MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***Kembali kuhembuskan napas. sebenarnya sudah kucoba untuk mengetuk pintu Aldo dengan tujuan membangunkannya dari luar. Tapi tetaplah gagal, entah mengapa tanganku terasa gemetar hanya sekadar memegang barang sekitarnya. Entahlah, tubuhku mengisyaratkan bahwa kini aku sedang dalam fase malu atas kemarin.
Baru kali ini aku menunggunya didepan pintu selama ini, berdiri tanpa kepastian untuk menunggunya keluar. Ya untuk apa lagi, hari ini kan adalah hari sekolah seperti biasa.
Aku langsung menoleh ke arah belakang ketika tiba-tiba tercium aroma permen karet dan setelah itu---mengembang di bibir? Apa yang terjadi barusan? Oh tidak, serasa jantungku ingin copot di sini. Mataku lalu beralih kearah si pelaku permen karet yang menempelkannya di bibir merah jambuku.
Aldo. Sudah kuduga dia Aldo, mencium bibirku secara tak langsung, menggunakan pembatas kembungan permen karet. Aku tersentak mundur, dengan napasku yang tersenggal-senggal dari dalam. Yang dilakukan Aldo tadi membuatku mati kutu.
"Apaan?" tanya dia sangat santai sembari mengunyah permen karetnya.
"Kamu ... Kamu!" Sungutku.
"Ya maap. Gak sengaja." Aldo menggendikkan bahunya. "Tadi, lo tungguin gue keluar ya? Tapi gue gak didalem tadi, gue abis temenin nyokap, beli nasi padang," ucap Aldo masih dengan posisi santainya.
Lagi-lagi otak dan hatiku tidak sejalan, rasanya aku ingin menampar pipinya yang sudah merebut ciuman pertamaku ini, tapi entahlah serasa tulang tanganku menghilang begitu saja.
Pipiku kembali memerah, dan tanpa basa-basi melenggang dari hadapannya begitu saja. Dan yang menyebalkan lagi, ketika dari rumah sampai sekolah, Aldo terus saja mencuri-curi perhatian padaku seperti beralasan kepalanya sakitlah, menggangguku seperti biasanya lah, dan kelakuan konyol dan aneh lainnya.
"Al, Ipul tadi minta aku ikut dia untuk nemenin adik kelas olimpiade kimia," ucapku. Kini kami sedang belajar bersama di ruangan belajar Aldo yang didesain cukup minimalis ini, sembari mengonsumsi beberapa makanan mengandung kafein.
"Terus?" tanya Aldo. Matanya sibuk berfokus pada catatan kecil fisikanya yang ia sengaja tempel di dinding. Saking kecilnya tulisan itu sehingga ia memakai kacamata bening.
"Gimana? Aku ikut gak?"
"Kenapa lo tanya gue?"
"Ya ...."
"Ya kenapa Nindy? Baru kali ini seorang Nindy Septiana minta izin ke gue dulu,"
"Yaudah, aku ikut aja!"
"Bareng siapa?"
"Banyak. Semua siswa yang masuk kompetisi bidang kimia. Tapi bedanya Arvin ikut, dia memang punya peran penting di setiap kompetisi, dan kamu tahu itu. Dia kan ket-"
"Jangan ikut."
"Kenapa?"
"Kan gue udah bilang kemarin, hati gue kosong tanpa lo."
Ah! Kata-kata itu lagi, mengapa lima kata itu membuatku ingin berteriak saja. Aku jadi berpikir bahwa Aldo, benar-benar sengaja membuatku terlihat salah tingkah seperti sekarang.
"Masa sih?" tanyaku tersenyum lalu terhenti ketika mendadak Aldo membalik ke arahku.
"Gak usah ikut ya," pinta Aldo. Suaranya pun sangat lembut. Sebenarnya ada apa sih dengan dia ini? Oh Tuhan.
"Hu'um."
Aku manggut-manggut mengerti. Pasrah pada keadaanku sekarang ini. Aku tidak memungkiri bahwa aku menyukai Aldo maka menurutku wajar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I Meet You [TAMAT]
Dla nastolatków"Gimana rasanya satu rumah bareng Most Wanted Aneh Bin nyebelin?" KARENA AKU BERTEMU KAMU, AKU MENCINTAIMU- Nindy Septiana. Sang pemeran utama dalam kisah ini. Maka biarkanlah dirimu masuk ke dunia ini, perlahan mengikuti dan merasakan bagaimana per...