Part 42 : Trick

39 14 0
                                    

Larinya yang membuat nafasnya itu menjadi terengah-engah, nafasnya yang selalu ditarik lalu dihembuskannya dengan cepat. Emilia dengan cepat dia berlari tuk sampai ke markas. Terkadang dia bersembunyi di balik semak-semak, pohon, bangunan, dan sebagainya untuk bersembunyi.

Suara tembakan itu terdengar dari segala arah, membuat jiwa takutnya membara. Tapi tak dengan negaranya yan semangatnya kini membara.

Apakah ini salah Emilia? Atau Mark? Atau Bryan? Atau Hasegawa? Atau Alice? Atau semuanya? Oke yang salah authornya :)

Sangking liciknya Hasegawa menyuruh Mark untuk melakukan perbuatan kejinya demi menyelamatkan dirinya sendiri dan Bryan. Padahal rencana itu adalah sebuah kebohongan besar.

Semua yang ada di kota tak tetap diam. Mereka terus menyerang anak buah Hasegawa hingga titik darah penghabisan. Ini memang telah terjadi peperangan antara pihak yang tidak bersalah. Teriakan juga kini terdengar dari mana-mana. Asap dan api bertebaran di mana-mana.

Hal yang membuat semangat Emilia berkurang karena beberapa warga mengeluh atas kesalahan Emilia.

Emilia hanya bisa menerimanya dengan kesabaran. Tiba-tiba, dari sebelah barat, terdengar ledakan yang sangat besar, lebih besar dari sebelumnya. Dan itu mengarah pada markasnya Mark dan jarak ledakan itu tak jauh dari posisi Emilia. Membuat Emilia tertarik tuk ke sana dan mulai melangkahkan kakinya.

"Emilia!" seru seseorang langsung menghampiri dan menarik Emilia ke tempat aman di mana beberapa orang dievakuasi.

"Jodi? Tunggu! Apa yang kau lakukan? Cepatlah pergi!" pinta Emilia panik.

"Seharusnya aku yang ngomong kek gitu"

"Umm.. uh.. aku hanya ingin menyelamatkan mereka berdua" tegas Emilia.

"Tapi mereka sekarang sedang dalam kondisi seperti disandera" tegas Jodi balik disusul dengan nafasnya.

"Apa maksudmu?" Emilia benar-benar bingung, dari tadi dia ingin mengerutkan dahinya, kini dilakukannya sembari bertanya tadi.

"Aku belum tahu dengan detailnya. Pokoknya secepatnya kau harus pergi dari sini!" pinta Jodi geram. "Bentar lagi Kian akan sampai di sini. Dia akan membawamu pergi keluar degan cara apapun, yang penting bukan di tempat seperti ini" sambungnya lalu menarik tangan Emilia dengan kuat.

"Jangan sentuh aku!" pekik Emilia dengan matanya yang berkaca-kaca. "Jika kau sentuh aku, aku akan menembakmu!" ucapan yang lebih dikenal dengan ancaman itu membuat Jodi diam. Dia gak bisa berbuat apa-apa karena Emilia sekarang berdiri di depannya sambil mengacungkan AK-47nya.

"Tidak Emilia! Jika kau tetap berada di sini semuanya akan sia-sia. Jika kami mengalahkan Hasegawa kami pasti akan menyusu-"

"AKU YANG AKAN MEMBUNUH HASEGAWA DAN YANG LAINNYA!" teriaknya membuat beberapa orang yang tak terlalu dekat dari mereka sedikit terdengar. "AKU JUGA AKAN MEMBAWA BRYAN DAN MARK SELAMAT. UNTUK ITU KALIAN JANGAN IKUT CAMPUR DAN PERGILAH!"

Beberapa warga sekitar yang tak ikut berperang itu mendekati, mendengar, dan melihati mereka.

"Hey! Bukankah orang itu yang ditargetkan oleh mafia musuh itu?"

"Ya, memang benar"

"Apa yang dilakukannya? Serahkan saja dirinya, dengan begitu kota ini selamat, kan?"

"Kurasa tidak. Ini sudah terlanjur, mereka semuanya sudah menyerang. Hal itu akan sia-sia. Aku yakin seratus persen kalo dia menyerahkan dirinya pasti perangnya tetap berlanjut. Jika dia mengalahkan si bos mafia itu, mungkin akan berakhir"

"Jadi.. kita harus menyerang balik?"

