PART 1 : Pindah

6.4K 293 20
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACAINGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

"BRENGSEK!" Ibu menamparku. "BELUM SADAR YA? GARA-GARA KAMU SAYA SIAL SELAMANYA! PERGI GAK?! MENYESAL SEKALI SAYA LAHIRIN ANAK GAK BERGUNA KAYAK KAMU! KALAU SAYA TAHU, SUDAH KUBUNUH KAMU DULU!" Setelahnya dia menangis sejadi-jadinya sembari memukul lenganku secara brutal. Terus berteriak, mengatakan hal-hal buruk padaku, hingga suaranya perlahan menjadi serak.

Sementara itu, aku hanya diam menahan ketakutan dengan tubuh yang sudah terduduk lemas di atas lantai bersemen ini saat menerima perlakuannya juga cukup kebal ketika umpatan-umpatan kasarnya yang tak terhingga itu melewati indra pendengaranku.

Sebenarnya aku marah dan muak, menjadikan rasa benciku semakin lama semakin meningkat, menggerogoti tubuhku, menyuruhku menghadapi ibu dan melawannya saja. Namun, aku payah. Tidak mampu melakukan itu, karena masih ada setitik rasa kasihan mengingat dia pernah sekali memperjuangkanku untuk keluar dari rahimnya. Dalam keadaan dilema itu, alhasil,
selama ini membuatku hanya diam tak bergerak, memilih mengacuhkannya ketika dia menjadikanku media pelampiasannya saat marah karena penyakit mentalnya.

Ya, tiga tahun lalu aku mendapatkan kabar dari salah satu psikiater dari kota yang mengirim surat melalui kantor pos, bahwa ibu didiagnosa mengalami gangguan mental bernama bipolar disorder bertingkat campuran yang artinya ibu bisa merasakan tahap yang biasa disebut mania dan hiphomania dalam satu waktu sekaligus. Menurut buku yang pernah kupelajari, contoh yang pernah ibu lakukan sudah benar-benar di tingkat tinggi. Aku bisa melihatnya. Ketika cemas, sedih, dan amarah berkumpul menjadi satu sehingga membuat emosi ibu meledak dan melampiaskan hal itu padaku, hanya karena aku menolak permintaannya.

Dia lalu menoleh ke arahku dengan tatapan tajamnya.

"KAMU ITU ANAK HARAM HARUS TAHU DIRI!" Ibu berteriak. "PERGI DAN JANGAN MENYUSAHKAN ORANGTUA SAYA UNTUK MENGASUHMU LAGI. PERGI!"

Sebuah tas besar berisi pakaian, langsung melayang, menghantam kasar tepat di wajahku hingga suatu cairan berbau besi sempat tercium di bawah bibir. Aku masih diam tidak mampu melawannya meski rasa amarah terus menerus membakar tubuhku. Sejujurnya, perempuan ini sangat tidak masuk akal. Baru saja datang dari kota, bukannya berbuat hal baik malah memaksa agar mengikuti perintah aneh itu. Perintah untuk pindah sekolah di kota yang teramat jauh dari desa. Tapi siapa yang langsung mau menerimanya? Gila saja, mau menetap di rumah orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah di keluarga ini. Harusnya ibu memberikanku waktu untuk sekadar berpikir bukan malah membentakku bagai sapi perahannya. Alhasil aku tetap kekeuh dengan pendirian sendiri.

Wanita yang menderita kesulitan mengendalikan emosi itu lalu pergi, meninggalkanku yang sudah bercucuran air mata. Sama sekali tidak peduli bagaimana perasaanku saat ini, sebagai seorang yang lahir dari rahimnya. Malah tidak bersalah dan memperlakukanku seenaknya hanya karena sebuah alasan bahwa aku adalah anak haram, anak pembawa sial, yang seharusnya tidak lahir.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang