudah, aku lepaskan dia dengan syarat kedua tanganmu akan diganti dengan besi besok. Bersiap-siap ya Feehily!" ucapnya, kemudian dia berlari meninggalkan Mark dan Emilia.
"Kau baik-baik saja?" tanya Mark panik.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Makasih Mark.. yang tadi itu siapa? Dan apa maksud dari perkataannya?"
"Hmm.. itu sih.. namanya.. Miyuki, yah tapi jangan dipikirkan! Aku tetap akan baik-baik aja kok" sahut Mark cengengesan sambil menggaruk kepalanya itu, padahal gak gatal sama sekali.
"Yaudah aku pulang dulu" Emilia pun berdiri lalu pergi meninggalkan Mark.
Esoknya...
"EMILIA?! MANA EMILIA? AKU TERTIDUR SEMALAM!!!" teriak Bryan di depan adiknya itu, bagaikan mau melampiaskan sesuatu.
"Kak Emilia barusan berangkat.. aku dengar dari kak Nicky kalo kak Emilia nembak kakak dan terus itu.. kalian gak akrab seperti biasanya. Kak! Kau ini bukan lelaki sejati, GOBLOK!!! Gini aja, kakak temuin kak Emilia terus tembak dia.. kan baru jadi lelaki sejati"
"Lelaki sejati ya... hah. Yaudah gimana gitu.. makasih Suzanne! Kan hari libur, bersihin kamar, dapur, dan semuanya deh. Awas nggak!" suruh Bryan, lalu dia keluar dari apartemen itu dan mencari mobilnya. Mukanya itu sangat bersemangat.
Setiba di kampus, di sebuah ruangan yang pastinya Bryan sama Emilia netap di sana. Bryan melihat Emilia yang sedang duduk sambil menyantap roti sebagai sarapannya. Karena banyak orang di sana, jiwa pemalu Bryan kembali.
Pulangnya, Emilia langsung berlari keluar, Bryan yang melihat itu segera menyusul. Bryan juga tahu kalau Emilia pasti pulang malam dengan sengaja, dan dia gak menginginkan hal itu.
"Emilia!"
"Eh Mark? Kenapa? Mau pulang sekarang?" tanya Emilia.
"Iya, ada urusan sama si cebol. Aku duluan ya.." ucapnya lalu berjalan.
"EMILIA!" teriakan itu membuat Emilia menoleh ke arah suara, jantungnya berdegup kencang karena dia sudah mengenal suara seseorang yang memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...