Part 13 : Lonely?

69 28 5
                                    

"Lah? Bukankah ini perusahaan papa?" pertanyaan yang tak sengaja keluar dari mulut Emilia itu membuatnya tambah penasaran dan khawatir akan kedua orang tuanya.

"Kenapa kak?" tanya Rian yang baru datang dan masuk. Tapi, Emilia diam karena sangat fokus dengan berita yang ditontonnya itu. Karena gak dijawab, Rian ikut menonton apa yang ditonton Emilia.

"Kak! Kak!" panggil Rian sembari menarik baju Emilia.

"Ya.. apa?" akhirnya Emilia beralih ke Rian.

"Kok.. serius gitu nontonnya?"

"Mmm... itu.. beritanya bikin kakak khawatir dengan orang tua kakak" jawab Emilia dengan cengengesan, niatnya gak mau buat Rian ikut khawatir soalnya Rian cowok yang peduli dan mudah bersimpati.

Dan setelah beberapa hari dari hari itu, Emilia sempat kaget karena mendapat kabar dari Gaerley kalau kedua orang tuanya meninggal karena dibunuh. Sesuai dengan berita TV waktu itu.

"Gak... mungkinn.." keringatnya keluar bercucuran, matanya berkaca-kaca, tubuhnya bergetar dan lemas, merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan Gaerley barusan. Air matanya menumpuk di kedua kelopak matanya, Emilia menahan tangisannya itu.

"Kami.. turut berduka cita.. yaa" ucap Gaerley.

"Aku juga, sabar ya kak.. kan ada Rian" Rian yang sedih itu menenangi Emilia.

"EMILIA! LOE SUKA SAMA BRYAN, KAN?!!!" pertanyaan sangar yang tiba-tiba keluar dari mulut Alice membuat yang lain kaget dan menoleh padanya.

"Loh? Gak kok, aku gak menyukainya" jawab Emilia, tangannya sibuk mengelap air mata yang berusaha keluar.

"Trus? Apa ini?" Alice yang emosian itu menunjuk Hpnya yang terdapat gambar Emilia dan Bryan sedang bertatapan, foto yang diambil Mica ketika Bryan waktu itu tak sengaja menabrak Emilia.

"Ahh.. Ehh ituu.." Emilia terpojokkan, dia kehabisan kata-kata padahal dia tak menyukai Bryan.

"HAH?!" kali ini Mae yang teriak dan membulatkan matanya, dia langsung berjalan menuju ke depan Emilia.

Plakkk..

Tamparan kuat itu mendarat di pipinya Emilia, Mae sudah marah dan gak setuju dengan hal itu.

"Jangan dekatin Bryan apapun itu! Atau... kau kuusir keluar dari rumah ini!" bentak Mae.

"B..bukan aku" Emilia menunduk.

"Dan juga ini!" ucap Alice menunjukkan video ketika Bryan menabrak Emilia. Semuanya sungguh tak percaya, Mae dan Alice sudah panas gegara bukti palsu itu.

"ARGHH!" desah Mae kesal.

"Tolong tenang! Emilia gak mungkin melakukan hal itu" Gaerley tak diam.

"Iya, bener tuh" Rian ikutan.

"Emilia memang sekelas dengan Bryan. Jika kalian semua gak percaya, lihat ini!" Alice menunjukkan semua bukti yang dikirimkan oleh sahabatnya itu. Tak percaya, kecuali Alice dan Mae.

...

Plakk..

Masih saja ditampar, Mae memang sangat tak setuju dengan Emilia yang mencintai Bryan, padahal itu palsu. Karena amarahnya sudah meluap, Mae langsung mendorong dan mengusir Emilia keluar pagar beserta semua barangnya.

"Pergilah dari rumah ini! Dan menjauhlah! Jangan pernah menginjak tanah ini lagi! Kami tak akan pernah mengurusimu, menjagamu, ataupun-"

"Sudahlah! Jangan seperti itu! Kau tak lihat apa kalau dia telah kehilangan orang yang sangat berharga baginya" Gaerley memotong pembicaraan Mae.

"POKOKNYA MENJAUH! KAMI TAK AKAN PERNAH MENERIMAMU LAGI!"

"TUNGGU DULU! KAK LIA GAK MUNGKIN MELAKUKAN HAL ITU, mungkin ada sahabat kakak yang sengaja mau menyebar fitnah yang GAK JELAS!" pekik Rian gak setuju.

"AYO MASUK!" Mae langsung manarik paksa Gaerley dan Rian. Disusul oleh Alice yang menutup pagar.

Emilia mengambil semua barang-barang yang dilempar Mae tadi, setelah itu berdiri. Nasibnya memang sangat kejam. Dia berjalan entah mau ke mana, parahnya hari sudah semakin gelap. Ia gak punya uang banyak, bagaimana dengan kuliahnya? Inilah yang menjadi pertanyaan di pikirannya itu. Lagian, semua barang yang dibawanya itu sangatlah berat. Tapi tangan kanannya itu bisa membawa barang seberat yang dia bawa.

...

"Loh? Emilia?" ucap Bryan gak sengaja melihat Emilia yang tampak kesulitan itu. Bryan sedang menunggu adiknya yang akan keluar dari ruang les beberapa menit lagi.

Dan sesempatnya itu dia memikirkan Emilia ketika mengantar Alice dengan mengenakan pakaian pelayan. Dan dia perpikir Emilia sangat imut jika mengenakan pakaian seperti itu. "Andai saja dia menjadi pelayanku, udah kupeluk tiap hari... apalagi ada kerangka tangan besi yang kerennn uehh... bagaikan superman.." gumamnya nge-fly dan senyum-senyum sendiri, kemudian dia keluar dari mobilnya itu lalu berjalan menuju Emilia yang tengah lelah membawa barangnya.

"Ayo! Cepetan!" pinta Suzanne yang sudah ada di belakang Bryan.. "kakak tadi ngehayal yaa.. ehem.. siapa tuh? Kak Alice?" imbuhnya dengan celetukan.

"BUKANN!!! JUJUR SERATUS PERSEN KAKAK GAK SUKA DIA!!"

"Loh? Teruss.. siapa?"

"Au ah!" Bryan yang malu itu langsung balik ke mobil trus tancap gas. "SIALL!!! GAGAL DAHH!! SUZZAAANNEEEE!!!!" banaknya kesel.

...

"Huhh.." dia langsung menaruh barangnya di atas kursi taman, melihat ke sekitar yang sudah menjelang malam. Entah dia mau apa, masalah tadi memang masih nyangkut di otaknya. Bryan???

"Yaudah biarin aja.. aku sudah yatim piatu sekarang, gak ada rumah, temen, ataupun keluarga. Soal Mark.. aku sudah move on.... soal masalah tadi.. Bryann?? Bodo lah! Bebas sih iya, tapi susah karena gak ada tempat tinggal dan makanan" pikirnya dalam hati.

Lampu-lampu di jalanan menyala bergantian, cuaca makin sejuk. Dan akhirnya Emilia tertidur di bangku taman.

Hingga pagi hari datang, seorang cowok yang tak asing di matanya itu membangunkannya.

"Emilia! Bangun!" pinta cowok itu sembari menepuk pelan pipi Emilia. "Kenapa kau di sini? Seharusnya kau udah di kelas" sambungnya.

Emilia yang masih guling itu akhirnya membuka matanya, mengarahkan bola matanya ke sekitar, merasa heran. Dia pun duduk.

"Huhh.. kukira kau pingsan tadi"

"Annuuu.. kau.. siapa?"

"WANJAY!!! Gak kenal? Kita ini satu k-"

"Siapa?" Emilia yang heran itu memotong pembicaraan.

"Aku... Bryann... yang pernah nabrak kamu seminggu yang lalu" tegas cowok itu greget dan cengengesan, merasa bahwa Emilia hanya bercanda.

"Jujur seratus persen aku gak mengenalmu"

"Hah? Kok?? Jadi.." Bryan membulatkan matanya, masih heran.

"Dann... ini di mana? Mama? Papa? Kok aku ada di sini?" pertanyaan-pertanyaan aneh itu keluar begitu saja dari mulutnya, dia melihat ke sekitar.

SUMMER RAIN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang