Aldo memutar bola matanya ke atas, ke arahku. Karena tanganku yang tak sanggup menggapainya, Aku naik ke sofa lalu menutup mulutnya.
Aku mengerjap beberapa kali lalu segera kusingkirkan tanganku menjauh darinya.
"Mma... maaf." Aku menunduk, bulu kudukku seketika meremang.
Aku masih menunduk, tak mampu mendongak ke arahnya. Apa yang harus kulakukan?
"Lo itu ...," aku menggigit bibir bawahku, mendengar suaranya yang lirih.
"KAK ALDOO!!" Seketika kami terperanjat kaget. Bukan satu orang yang berteriak nama itu, mungkin hampir satu sekolah.
Kudengar suara ribut di luar kelas yang membuatku sport jantung. Apa itu? Mengapa diluar orang berteriak-teriak tidak jelas, sembari memanggil nama-nama murid di dalam kelas ini? Layaknya ada sebuah pertunjukan diluar.
Aldo melirik sekilas ke arahku dengan mata elangnya, lalu keluar kelas.
Untung saja.
Satu persatu, murid di sini melangkahkan kakinya menuju keluar setelah beberapa kali mereka di soraki dari luar.
Menghela nafas, aku turun dari sofa lalu mengusap-ngusap rok setengah pahaku. Jujur, aku tidak menyukai rok ini yang menurutku terlalu pendek. Namun apa daya, tidak mungkin aku menolak Budhe.
Aku berjalan keluar dari kelas penasaran apa yang sedang terjadi.
Aku membelalakkan mata.
Kerumunan murid mengumpul membuat lingkaran entah apa yang mereka lakukan.
Kufokuskan penglihatanku,
Hah? Bagaimana mungkin? Segitu famousnya kah kelas ini?
Seluruh murid kelasku, sedang berfoto selfie dengan murid-murid di sini.
Tentu saja aku kagum, sangat kagum. Mereka keluar untuk menjumpai penggemar mereka ternyata. Benar perkiraanku.
Tapi mengapa hanya kelasku saja? Apakah tak ada kelas lain yang mempunyai penggemar?
Aku teringat kembali kata-kata Bu Indri.
Mereka itu Siswa-Siswa Elit yang kaya, pintar, dan menguasai sekolah dan bisa dibilang kelas Gold Class adalah kelas populer yang didambakan oleh semua orang.
Kira-kira itulah salah satu perkataannya.
Kutatap mereka satu persatu di ambang pintu kelas dengan senyuman kagum, lalu tatapanku berhenti tepat di area Aldo yang sedang berfoto dengan wajah masamnya itu.
Datar.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, seketika mataku bertemu dengan seseorang. Aku meneguk salivaku susah payah, cowok semburan ada di hadapanku!
Tubuhku seketika kaku.
"Kamu ngapain di sini?"
Aku termangu, dia tidak marah? atau mungkin lupa kejadian tadi?
"Me-memang ada apa?" aku bertanya. Bibirku rasanya kelu mengatakan itu.
"Astaga. murid baru rupanya." Ia tersenyum, senyuman yang membuatku mampu mati rasa.
"Cepat sembunyi, atau mereka mendekati kamu" Katanya.
"Tapi kan... "
"Ayo cepat!" Ucapnya tatkala menarik lengan mungilku.
Sungguh! Apakah ini mimpi? Aku ditarik oleh cowok yang tampannya sudah tidak bisa dideskripsikan. Oke, berlebihan.
Dia berlari membawaku ke suatu lorong yang sepi, dan memasuki ruangan perpustakaan yang tulisannya tertera khusus Gold Class.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I Meet You [TAMAT]
Teen Fiction"Gimana rasanya satu rumah bareng Most Wanted Aneh Bin nyebelin?" KARENA AKU BERTEMU KAMU, AKU MENCINTAIMU- Nindy Septiana. Sang pemeran utama dalam kisah ini. Maka biarkanlah dirimu masuk ke dunia ini, perlahan mengikuti dan merasakan bagaimana per...