PART 20 : Menunggu Sunrise

748 94 5
                                    

"LARI AL! LARI!"

Dengan secepat kilat kami memacu kedua kaki, berlari menghindar dari kejaran anjing besar berwarna hitam nan buas itu.

Menelusuri setiap lorong kompleks, memutar-mutari jalan namun anjing sialan itu tak kunjung jua untuk berhenti mengejar.

GUK ... GUK

"Al, gimana dong?" tanyaku dengan peluh yang terus menetes.

"Lari aja teros! Lo mau ditelen?!"

Kami menambah kecepatan lari kami. Mungkin jika ada orang yang melihat pasti merasa ini adalah lomba lari versi shubuh.

Berlari dan terus berlari, tak terasa aku dan Aldo sampai di suatu jalan sempit. Berniat mencari persembunyian, ternyata jalan yang kami masuki adalah gang buntu. Oh tidak! Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan?

"Ah sial! Sejak kapan coba jalan ini dibikin buntu?" Aldo menendang gang itu, lalu berkacak pinggang dengan nafas yang memburu.

"Haduh Al. Mati kita! Anjingnya mendekat!" Teriakku.

"Ngerepotin banget! Gak anjing palsu, gak anjing asli sama aja!" Aldo mendelik sinis. "Manjat Lo! Naik di bahu gue!"

"Ap-apa? Aku?" tanyaku gugup. Tidak yakin dengan permintaan Aldo.

GRRR ...
GUK ...!

"NAEK BURUAN!"

Aldo menurunkan tubuh jenjangnya, mempersiapkan bahu itu agar tidak goyah saat kunaiki.

Aku masih gugup. Entah mengapa kaki ini mulai gemetar, untuk melakukan hal seperti yang sama sekali tak pernah kubayangkan sebelumnya. Oh sungguh! Ini sangat tidak menyenangkan.

Aku menggeleng, lalu mengangguk yakin dengan mengepalkan kedua tangan kukuh. Apapun yang terjadi aku harus bisa sampai di atas tembok yang tingginya sekitar tiga meter itu.

Ya! Aku harus bisa!

"Gue hitung sampe tiga, lo udah lompat. Satu ... dua-"

"HIYAAAA!"

CREEK ...! (Bunyi patah tulang di bagian bahu Aldo)

"Yeay berhasil. Kamu memang hebat Nindy Septiana. Bagaimana kead- " aku menutup mulut saat menoleh ke Aldo." O-ow"

"Nin ... dy. Sial," ucap Aldo menahan perih di bahunya.

"Ups sorry, hehe."

Aldo perlahan berdiri, menyeimbangkan tubuhnya agar aku tidak terjatuh dan bisa sampai ke atas.

"Buruan," ucap Aldo. Aku tidak menggubris, tidak tahu cara menaikinya.

"Gimana ini? Gimana caranya? Aku takut." Aku menggigit bibir bawah, ketika hanya kepalaku yang setara dengan penghujung tembok.

"Lo jangan gerak dong, lo kira bahu gue panggung hah?"

"Tapi ini caranya gimana naiknya?"

"Dasar cewe!" Teriak Aldo. "Pake dong otak lo! Keadaan gini ae mewek Lo!"

"Maaf."

"Angkat kaki lo sampe ujung tembok,"

"Gak bisa Al."

"Bisa!"

"Enggak!"

"Belum dicoba, betina!"

Aku menghembuskan napas, semakin takut dengan apa yang disuruhkan Aldo. Perlahan air mataku menetes, dan tak sadar jatuh dan membasahi pipi Aldo."Lo ... Lo nangis?" tanya Aldo pelan. "Gue terlalu kasar apa gimana?" Aldo menggaruk kepalanya bingung.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang