PART 16 : Nindy, Is That You?

953 116 17
                                    

Menjelang siang, kami segera pulang setelah semua keperluan diselesaikan. Sebelumnya, aku dan Budhe menyempatkan diri untuk berbelanja di Mall, dan tentu membutuhkan waktu yang tidak sedikit ketika menyesuaikan barang itu di tubuh kami.

Setelah selesai bersalon, aku sedikit tak nyaman dengan penampilan baruku. Bibirku yang mungil ini setelah diberi lipstick terasa berat seperti ingin jatuh, dan mataku terasa membesar saat memakai maskara.

Jika bukan karena Budhe yang memaksaku semalam, aku tak akan pernah mau membiarkan kulitku disentuh oleh make up.

Mobil yang dikendarai oleh salah satu supir, berhenti ketika kami sampai dengan selamat di depan rumah.

"Aldo, mama pulang," teriak Budhe, matanya berkeliaran ke sudut-sudut ruangan.

"Itu di sana Budhe." Aku menunjuk ke arah sofa ruang tamu saat melihat Aldo tengah duduk sambil menyilangkan kedua kakinya bersama Om. Mereka rupanya melakukan meditasi.

"Aldo! Papa! Lihat deh, penampilan Nindy sekarang." Om membuka mata, lalu memasang wajah menilai.

"Cantik kamu, Nin. Abis bersalon ya? Wah saya kagum banget, kalah sama ceweknya Aldo." Om menunjukkan kedua jempolnya lalu menyengir lebar.

"Suka banget nyebut nama gue." Aldo membuka satu matanya melirik Om secara sekilas lalu memejamkan mata itu kembali.

"Terimakasih Om." Aku tersenyum tipis, lalu hendak beranjak ke tempat itu namun ditahan oleh Budhe.

"Woy, Al! Gak mau liat bidadari kamu, Nindy udah lebih cantik sekarang," ucap Om cengar-cengir.

"Paan sih? Emang dia abis ngapain jadi cantik? Makan daun sirih?" Aldo menghela nafas pelan, lalu membuka mata menatapku dengan tatapan lurus.

"Gimana? Gimana? Hm?" Budhe antusias lagi melihat Aldo yang tengah melamun.

"Alah, lebay banget. Orang udah kayak biasanya," jawab Aldo dengan santai.

"Alah, paling kamu gengsi ngakuin Nindy. Iya 'kan?" kata Om lalu melempar handuk kecil ke arah Aldo.

"Lho, lho. Gimana kayak biasanya? Mata kamu sehat wal'afiat kan? Sering main game nih jadinya gak bisa liat perubahan Nindy." Budhe menyenggol lengan Aldo.

Semakin digoda oleh orangtuanya, bermula dari wajah datar lama-kelamaan Aldo tersenyum, terkekeh menyaksikan kedua orangtuanya yang bertingkah konyol."Jadi gimana menurut kamu?" tanya Om

"Iya cantik."

"Ah masa? Coba nyanyi dulu."

"No!"

"Nyanyi dulu. Yee, malu ya sama Nindy? Ahaha."

"Widih. Sok Tahu amat Pa."

"Ayolah nyanyi anaknya Papa yang terdebes. Ayooo."

"Emang gue harus nyanyi apa?"

"Itu lho Al, pas kita karaokean itu lho.

"Oh." Kata Aldo berdiri sembari memasang kuda-kuda.

LIRIKAN MATAMU...
Aldo berjoget dangdut, matanya berkedip ke arahku. Membuat seisi rumah tertawa melihatnya kecuali aku.

MENARIK HATI...
Cowok itu kemudian memegang dadanya, seolah ingin menarik hati dalam tubuhnya.

OH SENYUMANMU...
Ia lalu menutup matanya berjoget Bang jali.
MANIS SEKALI...

ASEK-ASEK JOSSSS!!!
Teriak para asisten rumah tangga yang tengah berdiri menyaksikan anak majikannya yang tengah menahan malu.

Om juga mengambil ancang-ancang, mengikuti alur lagu dan berjoget dengan ria, berjoget dengan semangat bahkan melompat-lompat. Para security yang terkejut mendengar suara ribut dalam rumah juga masuk. Mereka langsung berjoget bersama para asisten rumah tangga.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang