PART 45 : Kenekatan Gold Class

531 94 70
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

Aku menatap wajahnya. "Jangan coba berani menantangku lagi, selagi aku masih baik mengatakannya. Lepaskan tanganku."

Inem terdiam. Gadis itu lalu menarik tangannya secara kasar. Mendekap tangannya di dada dan tersenyum miring, wajahnya kemudian mendekat.

"Oh ya, aku mau ngasih kabar gembira buat kamu," ucap Inem.

Aku tersenyum miring. "Simpan hal itu sendiri karena aku sama sekali gak butuh," ucapku lalu membalikkan tubuh hendak berjalan.

Inem mendesis. "MBAH KAMU UDAH DIUSIR DARI KAMPUNG!" Teriak Inem. Bagai tersengat listrik, langkahku tiba-tiba saja tercekat.

Mendengar hal itu, mataku memanas. Darahku kini serasa memenuhi ruang kepalaku, hingga rasanya ingin meledak sekarang juga. Aku langsung berbalik menghadap Inem kembali, mendekat lalu memegang kerah bajunya meminta penjelasan. Tanganku gemetar, tenagaku sekejap menghilang meskipun hanya untuk menyentuh.

"Kamu bilang apa tadi?" tanyaku.

"Sampah masyarakat seperti Mbah-mu gak pantes hidup! Utangnya belum di lunasin di -" ucapannya terpotong dikala tanganku mencengkram rahangnya agar tak sesukanya berbicara.

Aku melotot. "Jangan sekali-kali menghina mereka. Mbah dan nenekku bukan orang bersalah!" Dengan mudahnya Inem menghempaskan tanganku dengan kasar. Aku akui bahwa tenaga Inem memang besar.

Melihatku yang tengah rapuh, Inem mendorong bahuku. "Eh, suka-suka aku dong! Emang bener kok, kalian itu sampah masyarakat! Kamu itu cuman beban negara!"

"Siapa yang berani ngusir Mbahku?"

Inem tertawa mengejek. "Siapa yang berani ngusir mbahku?" Ia tertawa dengan omongannya sendiri. "Wah, hebat banget. Berani? Hahaha, semua orang juga berani kali ngusir orang miskin yang udah bau tanah."

"TUTUP MULUTMU! Selama ini aku sabar, Nem. Hadapin kamu yang gak pernah nerima aku dari dulu sampai sekarang. Aku menghargai kamu sebagai anak Kepala Desa tapi kenapa kamu gak pernah ngerti? Kenapa mbah dan nenek yang kena imbasnya, KENAPA?!"

"HEH, KAMU ITU PANTAS DIGITUIN! KAMU HARUS TAHU, KALO ORANG-ORANG DESA GAK MENGINGINKAN KEHADIRAN KAMU! KAMU ITU ANAK HARAM DAN MISKIN, YANG KEBETULAN PINTER AJA!"

"LALU KAMU APA? Kamu itu cuman Anak pungutnya Pak Kades! Dia iba ngeliat kamu makanya dia adopsi kamu! Aku selama ini diam, karena kasihan karena kamu itu cuman anak pungut!"

Mata Inem membelalak. "KAMU BILANG APA TADI?! BERANINYA KAMU MENGASIHANIKU, NINDY?" teriak Inem, "Oke! Emang kamu juga siapa?! Entah siapa kamu yang udah mencoreng nama baik desa! Entah siapa kamu yang membuat Ibu kamu dituding habis-habisan di desa!"

"ITU BUKAN SALAHKU!"

"ITU SALAH KAMU DASAR ANAK HARAM!!! Ibu kamu tuh ya, bikin malu orang sekampung, entah anak siapa di dalam perut ibu kamu!"

Aku menggeleng sembari memegang dadaku yang terasa sangat perih. "Aku-bukan anak haram! Aku bukan anak haram!"

"ANAK HARAM! Udah miskin, gak punya ayah lagi! Pasti Ayah kamu itu tukang Club!" Inem tertawa keras. "ANAK HARAM! Nindy Anak Haram! Nindy gak tau siapa ayahnya! Haha, Ibunya aja tiap hari hamil udah kaya kucing!"

"AAAAAAAAAAAA! AKU GAK PERNAH MAU DILAHIRKAN SEBAGAI ANAK HARAM! TUTUP MULUTMU, BRENGSEK! KAU SAMA SEKALI TIDAK TAHU APA-APA, BAHWA AKU LAHIR DI PERNIKAHAN YANG SAH! SEKALI LAGI AKU KATAKAN AKU BUKAN ANAK HARAM!"

PLAK ...!

Aku terjatuh lemas, bersimpuh di bawah kaki Inem. Mataku sudah berair, untuk berdiri saja aku sudah tidak mampu. Bahkan tamparan Inem tidak terasa di wajahku. Baru kali ini, aku benar-benar merasakan sakit yang luar biasa ketika hinaan itu keluar dari mulutnya. Bukan, bukan karena ia mengatakan bahwa aku adalah anak haram. Namun ia menghina mereka-ayah, ibu, dan mbah serta Nenek.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang