Part 48 : Summer Rain [END]

75 11 2
                                    

Hasegawa tak tinggal diam, selagi dia masih mempunya energi, dia akan tetap bertahan hidup sampai energinya benar-benar habis dan mati. Hasegawa pun berdiri, dia langsung berlari cepat ke arah Emilia. Dia juga terpaksa karena hanya menggunakan tangan kosong. "Tadinya aku ingin membunuhmu, tapi malah Bryan yang tertembak. Tidak apa-apa, tadinya juga aku berniat membunuh Bryan"

Sementara itu, yang lainnya hanya menonton seolah-olah pertarungan Emilia dan Hasegawa itu adalah tontonan gratis yang menghibur dan menegangkan.

Tapi, Nicky tak diam. Dia meraih pistolnya yang dari pertama bertarung adalah senjata cadangannya. Tak lupa dia mengambil hpnya.

"Alice! Aku akan menyerang Hasegawa dari belakangnya"

"Kau ini gila atau nggak? Apa kau gak dengar tadi apa yang diteriakkan oleh Emilia? Mukanya yang serius itu—kurasa jika kau menganggunya dia akan langsung membunuhmu"

"Aku gila dan aku tak peduli"

"Tungg-"

Sambungan pun diputus oleh Nicky, dia menyimpan hpnya di dalam saku celananya. "Ahh!! Aku gak peduli!!" pekiknya, lalu dia berlari menyusul Hasegawa, memang niatnya mau menembak Hasegawa dari belakang.

Ketika jarak Emilia dan Hasegawa sudah cukup dekat, Emilia langsung lompat dengan kaki kiri sebagai tumpuan. Tangan kanannya yang mengenggam erat gagang katana ke atas itu langsung diayunkannya ke kepala Hasegawa.

Sedangkan, Hasegawa langsung mengangkat tangan kirinya untuk menepis. Mungkin itu akan berhasil.

Tapi barulah dia ingin menepis serangangan Emilia, tiba-tiba sebuah peluru kecil mendarat di punggungnya Hasegawa, dengan begitu Hasegawa langsung menurunkan tangan kirinya. Nicky berhenti berlari, napasnya bergerak cepat dan tangannya bergetar.

Saat itu juga logam tajam katana itu mengoyak ujung bahu Hasegawa, sebelumnya Emilia sempat kurang konsentrasi karena ketika dia berada di udara, dia melihat Nicky yang sedang menembak Hasegawa.

Kring...

Lengan kiri Hasegawa langsung terlepas dari tubuhnya, begitu juga dengan katana yang belah dua karena Emilia kurang konsentrasi tadi.

"Awww....." desah Hasegawa kesakitan sambil memundurkan langkahnya.

Tapi, kini Emilia menatap Nicky tajam seolah-olah seekor harimau siap menerkam rusa.

"NICKY!!! LARIII!!!" teriak Alice yang tiba-tiba datang dan mengambil snipernya sebagai alat bertarung seperti pedang.

Emilia langsung loncat lalu berlari ke arah Nicky. Tapi, dia gagal karena Hasegawa langsung menerjangnya sebelum Emilia berada jauh dari jangkauannya.

"Kau mau lari ke mana?" tanyanya sambil menendang Emilia tanpa henti.

"Argh!" hela Emilia geram lalu memukul Hasegawa hingga jatuh ke belakang, lalu Emilia melempar granat ke arah Nicky yang akan meledak beberapa detik lagi. Bahkan, sangking amarahnya memuncak dan tak henti, dia melemparkan katana yang sudah patah itu ke arah Nick. Beruntunglah Alice menepisnya.

"Ayo lari! Di sini sangat berbahaya!" ajak Alice langsung manarik Nicky menjauh dari sana, tapi terlambat.

Tangan Emilia langsung menarik tangan kanan Hasegawa lalu melemparnya ke arah Nicky dan Alice. Sedetik kemudian, granat itu meledak dan melukai orang-orang yang ada di sekitarnya.

...

"Emi—lia?!" Jodi membekap mulutnya sendiri karena dia melihat kejadian yang tak pernah dilihatnya, tapi sekarang ada di depan matanya.

Bunyi ledakan itu pun datang bersamaan dengan datangnya ledakan dengan warna kuning oren api dan warna abu-abu debu dan asap yang berterbangan.

"Kita seharusnya ikut ke sana" protes seseorang yang ada di belakang Kian.

"Kita tidak bisa ke sana" balas Kian tak peduli.

...

"Aku tak akan kalah darimu!" teriak Hasegawa yang keluar dari ledakan itu dengan kulit separuh terbakar.

"Checkmate!" Emilia memukul kepala Hasegawa hingga terpental ke belakang. Lalu dia berjalan menuju ke Hasegawa sambil mengeluarkan pisau separuh rusak dan bisa dibilang patah. "Akan kuakhiri ini!"

Mukanya yang penuh dengan amarah itu makin terlihat seram, tangan Emilia bergerak ke belakang, lalu menusuk dada Hasegawa tepat di tengah jantung. Darah yang berbekas dari darah Mark itu masuk ke dalam daging-daging Hasegawa. Dia merobeknya dengan sungguh ganas, hingga tembus dan terlihat ujung besi yang patah itu dari belakang punggung Hasegawa.

"Kita akhiri ini bersama-sama, bego!" cetus Hasegawa dengan matanya yang berkaca-kaca. Lalu dia mengangkat tangannya yang mengenggam gagang katananya, yang besinya sebagian telah hilang karena patah, dan itupun dia mengambil katananya yang ditepis Alice tadi. Dengan cepat sebelum dia mati di tangan Emilia, dia langsung memotong ujung bahu kanan Emilia, hingga tangan kanan Emilia lepas dari tubuhnya.

Tapi, demi membalaskan dendamnya, Emilia memegang tangan kanannya yang telah lepas dari tubuhnya itu dengan menggunakan tangan kirinya, lalu didorongkannya ke depan hingga ujung tangan atau pisaunya, tambah menembus.

"Kita sama-sama menang, kan?" tanya Hasegawa, dia masih bertahan.

"Tentu saja aku yang menang"

"Tidak.. kita seri" Hasegawa masih mengoceh dengan suara lemah lesu kecilnya. "Atau aku yang menang"

"Aku yang menang"

"Aku... telah kalahh.. gak mungkinnnn" itulah kata-kata yang terakhir kali yang diucapkan Hasegawa, dia jatuh ke belakang dan menenggelamkan matanya.

"Kau.. mana mungkin.. menang.....karena aku bertarung bersama mereka semu..aaa" Emilia ikut jatuh ke depan, kepalanya menindih dada Hasegawa.

"EMILIA!!!!!!" teriak Kian dan Jodi, mereka langsung berlari menyusul Emilia.

Tapi, suara sorakan dan teriakan tiba-tiba datang.

"HOREE!! KITA MENANG!!"

"INI SEMUA BERKAT EMILIA!!!"

"Tapi bukankah dia juga penyebabnya"

"Kurasa dia memang penyebabnya tapi bukan yang memulai masalah"

"Apa yang mereka.. maksudkan?" tanya Kian melongo.

"Kurasa... aku gak tahu mau bilang apa" Jodi tak diam, dia berlari menuju ke Emilia.

"Aku.. me.. nang" lirih Emilia. Kemudian, matanya tertutup dan sebenarnya itu terlihat sedikit sembab.

"Emilia!!"

"Emilia!!"

"Emilia!!"

Suara teriakan Jodi masih menyelimuti telinganya Emilia. Tapi dia benar-benar terlambat.

"I love you... all" kata itu adalah kata terakhir yang keluar dari mulutnya. Hujan kembali menutupi sekitar. Membuat yang lain berlari tuk berteduh.

Semua orang yang ada di sana, memanggil hari itu ataupun tanggal itu dengan sebutan "Summer Rain". Hujan musim panas yang datang dengan keajaiban dari sebuah akhir peperangan antar pemilik kedua tangan besi.

----------END----------

HEHAHUNJAA!! NIH CERITA ENDINGNYA GA SEDIH LO!! TAPI AKHIRNYA AKU PUNYA 1 CERITA YANG TAMAT. HUWAA.. THANKYOU SO MUCH... FOR READERS OR AUTHOR YANG TELAH BACA... Lihat juga paragraf akhirnya. Sungguh aneh, bukan? Awokwokwok

Oke. Sampe sini aja. Abaikan cerita yang ga nyambung ini :">

Love, Auhthor.

Eh jangan lupa #Vomment.

Bikez itu sangat berarti bagi para author.

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang