"EMILIA!" teriakan itu membuat Emilia menoleh ke arah suara, jantungnya berdegup kencang karena dia sudah mengenal suara seseorang yang memanggil namanya.
Wajahnya yang dipenuhi dengan kegugupan itu membuatnya tak bisa berbalik melihat Bryan. Rasa malu dan gugupnya makin bertambah, sebelum Bryan ada di dekatnya, dia langsung berlari dengan kencang, tak peduli ke arah mana ataupun tujuannya di mana.
"EMILIA!"
Bryan tetap berlari, terus meneriakki nama Emilia. Dari kejauhan, Mark yang mendengar teriakan itu menoleh, tapi dia tak peduli dan kembali berjalan tuk pulang, karena sekarang ini posisinya diawasi dan itupun sedang terancam.
"Emilia! Huh.."
"Emilia! Tolong berhenti!"
...
"Miyuki! Kau akan menyerangnya? Langsung bunuh? Atau biarkan saja?" tanya seseorang yang sedang berdiri di samping Hasegawa sambil melihati Emilia berlari dan barusan keluar dari gerbang.
"Biarkan saja"
"Kenapa?"
"Dia sedang dikejar seseorang, sejak aku awasi Mark, aku juga sering melihat Emilia bersama seorang cowok, tepatnya sekarang dia sedang mengejar Emilia. Menurut laporan...dia itu gimana? Namanya siapa?" tanya Hasegawa yang dari tadi masih memerhatikan Emilia.
"Namanya Bryan McFadden, cowok yang seapartemen dengan Emilia. Itupun sekasur. Yang selalu ada di pikirannya itu hanya Emilia, bahkan sering sange gegara Nick-"
"Udah! Udah! Gak usah panjang-panjang! Ayo pulang, kerangka besinya sudah siap, kan?" tanyanya lagi seraya berbalik, lalu berjalan.
"Sudah"
"Baguslah"
...
Tempat di mana Emilia mulai berhenti, tempat yang ada di depan bar yang tak jauh dari kampus, di dekat pohon. Langkahan kedua kakinya mulai melemas karena kecapekan berlari, nafasnya yang berhembus dengan cepat, dan keringat yang dari tadi bercucuran itu membuat Emilia berhenti, tangan dan kakinya itu sudah benar-benar lemas. Pandangannya yang masih ke depan itu tak mau menoleh ke belakang.
"E..mi..lia.." Bryan yang jaraknya hanya sekitar tiga meter dari belakang Emilia itu pun berhenti berlari. Karena sangat capek mengejar Emilia, Bryan langsung membungkukkan tubuhnya sambil memegang kedua lututnya, berulang kali dia menarik lalu menghembuskan nafasnya.
"Kenapa? Kenapa kau mengejarku?" tanya Emilia tegang. "Aku tahu sekarang kau membenciku" lanjutnya masih dengan nada tegang, kedua tangannya itu dikepalnya, matanya itu telah berkaca-kaca.
"Bukan, justru jawabanku itu sebaliknya dari perkataanmu barusan" ucap Bryan lalu kembali ke posisi berdirinya.
"Hah?" Emilia merasa kaget dengan ucapan Bryan barusan, dia langsung berbalik dengan cepat, membuat rambutnya yang terurai itu mengibas dan melayang di udara.
"Dari awal ketemu, alias lihat.. aku udah suka dengan peri imut" Bryan ngegombal.
"Aku gak peduli!"
"Yang pasti peri itu Emilia" sahutnya sambil tersenyum manis.
"A..ku?" lirihnya kaget tak percaya.
Bryan pun melangkahkan kakinya itu ke depan, lalu berhenti di depan Emilia. Senyum manisnya itu masih saja dipasangnya, kedua tangan Bryan memegang dan menggenggam kedua tangan Emilia, dengan perasaan malu dan senang, akhirnya dia mengatakannya "Tolong, berpacaranlah denganku, Emilia!"
"Maaf!" ucapan Emilia itu terdengar seperti membentak, bahkan dia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Bryan, itupun membuat senyum Bryan hilang.
"Kau.. nolak?"
Dari tadi mata Emilia yang sudah berkaca-kaca itu akhirnya tak tahan menahan air mata yang menumpuk di kelopak matanya itu. Keluar begitu saja. Tangan kanannya menutupi kedua matanya itu sekaligus mengusap-usap air matanya. Jawaban dari Bryan tadi saja masih belum dijawabnya.
"Huhhhhhh......." hela Bryan sambil menunduk, sebenarnya dari tadi pagi dia selalu berpikir dan hasilnya memang seperti ini. Tapi, takdir itu hanya ditentukan oleh Tuhan.
Setelah beberapa saat kemudian, Emilia berhenti menangis. Kedua tangannya itu direntangkannya ke samping, bersamaan dengan senyumannya itu dan kedua mata indahnya yang terpejam sekaligus bulu mata yang lentik gegara tangisannya itu terlihat lebih indah. Alasan ia tidak membuka matanya karena mungkin saat ini matanya merah. Dengan berani dan pelan dia akhirnya menjawab "Aku terima kok"
"Thank you!!" Bryan kembali memasang senyum manisnya sembari memeluk Emilia, perasaan hatinya sekarang sedang bahagia dan berbunga-bunga.
Emilia juga yang perasaannya sedang bahagia dan senang itu membalas pelukan Bryan.
...
"AAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!" teriakan yang kuat dan histeris itu membuat seisi ruangan itu terdengan bergema. Semua yang melihat kejadian tragis dan seram itu serasa ngilu dan merinding. Bahkan Marie dari tadi menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya itu, sedangkan Oliver, ayahnya Mark, menutup mulutnya dengan tangannya. Tak tega melihat darah, daging, tulang yang terpotong, dan pedang yang berlumuran darah itu.
"Padahal sudah disuntik bius tapi masih menjerit, mungkin suntikannya tak bereaksi.. ataupun belum menyebar" ucap orang yang barusan memotong tangan kiri pria itu dengan katananya.
"Nanko-san! Itu beneran pas kan? Kalo gak pas bisa jadi masalah" sahut Hasegawa melihat kedua tangan yang sudah terpisah dari kedua tubuh cowok tinggi itu, mungkin ketampanannya akan hilang.
"Jangan khawatir! Aku ini sangat hebat menggunakan katana" ujarnya sombong.
"AKU PASTI AKAN MEMBUNUH KALIAN!" teriak pria itu lagi dengan histeris, matanya kembali terpejam.
Mendengar teriakan itu, Hasegawa bertepuk tangan sambil berkata dengan raut muka sombongnya "Coba saja kalau bisa! Yosh.. yoshh.. tolong bawa Mark tuk memasangkan kerangka besi kedua tangannya, setelah itu kalian boleh serang dia, terserah mau sekuat apa, sampe babak belur juga gapapa. Ini juga percobaan pertama untuk karya kerangka besi buatan kita. Dan ini juga demi kebaikannya" ujarnya dengan senang hati. "Maaf ya karena membuat Mark menjadi kelinci percobaanku, ups.. maksudnya manusia haha!"
Tapi di situasi seperti ini, kedua orang tua Mark tak bisa apa-apa karena mereka dicegah anak buahnya Hasegawa.
Huwaa... :'v
Akhirnya aku buat cerita yang sepanjang ini:'v
Thanks :3 :3 #Vomment
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...