PART 43 : Hari Yang Buruk

473 69 13
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

Sejak kejadian hari itu, entah mengapa Aldo lebih menutup diri dariku, selalu saja diam saat di hadapanku dan terus saja memasang wajah dingin. Di saat tahu aku sudah sembuh dan berencana pergi ke sekolah pun, Aldo memilih untuk pergi lebih awal karena menghindariku. Sedih rasanya. Tidak kupungkiri saat ini aku sangat rindu dengan sosok Aldo yang menyebalkan dan aneh itu.

Bagaimana tidak rindu? Kami sama sekali tidak pernah berkomunikasi selama seminggu. Ya, tidak pernah. Meskipun hanya sekadar mengucapkan kata sapaan. Seolah aku dan Aldo bagai orang yang tidak pernah mengenal. Bukannya aku gengsi untuk memulai percakapan, hanya saja karena selama itu aku juga sakit, kegiatanku hanya berada di dalam kamar karena Budhe sangat-sangat overprotektif padaku. Melarangku untuk ini dan itu lah. Namun aku mengerti bahwa Budhe seperti itu karena perhatian dan menginginkan kesembuhanku.

Alhasil saat ke sekolah, aku diantar oleh supir bersama Inem yang sangat menjengkelkan menggunakan mobil. Namun ketika sudah sampai di sekolah, aku dibuat terkejut ketika  teman-temanku menyambutku di depan gerbang. Ya, mereka, Nana, Ovile, Rosa, Stella, dan Vanessa. Membuat Inem yang hendak menjahiliku mendapat pelototan mata dari mereka berlima.

"Awas aja ya, lo! Nindy dalam masa pemulihan tahu gak?!" Itu suara Ovile. Ia berkacak pinggang di hadapan Inem.

Inem yang baru turun, memasang wajah jijik. "Heh, emangnya—"

"Diem lo!" Pungkas Rosa. Ia lalu berjalan melewati Inem yang diikuti oleh kami dari belakang. Aku menggeleng, ketika Vanessa dan Stella mengibaskan rambutnya ke wajah Inem. Sengaja memancing kemarahan gadis itu.

Saat kami mulai memasuki koridor sekolah, tiada siapapun yang bisa mengalihkan pandangannya pada kami. Wajar, mereka baru melihat sekelompok anak gold class berjalan bersama-sama diiringi tawa seperti ini. Kamera ponsel yang membidik pun tak terlupakan oleh mereka.

Berharap ketika sudah sampai di kelas aku bisa bertemu dengan Aldo, namun nihil. Tak ada tanda-tanda penampakan Aldo di penjuru ruangan. Secepatnya aku meletakkan tas di atas meja lalu menghampiri Ovile yang tengah merapikan buku-bukunya. Mungkin Ovile mengetahui keberadaan cowok itu mengingat ia adalah teman se-grup Fisikanya.

"Vile."

Gadis itu tersenyum. "Ya?"

"Kamu lihat Aldo gak?"

"Aldo?" Ovile nampak berpikir. "Oh, paling dia ke ruang physics room. Semua anak Fisika dari gold class ada jadwal hari ini buat jadi pemateri di sana. Sibuk banget, Nin. Soalnya yang dateng anak-anak dari Universitas. Ini juga aku mau ke sana sekarang. Kamu mau bilang apa ke Aldo? Biar aku yang nyampein ya?"

"Oh, dia punya tugas." Aku menggeleng lalu tersenyum. "Enggak kok. Ya udah, sana cepetan. Semangat ya Ovile," ucapku yang dibalas anggukan olehnya.

Baru saja hendak melangkah, Ovile lagi-lagi membuka suara. "Kamu serius? Soalnya waktunya agak lama. Kita aja gak ikut dua kelas sekarang. Kamu yakin gak kangen?" tanya Ovile.

"Lama ya?" Aku menghembuskan napas panjang. "Ya udah gak papa. Mau gimana lagi kan? Gak mungkin aku ujuk-ujuk kesana terus ganggu acara kalian. Nanti aku samperin kalo udah jam istirahat deh," ucapku. Ovile manggut-manggut pelan.

"Oke. Eh ...." Ovile lagi-lagi berhenti melangkah. "Btw, makasih ya kamu udah minjemin catatan kimia kamu. Kalau bukan gara-gara catatan kamu, nilai aku gak mungkin sampai ngalahin nilai Arvin."

Sejenak aku terperangah. "Woah ... hebat. Selamat ya," ucapku.

"Hmm ... nanti pas waktu istirahat tunggu aku ya. Kamu gak sibuk kan? Aku mau traktir kamu minum soalnya. Plis, jangan nolak."

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang