Part 7 : Eight to Nine

86 40 25
                                    

Ujian pun berlangsung dengan cepat, rasanya waktu itu berjalan seperti kilat, sungguh cepat. Ketika ujian berakhir, Emilia yang tak menyerah itu tetap mencari teman baru. Karena sejak Lea pindah dia selalu sendirian.

Ketika mau pulang sekolah, Emilia melihat Moly yang sedang bersandar di pagar sekolah sembari membaca novelnya, Moly sedang menunggu teman akrabnya itu.

"Eummmm..permisi..Moly" ucap Emilia. Kedua tangannya penuh dengan es krim yang baru dia beli.

"What?" tanyanya sambil mengalihkan panangannya ke Emilia. "Paan sih?" Moly kaget dan jijik dengan kedatangan Emilia.

"Kau mau?" tanyanya dengan senyum dan menyodorkan es krim yang ada di tangan kanannya. "Aku juga mau mengajakmu berteman"

Moly menutup novelnya itu lalu menarik nafasnya pelan, kemudian dihembuskannya.

"APA KAU TAK TAHU KALAU AKU ITU MEMBENCIMU! KAU GAK PEKA!" teriaknya sambil mendorong bahu Emilia hingga kedua es krim yang ada di tangan Emilia terjatuh. "Aku gak akan pernah menjadi temanmu!" cetusnya lalu pergi menyusul teman akrabnya.

Sementara itu Emilia terdiam sambil melihati es krim yang sudah jatuh di tanah itu. Sudah berapa kali dia mengajak orang-orang berteman. Tapi selalu ditolak.

Esoknya, Emilia membawa pizza yang dijadikannya bekal, kali ini dia mau mengajak makan.

Ketika jam istirahat, Emilia melihat Moly, Nichole, Diana, dan Jessie sedang makan dan ngobrol bareng.

"Permisi.. boleh aku ikut makan? Aku membawa pizza untuk dibagi-bagi" pinta Emilia yang menyodorkan kotak bekalnya itu, tutup kotak bekal itu sudah terlepas sehingga mereka berempat bisa melihat pizza yang ditawari Emilia.

"Pintarrrr" ucap Diana, tangannya bergerak menuju kotak bekal Emilia.

Plakk..

Moly langsung memukul tangan Diana dan kotak bekal Emilia sehingga kotak bekal itu terjatuh. Untunglah pizzanya tidak keluar dari kotak bekal itu.

"Kami tidak akan terkena rayuanmu, bodoh! Kami juga gak akan mau menjadi temanmu!" cetus Moly. "Pergi sana!"

Ketika Emilia mau mengambil kotak bekalnya itu, Mark langsung mengambilnya duluan. Dia mengambil semua pizzanya sehingga tak bersisa.

"Makasih!" ucap Mark sambil melemparkan kotak bekal itu ke Emilia.

Emilia berhasil menangkap kotak bekalnya itu, dengan senyuman dia mengucapka "Sama-sama"

"Ishhh.. jijik" lirih Mark mengalihkan pandangan lalu memakan pizza.

"Pencuri lu!" keluh Roy sambil menaikkan alis kanannya ke atas dan nyengir.

"Uangku habis gegara bayar kas" jawab Mark yang mulutnya penuh dengan pizza. "Ya tapi gapapa, keknya dia ikhlas" sambungnya lalu duduk di kursi dengan santai.

Libur musim dingin pun tiba, Emilia yang bebas dari sibuk itu sangat tenang dan lega. Dia ingin mencari suatu hobi ataupun aktifitas yang bisa membuat otaknya segar.

Sedangkan Mark hanya diam di kamar sambil memainkan video gamenya. Dia hanya main, makan, lalu tidur. Kadang-kadang dia juga main video game bersama adiknya.

"Ma! Aku mau keluar!" sahut Mark yang sudah siap.

"Iya, hati-hati" ucap mamanya Mark, Marie.

...

Syal yang menggulung di lehernya itu membuatnya tambah imut. Dia tak menguncir rambutnya, hanya dibiarkannya digerai begitu saja. Walaupun suhu Sligo sudah dingin, Emilia hanya memakai jaketnya dan celana jeans hitam panjang, sweater merah muda lengan panjang membuatnya terlihat lebih imut. Dengan pakaian seperti ini, dia bisa menutupi kerangka besi tangannya itu.

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang