"Jangan ambil mangsaku lahh, Bryy!!!"
"Lah? Siapa cepet dia dapetttt!!!" ledek Bryan dengan mengejek menggunakan jarinya.
"Huffttt!"
"Mangkanya jangan deket-deket kak Bryan!, di sini aja. Musuhnya banyak, rame nih" sahut Suzanne.
"Aku nyusulll" ucap Emilia.
"Lahh.. Emilia jahad!"
...
"Haaaaaaaahhhhhhhhhhhh....... untung menang, kak Emilia pro amatlah!"
"Gak juga sih"
"Aku mau main keluar. Ntar temen nunggu" ucap Suzanne seraya berdiri.
"Oke, hati-hati ya!" sahut Bryan dan Emilia serempak. "Jangan pulang terlalu malam" sahut Bryan lagi.
"Pastiii!!" Suzanne yang mukanya gak sabar itu langsung pergi ke kamarnya sendiri lalu berpakaian rapi. Tak lama dari itu, dia keluar, menyisakan Emilia dan Bryan yang sedang berdua di kamar.
"Huwaaa.. ngantukk.. udah lama kau tinggal di sini, Emilia"
"I...yaa.. aku merasa gak enak" Emilia menunduk.
"Jangan ngomong gitu! Kami ikhlas kok. Besok kan libur, mau jalan-jalan gak?" tawar Bryan.
"Jalan-jalann...? Hmm.. ke mana?"
"Up to you" jawab Bryan mudah sambil membaringkan tubuhnya dan merentangkan tangannya di atas karpet merah itu.
"Loh?"
"Mau refreshing.. Emilia maunya ke mana?"
Emilia terdiam tuk berpikir sejenak. "Aku... kangen.. Sligo, mungkinkah masih ada Mark di sana?" gumamnya. "Ah gak! Aku gak bisa ke sana!!"
"Kita ke mana?" pertanyaan itu keluar dari mulutnya Emilia, dia cengengesan.
"Aku yang nanya dan kau malah nanya juga.." keluh Bryan.
"Hehe.. Bagaimana kalo piknik di taman kota?"
"Cuma itu?" Bryan langsung duduk dan memasang muka kaget ke arah Emilia.
"Ya.. kan gak anyak ngurasin biaya. Yaa..mmm..ituu.. aku tuh gak enak kalau uang jajanmu dijadikan untuk pembayaran iuran bulananku" ujar Emilia menunduk lesu, Bryan terkekeh kecil.
"Kau tahu? Uang jajanku itu jarang kubelikan apapun, kalau lagi butuh aja. Jadii.. setiap harinya numpuk" Bryan masih menertawai Emilia. "Yaudah, besok kita piknik"
"Beneran mau?" tanya Emilia lagi sembari melihat wajah Bryan dengan serius.
"Iyaaa... besok, jam sembilan pagi. Oke?"
"Oke"
Bryan pun keluar dari kamar itu lalu menuju ke kamar mandi. Emilia yang sendiri itu melamun.
"Sebentar lagi kau akan mati, Emilia" tiba-tiba saja suara seram itu terdengar dari segala arah dan terdengar jelas di telinga Emilia. "Berikan tangan itu atau kau akan mati!" dan sekali lagi dia mendengarnya.
"Siapa.. itu???" Emilia memandangi ke sekitar dengan muka beraninya, walau dia itu sebenarnya takut.
"Aku yang pernah merasukimu sebulan yang lalu"
"Gak mungkin!! Kau selalu mengganggu!"
Tiba-tiba, kursi yang ada di depan Emilia itu bergerak maju ke depan Emilia sendiri, padahal tidak ada orang kecuali Emilia sendiri.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
"Emilia!" panggil Bryan yang langsung berlari masuk ke dalam kamar. Ketika masuk, dia melihat Emilia yang menutup mukanya dengan bantal. "Kenapa? kau baik-baik aja? Jangan menyerangku! Aku Bryann"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...