MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***Aku meminum segelas susu buatan Bi Aurora, yang sengaja di letakkan di atas meja belajarku. Mereka kini sangat peduli, karena tahu olimpiade tingkat internasional akan segera diadakan maka dari itu orang rumah turut membantu aku dan Aldo juga agar kegiatan belajarku semakin optimal meskipun aku tidak pernah meminta mereka.
Dengan penuh konsentrasi aku kembali membuka halaman buku tebal di mejaku. Kembali membaca dan membaca hingga tidak sadar pukul sudah menunjukkan jam 03.00 malam. Itu berarti dalam seharian aku tidak henti-hentinya belajar.
"Ah...." Kujauhkan buku itu ketika setetes darah perlahan merembes turun dari hidungku, secepatnya kututupi menggunakan tisu. Ini adalah hal wajar, jika aku dihinggapi rasa stres, dan aku tidak terlalu kaget akan itu.
Dalam pikiranku, aku harus tetap melanjutkan pelajaran ini. Mengingat beruntungnya aku jika menang di olimpiade itu. Mendapat penghargaan tertinggi, dan hadiahnya bisa membuat Mbah berhenti bekerja seumur hidupnya. Aku harus bisa, agar kelak menjadi anak berguna dan membuktikan bahwa aku bukan pembawa sial seperti orang-orang desa bilang.
Keesokan harinya ...
Ini adalah hari yang menjadi rutinitas kami lagi sebagai pelajar. Kantung mataku terlihat menebal dan menghitam akibat begadang semalaman, namun entah kenapa aku tidak merasa ngantuk, karena merasa takut dengan pikiran yang terus berpusat pada arah olimpiade yang kian mendekat ini.
Kini, aku sedang berdiri di balkon kamar sembari mendongakkan kepala. Sepertinya langit tidak bersahabat kali ini, terlihat tak cerah seperti kemarin. Awan datang bergemuruh berwarna hitam kelap diiringi angin yang terasa sejuk, namun belum juga meneteskan isinya.
Aku segera bergegas keluar kamar, cepat-cepat menuruni tangga untuk bertemu Aldo, agar secepatnya ke sekolah tanpa air hujan membasahi tubuh. Sungguh, merepotkan sekali jika membayangkannya.
Saat sampai di lantai depan, pandanganku kosong. Tidak menunjukkan adanya Aldo di sekitaran sini. Aldo dimana? Apakah dia belum bangun? Entah dimana dia berada, mataku kini berkeliaran di sekitaran halaman mencari batang hidungnya yang tak kunjung terlihat.
Sedikit panik, bukan karena Aldo yang menghilang, tapi takut hujan akan turun duluan sebelum kami sampai di tempat tujuan.
"Woy!" Seseorang menepuk pundakku."Jangan bengong, ini mendung. Lo mau kehujanan?" ternyata Aldo. Cowok itu beralih menggenggam telapak tanganku yang semakin mendingin.
Jantungku kembali memompa dengan hebat, entah mengapa setiap hari bergandengan tangan dengan berstatus pacar kontrak, ada rasa campur aduk di dalamnya membuatku ingin mengumpat saja.
"Aldo! Bisa ngebut sedikit enggak?" tanyaku dengan berteriak. Kami sedang berada di atas motor.
"Emang, ada apa sih?"
"Aku nggak mau kehujanan, nanti basah, jadi repot."
"Yaudah, kita basah-basahan!"
"Aldo! Angin nya nambah kenceng, nih! Aku takut, kayaknya ada hujan deras!"
"Emang bakal hujan deras kok! Tenang aja! Lo pegangan," ucap Aldo. Ia menancap gas motornya lebih cepat.
Namun terlambat, guyuran air dari langit merembes turun. Mau menambah kecepatannya sudah sia-sia. Pakaian kami sudah basah karenanya. Untung tas kami sudah dilapisi pengaman agar buku tak ikut menjadi basah.
Aldo terus saja mengemudi dengan kecepatan penuh, sehingga tanganku semakin erat melingkar ke tubuh Aldo.
"Kamu sih, gak daritadi! Tuh 'kan, udah hujan. Ini udah basah, kita ke sekolah gitu? Kalo tau kaya gini mending aku minta tolong sama mas Supir aja!" Teriakku sebal. Hal ini membuatku uring-uringan karena kejadian yang menimpa kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I Meet You [TAMAT]
Teen Fiction"Gimana rasanya satu rumah bareng Most Wanted Aneh Bin nyebelin?" KARENA AKU BERTEMU KAMU, AKU MENCINTAIMU- Nindy Septiana. Sang pemeran utama dalam kisah ini. Maka biarkanlah dirimu masuk ke dunia ini, perlahan mengikuti dan merasakan bagaimana per...