PART 19 : Keluyuran Malam

852 84 7
                                    

Aku mengerjap, mengucek kedua mata lalu melirik jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kiri.

"Sudah jam dua malam?" lirihku lalu merenggangkan badan. Tak terasa bahwa aku sudah begadang untuk menyelesaikan tugas sekolah dari sore dan baru selesai pada jam ini.

Aku menutup buku, bersiap untuk tidur. Namun terkadang kepala ini lebih nyaman untuk bersandar di kursi.

"Hah ... hari yang melelahkan," ucapku lalu mulai memejamkan mata.

Tok ... Tok ... Tok

Aku terkesiap. Siapa jam begini mengetuk pintuku? Aku mengacuhkannya karena mungkin aku salah dengar atau mungkin hantu yang iseng, tak mau berfikir lama-lama aku pun menutup mata kembali.

BRAK ...!

Aku lagi-lagi tersentak dengan mata yang membulat sempurna kemudian berdiri dengan kepala kliyengan, meminum segelas air yang ada di sampingku. Aku yakin ini adalah kelakuan hantu.

"Kamu hantu ya? Sana kembali ke asalmu. Memangnya aku takut?" aku berlari ke toilet kamar, mengambil setimba air lalu membacakannya doa ruqyah.

"Hah? Apaan? Apa lo bilang? Buka cepetan, kebo pendek!" Samar-samar aku mendengar suara itu. Suara hantu itu mengatakan aku pendek? Yang benar saja, memangnya aku sependek itukah. Hm, lihat saja setelah aku siram air kepadanya akan aku jadikan hantu penyet.

Aku membawa setimba air, cepat membuka pintu sembari memejamkan mata dan ...

BRASH ...!

Dengan mata yang masih terpejam, aku tersenyum licik. Mulutku mulai komat-kamit membacakan doa.

"Syuh! Jangan macam-macam ya sama aku. Pergi dari sini! Aku gak pernah takut sama kamu wahai hantu! Pergilah sekarang dan jangan menggangguku!" Aku tersenyum telah berhasil mengusir hantu tidak jelas itu.

Aku membuka mata, dan betapa terkejutnya aku bahwa tubuh gorilla ini berdiri dengan wajah yang sudah bergelinangan air dan menatapku dengan datar.

"Apakah salahku ya Tuhan?" lirih Aldo.

"A ... Aa ... Ahahaha. Ah, hantu Jakarta ganteng-ganteng ya ternyata." Aku mundur berniat kabur dengan menutup pintu, tapi dia sudah mencekalnya duluan.

"Apa?"

"Apa? Lo masih bisa berkata apa?" Aldo mendekatiku. "Apa yang lo udah perbuat dengan satu-satunya muka gue?"

"Lah aku kira kan hantu, kamu sih jam dua dini hari udah ngedor-ngedor pintu kan kirain Valak," ucapku, "Tapi, ehehe. Bagus kok. Muka kamu jadi glowing." Aku menatapnya.

"Glowing-glowing! Basah nih," sarkasnya.

Aku meliriknya sinis, sedetik kemudian mataku membelalak.
Ada apa ini? Seorang Aldo yang mudah tertidur bangun tengah malam?

"Kamu memang hantu kan? Kamu menyamar jadi Aldo atau ini badannya tapi kamu masukin?!"

Aldo menatapku bingung juga terkejut. Aku menggeram, memukul kepalanya sambil melompat karena tubuh itu terlalu tinggi. Aku terus memukulnya tanpa henti.

"Kenapa juga sih kamu pake badan Aldo segala! Udah tahu badannya kayak tiang listrik aku kan susah mukulnya!" Aku memegang lutut, menetralisir nafas yang sudah memburu dengan keringat yang mulai bercucuran.

Aldo mulai bereaksi. Ia tertawa, menertawakanku yang kelelahan memukulinya. Dasar hantu brengsek!

"Lo kira gue hantu?" tanya Aldo.

"Memang!"

"Dasar kaki pendek! Ngapain lo ngatain gue tiang listrik?" Aldo mendekatiku, menjitakku habis-habisan dengan kepalaku yang mengapit di ketiaknya lalu memutar-mutar tubuhku. Hantu gila!

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang