Part 9 : Nine to Ten

76 39 13
                                    

"Bagaimana dengan anak saya?"

"Biusnya masih berfungsi sekarang, mungkin dia akan bangun sebentar lagi. Kami menambahkan beberapa bahan di kerangkanya sehingga terlihat lebih canggih. Ukurannya sedikit lebih besar, tenang hanya sedikit, agar pas dengan ukuran tubuhnya ketika dewasa nanti. Kali ini besinya lebih kuat sehingga sangat sulit hancur, retak, ataupun patah, bahkan awet. Tangannya juga bisa memanjang, jari dan tangannya bisa bergerak sangat cepat sesuai yang ingin dipakai, kekuatannya bisa lebih besar. Sangat unik dan canggih. Itulah yang bisa kami bantu"

"Terima kasih banyakk.. saya sangat berterima kasihhh..."

"Sama-sama, tapi, jangan beri tahu Emilia dulu tentang kecanggihan kerangka besi itu, karena dia masih kecil untuk menggunakannya dan bisa saja dia akan terluka. Jadi, jangan beri tahu Emilia"

"Tentu"

...

"Mark! Ikut mama menemui Mrs. Morris" sahut Marie dari dalam mobil, menunggu anaknya yang sedang berjalan seperti tak ada dosa.

Mereka berdua pun berangkat ke rumahnya Emilia.

...

"Maafkan atas kesalahan anak saya, saya sangat berhutang dengan kelakukannya. Ini ambilah! Sebagai ganti kerusakan tangan Emilia" pinta Marie sembari memberikan amplop yang tebal karena berisi uang yang sangat banyak itu.

"Tidakk.. Tidak usah. Lia sudah baik-baik saja sekarang" Mia menolak amplop itu.

"Ambil saja!"

"Yasudah jika memaksa, saya harus kembali ke rumah sakit"

"Tunggu sebentar! Mark sini! Dia juga harus meminta maaf"

Mark yang ada di dalam mobil itu hanya bersembunyi karena takut, walau dia masih mengintip Mia dan Marie.

"Tidak usah, saya memaafkannya, Emilia juga pasti memaafkannya" Mia pun meninggalkan Marie lalu masuk ke dalam mobilnya untuk kembali ke rumah sakit. "Mungkin" lirihnya.

Hari esok pun tiba, Emilia kembali ke rumahnya. Walau dia sedikit heran dengan tangan barunya itu, dia saja masih murung sejak setelah operasi kemarin yang berlanjut sangat lama.

Ketika dia sedang mengurung di kamar, dia melihat video game Mark yang rusak itu.

"Mark! Aku harus kembalikan ini padanya? Tapi bagaimana bisa di sini? Dann.. Bagaimana aku akan bicara dengannya nanti?" gumam Emilia sembari memegang video gamennya Mark.

Esoknya...

"Wuihh!! Gilak!! Tangan setannya menjadi tangan robot! Tapi lebih seram, lebih seram dari sebelumnya haha!" sahut Jessie tertawa.

"Benarrr.. haruskah kita hancurkan seperti yang Mark lakukan" timpal Diana.

"Ditendangggg!!! Jiahaha" Moly ikutan dengan tertawa terbahak-bahak. "Tapi dia gak peka-peka, capek ngurusinnya" sambungnya yang telah berhenti tertawa.

"Kau sih terlalu benci dengannya" celoteh Nichole.

...

Satu bulan kemudian...

Ketika jam kosong dan sebentar lagi pulang sekolah, Emilia pergi ke toilet dengan cepat. Di kelas itu, ada Mark, Roy, Diana, Moly, Jessie, Nichole, dan murid lainnya.

"Kalian gak sadar apa kalau kita membuat kesalahan pada Emilia" sahut Roy yang protes kek demo.

"Hem? Ada apa? Kok kau aneh?" tanya Moly heran.

"Semalam aku menonton video yang menarik dan menyedihkan. Tentang bull-"

"kau tak memberitahuku, BEGO!" celetuk Mark sambil menyenggol siku Roy dengan tangannya dan dia tertawa cekikikan.

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang