PART 15 : Perubahan Nindy

986 133 9
                                    

"Gimana kalo kita pacaran kontrak?"

"Apa? Maksudnya gimana?"

Aldo menghela nafas pasrah. "Emang perlu dijelasin kayak mapel PKN ye?" aku mengangguk serius, mencoba lebih memahami perkataannya barusan.

"Lo dan gue itu membuat suatu ikatan yang anak muda katakan pacaran, ikatan antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang belum menikah. Tapi berhubung kita gak selevel dan tentu gue terlalu baik untuk mengasihani Elo, gue bantuin dengan caraaaa... Jeng! Jeng!" Aldo yang berbicara begitu cepat, hanya membuatku melongo, tapi meskipun begitu aku tetap bisa memahaminya. Cowok itu lalu melebarkan tangannya. "PACARAN KONTRAK!"

"Pacaran pura-pura maksudnya?"

"Ya kurang lebih begitu." Aldo mengangguk lalu menyeret bukunya, menulis sesuatu di dalam kertas.

"Ah, aku enggak mau! Emangnya rumah mau dikontrak?"

"No way. Lo harus tetep tanda tangan. Materai menyusul, cepet!" Aldo menyodorkanku bukunya dengan kasar. Mengetuk-ngetuk lututnya untuk menungguku.         

"apaan sih ini, Al? Aku bilang gak mau ya gak mau," ucapku dengan nada geram, alhasil mendapat jitakan pelan di kepala

"Batu banget ye pala lo. Mau digangguin terus sama mereka."

"Pokoknya gak mau pacaran kontrak!" Ketusku memeluk tangan didada. Bersikeras untuk menolak permintaan anehnya.

"Gak mau? Jadi lo mau pacaran beneran gitu? Eh Nindy Septiana langganan lumpia, lo bukan tipe gue dari sudut manapun! Jangan Ngarep Lo," ketus Aldo melotot

"Hiss! Memangnya aku mau pacaran sama kamu? Kalo aku bukan tipe kamu, memangnya kamu tipe aku begitu? Aku gak pernah mengharap tuh jadi gitu-gituan kamu," ucapku tak kalah ketus. Sedetik kemudian aku berdiri, bukan aku kesal dengan Aldo namun wajahku yang mulai menggatal. Anak-anak itu! Aku yakin lipstik yang mereka coret sudah kadaluarsa.

"Ngapain lo berdiri?"

"Wajahku mulai gatal nih. Aku gak bisa garuk soalnya takut iritasi," ucapku dengan nada rendah.

"Lo harus jadi pacar gue kalo gitu. Tenang aja, pacaran itu cuman status didepan orang-orang, dan kita cuman ngenunjukkin itu kalo kita lagi keluar kelas. Dan kontrak ini berlaku sampai lo atau gue udah terbebas dari cengkeraman mereka. Just it kok,"

"Kamu coba provokasi aku?"

"Gue serius nih. Eh, mending sekarang muka lo mirip boneka Annabelle yang kecebur di got! Besok-besok gimana Nindy? Gue harus masuk UGD setiap kali gue lihat muka lo yang celemotan?" Terlihat dari matanya, Aldo memang serius. Tapi jika aku menerimanya apakah sesuai dengan yang diharapkan atau malah sebaliknya?

Berpikir dan terus berpikir. Mungkin mencoba lebih baik, tidak ada salahnya dan tentu kita harus mencoba itu agar mengetahui hasilnya.

"Benar juga ya, tapi 'kan..." aku menggantung perkataanku.

"Tapi apa?" tanya Aldo dengan tidak sabar.

"Tapi, hmm..."
"Gimana ya, tapi.... "
"Ar, tapi..."
"Uh, Tapi 'kan..."

"TAPI APA NINDY?!!" Teriak Aldo tepat depan wajahku. Dengan sontak aku menjawab,
"TAPI KALO ARVIN NGEJAUHIN AKU GIMANA?!!"

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang