Seketika semua berhenti. Yang tadinya suara ramai dengan pergerakan barbar para orang tua murid kini digantikan dengan suasana hening dengan mata yang mengarah pada sesosok pria paruh baya dengan penampilan berwibawa tengah berdiri dengan sorot murka.
Siapa lagi jika bukan sang Kepala sekolah dengan antek-anteknya di belakang.
"Maaf atas kelancangan kami Pak. Tapi kami sebagai wali murid yang bertanggung jawab meminta dengan hormat untuk ditutupnya kelas elit di SMA BINA BAKTI." Pria paruh baya yang tingginya hanya sampai dada Aldo berkata dengan tajam.
"Ya betul. Alangkah baiknya jika semua murid disamaratakan saja, dan tidak ada yang dispesialkan. Dengan begitu kami semua ingin gold class ditiadakan."
"Betul."
"Betul."
"Betul."Kepala sekolah menghela napas panjang. Terlihat tidak ada rasa terancam di mimik wajahnya. Ia terlihat biasa saja.
"Bagaimana bisa seperti itu, Pak, Bu? Apapun yang terjadi, kelas emas kami akan tetap menjadi kelas elit. Mari kita bicarakan di ruang rapat saja," ajaknya dengan tenang.
"ALAH! GAK USAH! KITA SELESAIKAN DI SINI SAJA! KALIAN BENAR-BENAR TIDAK INGIN MENUTUP KELAS INI? KALIAN GAK TAHU APA, KALAU KELAS INI PEMBAWA SIAL, PENGACAU."
"Bapak yang terhormat. Tolong jaga lisan anda jika tidak ingin saya bawa ke ranah hukum. Saya masih menghargai Anda sebagai wali murid." Ekspresi Kepala sekolah masih setenang tadi.
"Maaf untuk hal itu. Tapi saya rasa itu memang benar. Apalagi yang saya dengar, perlakuan tidak adil terhadap murid elit dengan murid biasa lainnya."
"Karena kelas ini, anak perempuan kami, bahkan istri kami pun tergila-gila dengan mereka!" Teriak salah satunya." Kalau bapak guru tidak menutup kelas ini, anak kami akan kami pindahkan!"
"Betul!"
"Betul!"Para orang tua murid mengacungkan tangan ke atas, saling membuka suara agar keinginan mereka terpenuhi. Namun Pak kepala sekolah hanya tertawa dengan khas berwibawa.
"Pindahkan? Ini lawakan atau apa? Hahaha .... " Pak kepala sekolah tertawa. "Coba bapak dan ibu semua ingat-ingat lagi bagaimana perjuangan anda memasukkan anak anda ke SMA terunggul ini, hm? Apa kalian bercanda? Hahaha."
"Silahkan, silahkan. Saya malah bersyukur Siswa SMA Bina Bakti berkurang, agar gold class bisa lebih tenang saat belajar," tuturnya.
Mereka saling menatap, entah bagaimana tanggapan mereka dengan pernyataan Kepala sekolah yang tidak merasa terancam sama sekali.
"Mengapa sekolah ini membeda-bedakan murid sih?" tanya salah satu dari mereka.
"Membeda-bedakan anda bilang? Apakah itu alasan kedatangan anda semua kemari karena merasa tidak adil?"
"Saya rasa mata anda membaca dengan baik isi dokumen bahwa ada yang namanya gold classyang diberikan sekolah sebelum anda memasukkan anak anda ke Bina Bakti school."
"Karena murid elit kami dipersiapkan untuk menjadi calon pemimpin bangsa!" Kepala sekolah melotot, memperlihatkan wajah sangarnya kepada orang tua murid.
"Lalu, anak kami? Masa mau dijadikan pengembala sapi!"
"Bapak-bapak, sekali lagi saya tegaskan ya. Dari dulu SMA Bina Bakti memiliki kualitas di atas rata-rata itu karena kami memprioritaskan gold class. Dan itu pastinya juga berimbas ke anak-anak anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I Meet You [TAMAT]
Teen Fiction"Gimana rasanya satu rumah bareng Most Wanted Aneh Bin nyebelin?" KARENA AKU BERTEMU KAMU, AKU MENCINTAIMU- Nindy Septiana. Sang pemeran utama dalam kisah ini. Maka biarkanlah dirimu masuk ke dunia ini, perlahan mengikuti dan merasakan bagaimana per...