PART 17 : Menjadi Murid Gold Class

899 100 5
                                    

Kalian tahu? Seperti biasa sebelum pelajaran dimulai, setiap pagi aku harus mengoreksi meja dan memakan coklat dari kolong meja Aldo. Cowok itu sangat tidak menyukai makanan terlalu manis, hingga dengan sukacita aku menggantikannya untuk melahap. Menghela nafas pelan, aku menatap bekas gigitanku pada benda cokelat itu. Jika dipikir-pikir, para penggemar Aldo kasihan juga.

Jam pertama kembali dilaksanakan. Para murid di kelasku nampak begitu fokus menyimak penjelasan dari guru sesekali mencatat hal-hal penting yang keluar dari mulutnya. Demi nilai mereka siap melakukan apapun.

Itu karena ambisi besar yang tertanam kuat di jiwa mereka demi mewujudkan cita-cita, juga mengharumkan nama orangtua.

Tatapan kami hanya terpaku ke papan tulis, mencoba memahami tulisan-tulisan ilmiah berbahasa inggris.

Inilah keseharianku menjadi murid Gold Class. Dengan keadaan yang memaksa untuk terus belajar tanpa lelah. Memaksa kami agar selalu terlihat sempurna di mata publik.

Nilai kami dipertaruhkan untuk menjadi murid gold class yang tentu amat sangat penting bagaikan sebuah jembatan sempit yang jika goyah maka akan jatuh dan tidak akan bisa kembali.

Ya, kami bertekad untuk mendapat nilai sempurna itu agar tidak dikeluarkan dari kelas ini dan digantikan oleh murid lainnya, dan akhirnya masa depan tidak sesuai ekspektasi dahulu.

Kami benar-benar berusaha terlihat sempurna sehingga sebagian dari kami lupa bahkan tidak tahu hal-hal kecil pada sekitarnya. Bersosialisasi dengan baik, itu salah satu kendala terbesar kami saat menjadi anak gold class.

Syukurlah, di kelasku tidak ada yang berkarakter membully, hanya saja kelas ini sangat sepi seperti di isi oleh mayat-mayat hidup.

Kapan kami berisik? Kelas ini akan berisik pada waktunya secara natural, yaitu pada saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya, maka semua murid yang semula mengunci rapat bibirnya seketika berbondong-bondong mengajukan pertanyaan.

TRING ... TRING

Jam pertama telah selesai, silahkan istirahat selama satu jam dan kembali bersiap untuk pelajaran selanjutnya.

The first hour has finished, please rest for an hour and get back to preparing for the next lesson.

Suara bel berbunyi terdengar begitu lantang menandakan bahwa jam istirahat telah dimulai membuat tiga spidol berwarna berbeda milik Pak Guru kembali ke tempatnya.

"Well. I think you all understand, and I hope you can enjoy this lesson. Spirit and unyielding, (Baik. Saya rasa kalian semua mengerti, dan saya harap kalian bisa menikmati pelajaran ini. Semangat dan pantang menyerah)," ucap Guru Biologi bernama Charles, seorang pengajar terpercaya berasal dari Finlandia. Di dalam profilnya menyatakan bahwa Ia salah satu lulusan terbaik di universitas negara itu.

"Sir, please teach us one more time. My question has not been answered, (Pak tolong ajarkan kami sekali lagi. Pertanyaan saya belum dijawab)," ucap salah satu murid bernama Zeeta.

"I'm not satisfied with your answer. Can you clarify again, sir? (Saya merasa tidak puas dengan jawaban anda. Bolehkah anda memperjelas lagi pak?)" tanya Audy memohon.

"Sir, please answer. As you explained about the disease, how did it happen when macrophages and neutrophils produced excess molecules to damage foreign antigens in the body? (Pak mohon jawabannya. Seperti penjelasan Bapak mengenai penyakit tadi, bagaimana jadinya ketika Makrofag dan neutrofil memproduksi molekul berlebih untuk merusak antigen asing dalam tubuh)? ucap Frans.

"The time is over, you can look for books in the library or- (Waktunya sudah selesai, kalian bisa mencari buku di perpustakaan atau-)"

"What molecule? If you ask you have to be specific again to be answered. (Molekul apa? Jika bertanya harus spesifik lagi agar bisa dijawab)" Nana mendelik sinis, menatap Frans.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang