PART 49 : Awal Baru

560 89 33
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

Empat kaleng soda berwarna hijau Arvin letakkan di atas meja. Lalu disusul beberapa jajanan khas Denmark yang dibawa Salsa ketika pulang ke Indonesia. Karena rumah mbah dan nenek agak sempit, kami memilih duduk menyila di atas lantai sembari bercakap ria.

Aku sesekali tersenyum memerhatikan raut wajah Salsa yang sangat senang menceritakan kehidupan sekolahnya pada kami malam ini.

Aku menoleh ke Arvin yang hanya diam sembari meminum sodanya.

"Kamu pasti gak nyaman, ya? Maaf rumahnya panas." Arvin langsung menoleh ke arahku. "Kalian yakin bakal tidur di sini? Gak nyewa penginapan aja gitu? Aku khawatir kalian gak nyaman. Kamarnya bahkan gak sebesar toilet rumah Aldo di Jakarta."

Salsa tersenyum. "Arvin gampang beradaptasi, Nin. Kamu tenang aja sama kita. Tapi Aldo, mungkin gak biasa." Salsa melirik Aldo yang tengah menatap kami sembari menempelkan dagunya ke tangan.

"Apaan?" tanya Aldo. Ia menaikkan dagunya ke arahku, dengan tatapan bertanya. Dia asik memasukkan kacang ke mulutnya.

Aku mengamati struktur wajah Aldo. "Enggak deh kayaknya, Sal. Aldo tipe orang yang gampang tidur di mana aja." Aku meminum sodaku. "Dia aja pernah tidur di atas motor waktu aku bonceng. Dia pernah tidur sambil duduk juga. Iya 'kan Al?"

Aldo mengangguk lalu tersenyum tipis. Satu matanya mengedip ke arahku, membuatku menatap galak dirinya. Sementara itu nenek yang baru saja datang dari balai desa mengetuk bahuku.

"Nenek," sahut Arvin. Ia langsung berdiri. Saking semangatnya ia sampai lupa bahwa atap rumah tidak melebihi tinggi dirinya, membuat kepalanya terjedot kayu penyangga. Melihat Arvin yang tengah meringis membuat Aldo tertawa seperti orang kesurupan. Salsa terlonjak kaget mendengarnya.

Aku melotot ke arah Aldo. "Heh, sst!" Aku menempelkan jari telunjuk di bibir menyuruhnya untuk diam.

"Hati-hati, Nak." Nenek menarik Arvin untuk kembali duduk. Setelah itu memberikanku seutas kertas.

"Ada surat dari anaknya Pak Kades."

Aku meletakkan kembali kaleng soda ke meja, lalu menatap Arvin dan Aldo secara bergantian. Menghela napas, aku mengambil surat itu lalu membuka untuk membaca isinya.

Aku tunggu di taman kanak-kanak malam ini.

Tulisan itu adalah milik anak seorang Kepala Desa, yang tak lain dan yang tak bukan adalah Sukinem Tukijah. Gadis yang selama ini kuhindari ketika mulai berjalan di desa. Ada apa dia melakukan ini? Masih belum puas? Aku memejamkan mata untuk tetap berpikir positif. Setidaknya aku harus menemuinya untuk menanyakan maksud isi surat ini yang menungguku sekarang.

Aku meletakkan kertas itu, lalu mulai berdiri tanpa pamit.

"Eh-" Aldo berdiri tetapi kepalanya terkena penyangga atap, dia hendak menghampiriku namun Salsa mencekalnya dan menarik Aldo untuk kembali duduk.

"Biarkan gadismu yang menyelesaikan masalahnya selagi dia masih bisa."

***

Helaan napasku mungkin terdengar sampai pendengaran gadis yang tengah memakai pita berwarna merah tua di kepalanya itu, hingga ia menoleh ke arahku. Aku mendekati Inem yang terlihat duduk tegak di ayunan anak TK ini.

Malam ini sepi. Hanya terdengar suara kunang-kunang dengan suara angin di pepohonan yang sempat membuat leherku menjadi sejuk. Aku memutuskan untuk berdiri menunggu apa yang ia mau sampaikan.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang