"Yah aku gak sabaran. Marky belum mendapatkan tangan kanannya. Dia itu memang sangat payah. Padahal waktu yang tersisa tinggal seminggu lagi"
"Haruskah kita pergi mengunjunginya?"
"Haaahhh? Akhir-akhir ini aku malas mengawasinya karena bosan. Dan aku mager bangettt, ya tapi dia pasti merencanakan sesuatu, aku terpaksa mengawasinya. Apapun itu gangster mereka sangatlah lemah. Lagian, Mark bakal mati"
"Jadi?"
"Kita akan melakukan serangan kejutan. Sebarkan berita kalau Emilia sangat terancam! Dengan begitu, orang-orang akan menjauhinya dan itu mempermudah kita untuk mencurinya. Tapi, berita ini bisa memancing para tentara atau bla..bla...bla... jadi, kalian harus berhati-hati dan tetap awasi aku dan markas kita. Emilia harus ada di tangan kita sebelum waktu habis"
"Baiklah"
...
"Bry!" panggil Mark seraya berjalan mendekati Bryan.
"Apa?"
"Untuk minggu ini nyawa Emilia lebih terancam. Boleh aku pinjam dia? Please!! Dia sangat terancam"
"Aku tahu, waktunya akan habis, kan? Jika dia ikut kau, aku harus ikut ju-"
"HEI! Tadi aku mendengar berita kalau Emilia sedang dicari seseorang, parahnya beritanya itu menyebar dengan sangat luas. Semua orang mengira kalau Emilia adalah penjahat dan akan menjadi perusak Dublin hanya karena tangan kanannya" jelas Nicky dengan napasnya yang terengah-engah itu. "Bahkan mereka menyebarkannya lewat... pos..ter" sambungnya sambil menunjukkan sebuah poster.
"Nah.. akan lebih baik kalau Emilia ada bersama Bryan" Shane ikutan.
"Tapi... aku ingin dia tetap aman" protes Bryan geram.
"Dia akan lebih aman jika bersama Mark" pekik Nicky greget.
"Yah baiklah.. jaga dia baik-baik ya, Mark" ucap Bryan memasrahkan dirinya.
Kian mendekat ke Nicky, dia membaca dan mengamati dengan jelas poster yang dipegang Nicky.
"Poster yang aneh-aneh saja, sampe ada tanda tangannya. Lagian ini jelas mafia Yakuza. Dan ada foto Emilia, terus.... OMG! Di sini ditulis 'Jika Emilia tidak ditemukan dalam waktu kurang dari seminggu, kota ini akan hancur dengan cepat. Kalian terlambat'. Hmm.. AKU MENGERTI!" teriak Kian sambil melihat ke lainnya dengan serius.
"Apanya?" tanya yang lain serempak.
"Emilia mungkin akan diculik oleh orang lain selain Yakuza, setelah itu orang lain itu akan memberikan Emilia pada mafia Yakuza. Dengan begitu, kota ini akan selamat"
"Aku punya rencana guys! Maaf banget.. ini bermain dengan nyawa. Mendekat!" pinta Mark. Mereka berdiskusi dan menyetujui rencana Mark walau itu emang ekstrim.
Beberapa saat kemudian...
"Hei! Apa yang kalian diskusikan?" seru Jodi yang berjalan bersama Emilia dan Alice. Mereka mendekati Mark dan yang lainnya.
"Sini! Kami memperbincangkan tentang sebuah rencana" balas Kian.
Sementara itu, mereka tak sadar kalau Hasegawa yang sedang duduk di atas dahan pohon sambil mengayunkan kedua kakinya secara bergantian dan mendengarkan pembicaraan mereka dengan suasananya yang santai. "Aku sanga beruntung karena mengawasi kau hari ini, Mark. Rencananya berbelit-belit, yaudah nanti kubunuh saja kau. Dari pada merepotkan"
Ketika pulang, semua orang yang ada di sekitar Emilia menghujatnya. Mereka tak peduli dengan apapun kecuali kematian atau kepergian Emilia dari kota itu.
"Emilia! Jangan dengarkan apa yang mereka katakan! Mereka itu orang yang egois, okay?" bisik Mark yang sedang berjalan bersama Emilia.
"O..key"
Mereka melewati orang-orang yang dari tadi nyerocos gak jelas.
"PERGI DARI KOTA INI, SETAN!"
"Jangan melibatkan kota ini!"
"BERIKAN SAJA TANGANMU ITU!"
"MATI SAJA SANA!"
"Kalau kau mau kota ini selamat. Kau harus melawan dan membunuh mereka!"
"DIAM! Itu hanyalah berita hoax yang bisa membuat kalian percaya" teriak Mark kuat, padahal dia itu berbohong, dan itu membuat yang lain terdiam. "Jika di antara kalian masih ada yang membuatnya takut. Kugerok leher kalian!" ancamnya masih dengan suara yang kuat.
"Mark....." lirih Emilia ketakutan.
"Ayo cepat pergi dari sini!" Mark langsung menarik tangan Emilia.
...
Dua hari sebelum waktu habis, Hasegawa dan yang lainnya langsung menyerang kota dengan serangan kejutan. Semuanya berlindung dan bersembunyi di tempat yang aman.
Bom, granat, dan dinamit meledak di mana-mana. Bau menyengat asap sangat tak enak ketiak dihirup. Kota itu bagaikan lautan api. Langit rasanya terlihat seperti mendung dan gelap, padahal aslinya tidak. Beribu-ribu anak buahnya Hasegawa datang dan membunuh orang-orang yang ada di Dublin. Para tentara militer, ataupun yang lainnya menyerang balasan balik.
Sementara itu, Hasegawa tersenyum manis. Tangannya yang sudah berubah seram seperti Emilia itu tak sabaran menghantam dan membunuh yang lainnya. Tepat pada hari penyerangan kejutan itu, Hasegawa dan anak buahnya datang ke gangster yang dijanjikannya itu.
"Serahkan Emilia!"
"Tapi... kata Mark waktunya masih dua hari lagi" tegas Oliver.
"Aku gak peduli. Atau aku akan membunuh Mark" ancam Hasegawa.
"Bukankah kita berjanji kalau kita tak akan saling membunuh"
"Kau masih ingat? Janji antar gangster" tanya Hasegawa lagi.
"Ya, aku masih ingat"
Hasegawa menghelas nafasnya, merasa merendahkan ayahnya Mark. Tanpa aba-aba, tangannya langsung melempar pisau ke arah Marie, sangat sadis dan tragis, pisau itu mengenai mata Marie.
"Kau bilang janji! Janji antar gangster!!!" Oliver langsung mengacungkan pistolnya ke arah dada Hasegawa.
"Baka mitai! Kami ini mafia, BEGO!" telapa tangan kiri Hasegawa langsung menutup ujung pistol itu. Beberapa kali peluru yang ditembak Oliver tak menembus telapak tangan kiri besinya. "Mangkanya aku bilang waktu ita kalau kau jangan sampa lengah lagi" pikiknya langsung meninju Oliver, tapi Oliver tak tetap diam. Dia menyerang balik.
...
"Sssstttt! Jangan sampai kita ketahuan! Kita keluar dari markas ini, aku akan mengantarmu sampai ke bandara sebisa mungkin. Ingat rencananya ya" bisik Mark yang sedang memeluk dan membekap mulut Emilia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomanceMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...