"Ya. Beberapa tentara telah mengepung markas sebuah gangster yang mana di sana ditempati mafia itu, tapi tetap gagal. Mereka sangat kuat dan sangat hebat dalam hal seperti membunuh orang-orang"

"Hooooohhhh....."

"PERGI DARI KOTA INI!"

"KAU PERUSAK KOTA!"

"MATI SAJA!"

"JANGAN BERADA DI SINI!"

"KAU MEMBAWA MUSIBAH"

"TANGKAP MEREKA LALU BERIKAN PADA MAFIA ITU!!!" seru seorang yang bertubuh besar dan memimpin pasukannya. Yang lain hanya menonton diam.

"Aku minta maaf padamu" ucap Emilia, dia langsung mengambil sebuah suntik diam-diam lalu menyuntik Jodi. Suntik yang didapat dari Kouta, karena tadi sore Kouta tak sadar menjatuhkan beberapa biusnya.

"Emilia! K..kau??"

Emilia tak mau diam dan menyaksikan, dia langsung berlari karena orang-orang sudah mengerjarnya. Sebagian ada yang menangkap Jodi.

...

"Aku tahu rencanamu Hasegawa" gumam Mark disertai dengan telapak sepatu kakinya yang bergesekkan dengan tanah itu. Belumlah dia jauh dari markas, di belakangnya ada Hasegawa, Kouta, dan Bryan yang diseret oleh Kouta, muka Bryan yang banyak luka dan babak belur itu membuat Mark merasa kasihan dan tak tahu harus melakukan apa.

"Mark! Kudengar perempuan yang kita targetkan itu sedang berlari dengan cepat ke sini" Hasegawa memberikan senyum sumringahnya, ditambah dengan tangan kirinya yang seram, dan tangan kanannya memegang sebuah senapan.

"Siapa dia?"

"Aku gak tahu"

"Bukankah bisa dicari tahu dahulu sebelum kubunuh?" tanya Mark heran, dia masih memerhatikan Hasegawa.

"Jika kau bertanya lagi. Bryan akan dibanting dengan kuat" ancamnya.

"Jangan bercanda!" teriak Mark. "Kau pasti memancing Emilia ke sini, kan? Dengan cara menyanderaku dan Bryan"

"He? Itu cara anak buahku, karena menarik kami laksanakan. Kouta!" panggil Hasegawa sembari memberi kode-kode pada Kouta yang diam dan menjambak rambut Bryan.

Melihat kode-kode itu, Bryan langsung diangkatnya lalu dibantingkannya ke arah Hasegawa dengan keras. Lebih keras karena kekuatan dan otot-ototnya yang kuat nan kekar itu.

"BRYAN!" pekik Mark. Dia langsung berlari menuju ke Hasegawa tapi Hasegawa sudah menyodorkan senapannya. Senyum sumringah itu tak hilang.

Bryan yang terbaring tak berdaya dan lemas itu berada tepat di depan kedua kaki kecil Hasegawa. "Sudah lama aku tak berperang" sahutnya. Kaki kanannya itu menginjak kepala Bryan dengan tanpa rasa dosa sedikitpun. Setelah itu diinjak-injaknya, hal itu memancing amarah Mark.

"BRYANNNNNN!!!!!!!!!" teriak Mark sekali lagi.

"Jadi kau yang membunuhnya ya, KAN?! AKU MENDENGAR NAMA BRYAN DI SINI!!!" suara itu dengan penekanan di akhirnya membuat Mark, Hasegawa, dan yang lainnya beralih pada seorang perempuan yang muncul tiba-tiba lalu menyerang Mark dari belakang. Bukan dengan senjata api, tapi dengan sebuah pisau yang digantikan dengan tangan besi kanannya. Mukanya yang merah bangkit karena amarahnya.

Dan itu membuat Mark kesakitan karena punggungnya yang tertusuk.

"KAU PASTI ANAK BUAHNYA, KAN?!" teriak perempuan itu lagi.

"Kau pasti penerus mafia yang terlihat seperti Emilia, kan?!" penglihatan topeng Mark itu rabun, dengan cepat Mark langsung berbalik lalu memukul dan menepis pisau yang cukup panjang itu dengan snipernya. Pertarungan kini terlihat seperti adu pedang.

Bunyi nyaring gesekan dari logam itu terdengar sangat jelas.

"JANGAN GANGGU MEREKA!" teriak Hasegawa pada anak buahnya yang ada di sekitar agar tak ikut mencampuri perkelahian antara Mark dan perempuan itu.

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang