PART 4 : Hari Pertama Di Jakarta

1.5K 158 12
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACAINGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

Laki-laki itu masih mempertahankan ekpresi terkejutnya. Dia lalu menoleh ke orangtuanya dengan tatapan yang mengisyaratkan bahwa dia tidak setuju dengan keputusan budhe untuk membiarkanku tinggal sekaligus bersekolah di sini sampai kami lulus tahun depan.

Aldo berkacak pinggang.

"Gak bisa, gak bisa. Emang dia siapa coba, keluarga kita? Aldo gak pernah ingat punya sepupu yang punya kaki pendek begini. Jadi bukan 'kan? Terus, mau hidup di sini? Sampai tahun depan? Gak salah apa? Gimana kalo dia orang jahat coba? Sekarang banyak kejahatan yang terselubung, kita musti hati-hati."

Mendengar lontaran protes yang lancar keluar dari mulut Aldo, membuat mamanya berdecak. Beliau dengan sengaja memukul pelan lengan berotot anaknya lalu merangkum kedua pipi Aldo untuk memposisikan wajahnya menghadap ke arahku.

"Lihat itu, lihat. Kamu lihat Nindy ada muka-muka orang jahat? Gak 'kan?" tanya budhe, memerhatikan wajahku yang mungkin terlihat sangat kucel ini. "Pokoknya gak ada bantahan-bantahan lagi, kamu harus menerima kenyataan kalo Nindy bakal tinggal di sini. Kamu emang gak seneng apa dapet teman baru?"


Aldo mengangguk keras.

"Iya, gak seneng! Apalagi cewek! Nanti keganggu tidurku, Ma!"

"Kenapa bisa terganggu?"

Aldo mencebik kesal. "Makhluk bernama cewek itu adalah makhluk yang jahat, yang gak pernah biarin Aldo hidup tenang dan tenteram." Aldo menoleh ke mamanya. "Terus, mama dan papa biarin cewek yang entah dari mana asal usulnya macam dia, tinggal di sini? Kalian mengorbankan anak kalian?! Darah daging kalian sendiri?!"

Aku melirik ke Om Handoko yang nampak menggaruk kepalanya kebingungan sama sepertiku. Dia lalu merangkul anaknya.

"Ikut papa, yuk." Om Handoko tertawa. "Beli cimol di depan." Dia menarik Aldo.

Aldo memberontak.
"Mana ada cimol pagi-pagi, Pa?"

"Sudah, ikut saja."

Om Handoko akhirnya berhasil memaksa Aldo yang sangat berat hati itu untuk ikut turun ke bawah dengannya, menyisakan keheningan antara aku dan budhe.

Wanita itu lalu berdehem pelan lalu tertawa kecil. "Maafkan anak budhe, ya Nindy. Aldo anaknya memang seperti itu. Dia bukannya tidak suka dengan kamu. Am ... entahlah, mungkin dia punya penyakit jiwa."

"Tidak apa-apa, Budhe. Nindy memaklumkannya. Aldo betul, Nindy bukan siapa-siapa di keluarga ini. Jadi wajar kalau Aldo sempat kaget."

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang