PART 47 : Maaf

570 95 35
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

POV 3

Flashback : Sehari setelah kematian Audy.

Aldo berlari menelusuri rumah sakit sembari menempelkan benda pipih itu ke telinganya. Geram, cemas dan khawatir bercampur menjadi satu di kepala Aldo saat Nindy sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Apa yang dilakukan perempuan itu malam-malam begini? Tidakkah ia memikirkan perasaannya yang tengah kalut sekarang?

Padahal Anak-anak gold class lain sudah dijemput supir masing-masing. Aldo takut jika Nindy tengah frustasi atas kematian Audy karena merasa bersalah meskipun Nindy tidak memiliki campur tangan sekalipun atas kejadian ini. Ya, Aldo sudah tahu bahwa gadis itu pasti kini lebih memikirkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Apalagi Audy salah satu orang penting di hidup gadis itu.

Aldo terduduk lemas di salah satu sofa milik rumah sakit.

"DI MANA LO, NDY?" Aldo mengusap rambutnya kasar ketika ia menyadari dirinya tengah kelepasan sampai beberapa orang yang berlalu lalang sempat menoleh ke arahnya.

Ting ...!

Aldo segera mengangkat ponselnya, ia membelalak terkejut ketika GPS Nindy teracak di ponselnya. Nindy sekarang berada di SMA Bina Bakti, dengan cepat Aldo menyambar kunci motornya dan berlari hingga tidak sengaja menubruk beberapa orang.

"Cewek gue tersesat ya ampe nyampe di sekolah, ujan-ujan gini?" batin Aldo.

Karena Aldo berada di RS. Bina Bakti maka jarak yang ditempuh menuju sekolahnya tidak memakan waktu hingga lima menit. Setelah ia memarkirkan motornya, Aldo berlari memasuki sekolah, ia menelpon Nindy, tetapi lagi-lagi tidak diangkat.

Hingga langkah Aldo berhenti ketika melihat seorang gadis yang tengah dicarinya kini tengah duduk dengan pakaian yang basah. Nindy gemetaran, wajahnya pucat, ia terlihat mempunyai banyak beban di pikirannya saat ini.

"Lo darimana aja sih?! Puas lo bikin gue khawatir sama lo, hah? Lo ngapain ada di sini malem-malem?! Untung GPS lo nyala!" Aldo berjalan cepat menuju Nindy, membuat gadis itu mendongak menatapnya. Aldo tidak marah, ia hanya terlalu khawatir dengan Nindy.

"Aldo, aku gak bisa jalan lagi," ucap Nindy. Aldo terkejut melihat kilat marah dan kecewa bercampur dalam matanya. Sebenarnya apa yang dilakukan gadis ini?

Hingga beberapa kalimat aneh yang dilayangkan Nindy membuat Aldo tidak bisa mencernanya dengan baik. Oke, cowok itu mengerti bahwa Nindy hanyalah frustasi. Ia tidak ingin bertanya lagi mengapa Nindy bisa sampai ke sekolah.

"Iya kita pulang sekarang, oke?" Aldo mengusap pelan air mata Nindy. "Udah jangan nangis lagi, gue sayang sama lo."

Aldo menjilati bibirnya yang terasa kering. Cowok itu sebenarnya ingin mencium pipi gadis itu untuk sekadar menenangkannya. Namun, yang ia lakukan hanyalah menarik gadis itu ke pelukannya. Tidak sampai lima detik, Aldo segera menarik lengan Nindy dan membawanya kembali pulang sebelum ia sakit karena basah-basahan.

Semalaman Aldo terjaga memikirkan kematian Audy. Tidak terpungkiri meskipun gadis periang itu selalu mengganggu ketenangannya, tetapi Aldo benar-benar merasa kehilangan atas gadis itu. Setelah Cyael, lalu Audy. Aldo tidak ingin jika gadis polos yang ia cintai juga akan mengalami hal yang sama. Sungguh demi apapun Aldo akan gila jika Nindy melakukannya. Itulah sebabnya, Aldo sering mengajak Nindy bahkan membawanya bolos bersama, setidaknya untuk menghibur gadis itu. Namun ketika ia mendengar berita bahwa Nindy mendapat kekerasan fisik dan mental di Singapura, separuh jiwa Aldo terasa rapuh saat itu.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang