3 tahun kemudian...
Tetap saja seperti biasa, andaikan Emilia tak pindah sekolah, pasti hidupnya sudah berubah. Tapi takdir memang menentukan begitu. Hidupnya di Sligo dulu sama saja dengan kehidupan di Dublin sekarang. Tidak! Di Dublin dia tambah mendapat kesialan yang lebih besar. Masa-masa junior school dan high school sama-sama kejam.
"Aku lulus ma! Pa!" seru Emilia bangga dan memeluk kedua orang tuanya itu.
"Selamat ya" ucap Mia dan Wilthson sembari membalas pelukan Emilia, mereka juga mengelus kepala Emilia dengan pelan karena bangga pada anaknya itu, walau sering dihina.
"Tapi..." ucap Mia melepaskan pelukan Emilia disusul dengan Wilthson.
"Kenapa ma? Kok murung gitu? Lia kan udah lulus, dannn.. Lia mau kuliah di sini aja deh" sahut Emilia senang dengan cengengesan.
"Bukan itu Lia" ucap Mia masih sedih.
"Loh? Jadi, maksud mama apaan?"
"Papa dan Mama akan kerja di China" jawab Wilthson.
"Kok gitu?" senyum bangga itu menghilang dan lenyap.
"Karena papa akan menjadi bos di sebuah perusahaan, di China. Sebagai istri, mama harus menjaga papa. Tenang saja ya Lia, kamu akan tinggal bersama keluarga Smith. Mereka baik kok, Mr. Smith bahkan akan menyambutmu nanti," ujar Mia ingin membuat Emilia tenang.
"Yah tapi maa.. Lia kan bisa ikut" protes Lia sedih, berharap bisa ikut kedua orang tuanya itu.
"Kami gak bisa mengajakmu karena papa gak punya banyak uang, lagian kami berangkat ke sana itu dibiayain. Tapi, kami mempunyai beberapa uang untuk mendaftarkan kuliahmu, ntar kami transfer uangnya" timpal Wilthson.
"Tenang saja Lia sayang.. mama punya laptop dan handphone android untuk Lia.. nanti ambil di kamarmu ya. Kami juga akan membayar iuran bulanan kuliahmu"
"Baik ma, kapan ke China?"
"tiga hari lagi" jawab Mia.
"Cepatnya"
3 hari kemudian...
Kedua orang tuanya Emilia yang sudah siap-siap berangkat itu pergi ke rumah keluarga Smith dahulu, setelah itu pergi ke bandara.
"Pa! Ada tamu" teriak Alice dari dalam kamar yang mengintip sedikit dari jendela.
"Wahh.. udah datang! Yuk kak! Samperin mereka!" ajak Rian sembari menarik tangan kakak perempuannya itu, Alice.
"Adekkkk!! Jangan ganggu kakak!" keluh Alice yang masih mainin hpnya, sebenarnya dia itu sedang chat sama seseorang, yang pastinya cowok.
"Gak sopan banget kalo ada tamu, huu!!" Rian pun keluar kamarnya dengan kesal lalu segera menuju ke ruang tamu.
Kriett...
"Oh sudah datang ya, selamat datang kalo begitu. Masuk dulu yuk!" sahut Gaerley yang merupakan kepala keluarga di keluarga Smith.
"Ahh itu gak usah, kami akan berangkat habis ini" ujar Mia.
"Kami boleh kan menitipkan anak kami, Emilia?" tanya Withson.
"Tentu, dengan senang hati saya menyambut keluarga anda, namamu siapa?" tanya Gaerley sambil menunjuk Emilia.
"Emilia"
"Nama yang imut, kudengar kamu punya tangan besi ya? Menarik sekali"
"Ahh.. itu...." ucap Emilia malu-malu.
"Di mana yang lainnya?" tanya Mia.
"istri udah pergi kerja, kalau anak saya sih pada sibukk.. semua, tapi Rian mungkin bisa mengajak Emilia bermain"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN [END]
RomansaMemiliki tubuh yang tak sempurna mungkin sebuah nasib. Tapi, kedua orang tuanya tak tinggal diam. Mereka mencari cara tuk membuat Emilia terlihat seperti semula. Berhasil? Ya. Siapa sangka kalau perempuan seperti Emilia memiliki kerangka besi tang...